Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Kena Prank Hilangnya Santri asal Konsel, Aktivis: Penyegelan Ponpes adalah Ekspresi dan Tugas Kami Selesai

Kena Prank Hilangnya Santri asal Konsel, Aktivis: Penyegelan Ponpes adalah Ekspresi dan Tugas Kami Selesai
Aktivis bernama Ali Sabarno (baju putih) saat demo untuk mengawal keluarga Agung Kurniawan di Polda Sultra. Foto: Istimewa. (15/7/2024).

Kendari – Sejumlah aktivis menggaungkan pengungkapan dalam kasus hilangnya santri pondok pesantren (ponpes) asal Konawe Selatan (Konsel) adalah sebuah lelucon atau prank yang dilakukan oleh Agung Kurniawan. Pasalnya, santri tersebut ternyata tidak diculik melainkan kabur dari pesantren dan tinggal bersama pemulung bernama Jusman di Kota Kendari.

Diketahui, santri 14 tahun itu hilang pada Februari 2024 lalu. Sekitar 6 bulan putus kontak dengan keluarga, pencarian terhadap Agung tak henti-henti dilakukan.

Mulai dari penelusuran kawasan Pesantren Tahfidzul Qur’an Darul Raihanun yang berlokasi di Desa Ambaipua, Kecamatan Ranomeeto, Konsel hingga polisi dan berbagai pihak lainnya memantau lokasi-lokasi lain yang diduga menjadi tempat terakhir keberadaan Agung, termasuk menyebarkan foto-fotonya ke media sosial.

Pemulung bernama Jusman (kiri) dan santri Agung Kurniawan.
Pemulung bernama Jusman (kiri) dan santri Agung Kurniawan. Foto: Istimewa.

Saat proses pencarian belum membuahkan hasil, keluarga Agung meminta pendampingan dari pengacara dan sejumlah aktivis di Kota Kendari. Ada yang mem-pressure lewat laporan polisi dan ada juga yang menggelar aksi unjuk rasa berjilid-jilid.

Di kalangan aktivis, sekelompok pemuda yang mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Gerakan Peduli Kemanusiaan Sultra menjadi garda terdepan dalam kasus itu. Selain menggelar unjuk rasa di Mapolda Sultra, mereka juga melakukan demo bahkan menyegel pesantren tempat Agung menimbah ilmu.

Dalam demo yang dilakukan, puluhan santri dan santriwati termasuk para pendidik di sana terpaksa harus mengungsi. Pasalnya, pondok disegel bahkan sejumlah tulisan dengan dalih penculikan hingga pembunuh terpampang rapi di tempat itu.

Belakangan terungkap, Agung ternyata tidak diculik melainkan kabur dari pondok tanpa alasan jelas. Untuk tetap bertahan hidup, ia memilih tinggal bersama pemulung bernama Jusman di kawasan Boulevard, Kelurahan Mokoau, Kecamatan Kambu, Kota Kendari.

Baca Juga:  Lukman Abunawas Kenang Ibu Ali Mazi: Beliau Rajin Ibadah

Di tempat itu, Agung dimanjakan oleh Jusman seperti anaknya sendiri. Tak ada pekerjaan berat yang dibebankan bahkan Jusman memberikannya HP agar ia tak jenuh dalam rumah.

Namun pada Minggu (4/8) siang, Agung memilih untuk mengirim pesan kepada orang tuanya bahwa keberadaanya ada di sebuah masjid di Desa Pohara, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe. Tak lama kemudian, Agung pun dijemput oleh keluarga, aktivis, hingga polisi.

Hanya saja, saat polisi menginterogasi Agung, ia membuat rekayasa kasus penculikan dan penyekapan. Bahkan, Agung bersikukuh tidak mengenal Jusman.

Karena itu, keluarga Agung yang percaya dengan semua pernyataan tersebut kembali menggandeng pengacara dan sejumlah aktivis agar mendesak kepolisian guna memeriksa Jusman atas tuduhan kasus tersebut.

Lagi-lagi, polisi harus mengumpulkan alat bukti termasuk memeriksa sejumlah saksi. Setelah serangkaian penyelidikan, polisi akhirnya membuat kasus itu terang-benderang. Di mana, tidak ada isu penculikan dan penyekapan, melainkan Agung sendiri yang memilih meninggalkan pondok.

Menurut Jusman, santri tersebut telah mengakui perbuatannya dan datang meminta maaf pada Selasa (13/8). Sebagai bentuk kasih sayangnya, Jusman juga mengaku memaafkan semuanya.

“Mereka sudah datang minta maaf, Agung menangis. Sama-sama keluarganya, datang langsung di rumah ini. Saya sudah maafkan,” katanya saat ditemui Kendariinfo, Jumat (16/8).

Pengacara Agung, Robiansyah mengaku, ia sedang berada di luar kota. Jika kegiatannya selesai, pihaknya akan memberikan keterangan resmi terkait perkara yang mereka tangani itu.

Baca Juga:  Gojek dan Tokopedia Resmi Merger Jadi GoTo

“Iya, kebetulan kami after dari Polres belum ketemu lagi secara langsung dengan Agung karena ada perkara di luar kota. Insyaallah balik Kendari kami temui dan akan berikan update-nya,” bebernya.

Berbeda dengan Ali Sabarno, salah seorang aktivis yang mendampingi Agung. Ia mengaku, kebohongan atau rekayasa yang dibuat Agung di luar kendali mereka. Bahkan, aksi demonstrasi yang dilakukan adalah bentuk pendampingan kepada keluarga Agung yang datang mengeluh karena laporan mereka di Polsek Ranomeeto dinilai tidak ada progres.

“Setelah diketahui ternyata Agung Kurniawan yang berbohong, itu di luar kendali kami sebagai pendamping. Tugas kami adalah mencari Agung dan setelah Agung ditemukan maka tugas kami selesai,” tuturnya.

Terkait penyegelan pondok, lanjut Ali Sabarno, mereka tidak perlu meminta maaf sebab itu adalah hal biasa dalam aksi demonstrasi dan merupakan bentuk ekspresi.

“Persoalan penyegelan pondok, itu bentuk ekspresi keluarga atas kepanikan mereka,” tambahnya.

Ali juga mengeklaim, kasus itu terungkap karena merekalah yang memberikan informasi sehingga Agung bisa ditemukan selamat di Kecamatan Sampara, Konawe.

“Kalau persoalan apresiasi, seharusnya kami yang mesti juga diberikan apresiasi, sebab ditemukannya Agung di Sampara karena informasi dari Aliansi Gerakan Peduli Kemanusiaan Sultra,” pungkasnya.

Keluarga Santri Ponpes asal Konsel Temui Pemulung hingga Minta Maaf Atas Tudingan Penculikan

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten