Terduga Pelaku Hilang Jejak, Wanita Kendari yang Dipaksa Aborsi lalu Ditinggal Kekasih Lapor Polisi

Kendari – Wanita berinisial Y (23), yang dipaksa kekasihnya berinisial I untuk melakukan aborsi resmi menempuh jalur hukum di Polresta Kendari. Laporan dilayangkan sebab I tak kooperatif bahkan hilang jejak sampai saat ini.
Y mengaku telah melapor dan dimintai keterangan oleh penyidik PPA Satreskrim Polresta Kendari, Selasa (16/12/2025). Ia menilai, kekasihnya tidak ada iktikad baik untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Apalagi, Y kini harus berjuang sendiri mencari keadilan dan menahan sakit, serta trauma yang dimiliki.
“Saya hanya dia minta tanggung jawab tetapi tidak ada kabar sampai sekarang, makanya saya melapor,” ucapnya, Sabtu (20/12).
Meski sudah beberapa hari mengadu, Y mengaku belum mendapatkan kepastian dari pihak kepolisian. Untuk itu, ia dan keluarganya sepakat akan melakukan pencarian sendiri kepada I.
“Belum didapat sampai sekarang pak, makanya keluarga lagi cari sendiri ini,” tegasnya.
Sebelumnya, nasib pilu dialami Y. Ia berjuang seorang diri melawan rasa sakit usai mengalami pendarahan hebat akibat menggugurkan kandungan atau aborsi hasil hubungan dengan kekasihnya yang berinisial I, warga Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel).
Y mengungkapkan kekasihnya kabur dan hingga kini tak mendampingi dirinya yang mendapat perawatan medis di RS Bhayangkara Kendari. Peristiwa tersebut bermula dari perkenalannya dengan I melalui media sosial. Hubungan keduanya berlanjut hingga berpacaran. Pada awal Oktober 2025, Y menyadari dirinya hamil.
Namun, kehamilan itu justru menjadi awal petaka. I belum siap bertanggung jawab dan takut diketahui orang tuanya. Dengan alasan tersebut, I meminta Y menggugurkan kandungan. Y mengaku terpaksa menuruti permintaan itu, karena takut ditinggalkan.
“Dia belikan obat untuk aborsi. Saya dipaksa menggugurkan kandungan. Obatnya dipesan online lewat temannya. Dia suruh saya gugurkan, karena takut orang tuanya tahu,” ujar Y.
Pasca-menggugurkan kandungan pada awal November 2025, kondisi Y kian memburuk. Ia mengalami pendarahan hebat di dalam indekos. Darah berceceran di lantai. Sementara Y hanya bisa menangis menahan sakit. Meski berniat dibawa ke rumah sakit, kekasihnya melarang dengan alasan takut perbuatannya terbongkar.
“KTP-ku juga dia buang supaya saya tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Makanya saya rawat diri di indekos itu hari,” tambahnya.
Kini Y menyesali seluruh peristiwa yang menimpanya. Ia berharap kekasihnya mau kembali dan bertanggung jawab.
Dipaksa Aborsi lalu Ditinggalkan, Ketika Hak atas Tubuh Perempuan Jadi Ruang Negosiasi





