Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Event

Ikut Perayaan HUT Pattimura ke-205, Ruksamin Sebut Ada Nilai Patriotisme yang Harus Dijunjung Tinggi

Ikut Perayaan HUT Pattimura ke-205, Ruksamin Sebut Ada Nilai Patriotisme yang Harus Dijunjung Tinggi
Bupati Konut, Ruksamin mengikuti permainan Bambu Gila. Foto: Istimewa (15/5/2022).

Konawe Selatan – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kapitan Pattimura ke-205 yang digelar di Lapangan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) diwarnai dengan berbagai rangkaian kegiatan budaya khas Maluku, Minggu (15/5/2022).

Beberapa kegiatan ini di antaranya Tari Cakalele, Tari Lenso, Tari Gabah-gabah, dan permainan rakyat Bambu Gila.

Turut hadir dalam kegiatan itu Bupati Konawe Utara (Konut), Ruksamin, mantan Wakil Ketua DPRD Sultra, Muh. Endang, Ketua DPRD Konsel, Irham Kalenggo, Kapolresta Kendari, Kombes Pol Muh Eka Fathurrahman, sejumlah pejabat lainnya, dan ratusan warga Maluku yang ada di Sultra.

Bupati Konut, Ruksamin (tengah) bersama warga Maluku.
Bupati Konut, Ruksamin (tengah) bersama warga Maluku. Foto: Istimewa (15/5/2022).

Salah satu kegiatan yang ramai diikuti adalah Bambu Gila. Bahkan, Bupati Ruksamin ikut langsung mengikuti permainan tradisional itu.

“Saya mengikuti langsung permainan itu. Ternyata memang ada bambu gila, selama ini saya hanya lihat saja,” ujarnya.

Ruksamin menyebutkan, kegiatan-kegiatan budaya tersebut perlu dilakukan demi menanamkan nilai-nilai budaya. Bahkan, ada nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam setiap agenda perayaan HUT kali ini.

“Dengan adanya kegiatan ini, kita bisa mengenang dan menghargai setiap jasa para pahlawan yang telah mendahului kita. Supaya kita tahu, ternyata ada pahlawan yang dulu benar-benar memperjuangkan kemerdekaan negara kita, nilai patriotisme harus dijunjung tinggi,” katanya.

Baca Juga:  Kendari Wedding Fair 2022 di Tambat Labuh Resmi Dibuka

Untuk diketahui, Bambu Gila adalah permainan rakyat dari Maluku. Ada bambu berukuran 2,75 meter dengan diameter 8 sentimeter yang dipegang oleh tujuh orang warga ditambah satu orang sebagai pawang.

Pawang kemudain akan membacakan mantra-mantra dan mengasapi bambu dengan kemenyan yang sudah dibakar. Ketika musik terdengar, bambu bergerak dan orang-orang harus mengendalikan bambu tersebut.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten