Aspal Buton Masih Kurang Diminati di Sultra, ASPABI Dituntut Tingkatkan Efisiensi Pengaplikasian
Kendari – Asosisasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) dituntut untuk meningkatkan efisiensi pengaplikasian pemakaian aspal agar bisa diminati oleh pengguna jasa di Sulawesi Tenggara (Sultra). Beberapa pihak beranggapan kekurangan tersebut membuatnya masih kalah bersaing dengan aspal minyak impor.
Salah satu tuntutan tersebut datang dari Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan, Muhammad Nurjaya menyoroti kurang praktisnya pengaplikasian Aspal Buton.
“Meskipun sama-sama siap pakai, tapi pengaplikasian aspal minyak impor masih lebih mudah, tidak banyak embel-embelnya (seperti Aspal Buton). Akhirnya menjadi kurang diminati,” katanya saat Rapat Koordinasi (Rakor) Teknis Ke-PU-an dan Sosialisasi Sisten Informasi Pengelolaan Data Base Jalan Daerah se-Sultra di Hotel Claro, Kota Kendari, Senin (21/3/2022).
Ia menambahkan, kurangnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan Aspal Buton juga memengaruhi minat pengguna jasa. Padahal menurutnya, jika teknologinya ditingkatkan, Aspal Buton bisa dipakai sebagai aspal kelas satu mengingat kekuatan konstruksinya yang kuat.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua ASPABI, Dwi Putranto mengakui kelemahan dari Aspal Buton tersebut. Ia menyebut hal itu berkaitan dengan kententuan peralatan yang telah diatur dalam Permen PUPR Nomor 18/PRT/M/2018 Tahun 20218 tentang Penggunaan Aspal Buton.
“Kami harus mengikuti aturan dalam Permen (PUPR) tentang mekanisme produksi campuran beraspal panas atau Asphalt Mixing Plant (AMP),” ungkapnya.
Olehnya itu, menurut Dwi Putranto, pihaknya akan rutin melakukan sosialisasi kepada penyedia jasa atau peserta tender agar tidak salah paham tentang masalah tersebut.
“Dengan harga yang lebih murah tapi tetap dengan kualitas yang terbaik, sudah seharusnya aspal Buton menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tambahnya.
Disebutkannya, Aspal Buton B 50/30 empat bagian setara dengan dengan satu bagian aspal minyak curah hanya seharga Rp6,8 juta di Kota Kendari. Jauh di bawah harga aspal minyak tersebut yang mencapai Rp10 juta.
“Memang ada pengurangan kapasitas produksi AMP jika menggunakan Aspal Buton B 50/30 yang berdampak meningkatnya penggunaan BBM. Tapi itu sebanding dengan nilai ekonomis dan pertumbuhan,” pungkasnya.
Data dari ASPABI, saat ini di Sultra telah beroperasi enam perusahaan yang memproduksi Aspal Buton olahan yakni PT Wika Bitumen (Buton), PT Putino Bintech (Buton/Kendari), PT Aspal Buton Nasional (Kendari), PT Kartika Prima Abadi (Buton), PT Dua Tiga Sejahtera (Kendari), dan PT Bumi Mitra Buton Abadi (Buton). Dengan total pertahun bisa memproduksi jenis aspal B 5/20 sebanyak 66 ribu ton, B 50/30 sebanyak 186 ribu ton, CPHMA sebanyak 360 ribu ton, dan Aspal Buton murni sebanyak 102 ribu ton.