BBM di Desa Embonatana Bukti Nyata Kehadiran Pertamina di Kawasan 3T
Nasional – PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi berkomitmen untuk mendistribusikan BBM bersubsidi ke seluruh wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Walaupun melalui medan yang sulit dan banyak pergantian moda transportasi dalam distribusinya, harga BBM tidak akan berbeda dengan harga BBM di kota.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw mengatakan, Program Satu Harga memastikan masyarakat di kawasan 3T akan mendapatkan keadilan untuk mengakses BBM.
“Kebijakan BBM Satu Harga merupakan program untuk masyarakat di daerah 3T agar dapat menikmati harga BBM yang sama dengan di kota. Sehingga keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud,” ujarnya pekan lalu.
Fahrougi menceritakan salah satu bukti nyata kehadiran PT Pertamina (Persero) untuk masyarakat di kawasan 3T. Misalnya, distribusi BBM ke Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Desa-desa dan perkampungan di sana berada di lembah pada dataran tinggi Tokakekaju, dan dikelilingi gugusan Pegunungan Verbeek dan Quarles.
Berjarak sekitar 548 kilometer dari Makassar, infrastruk jalan di Seko masih belum beraspal. Bahkan, antara Dusun Palandoang, Desa Embonatana –dusun pertama di Seko– menuju Eno, ibu kota Kecamatan Seko, tak ada aspal sama sekali.
“Sebagian besar berupa kubangan lumpur dan tanah basah yang kedalamannya bisa lebih dari tiga meter,” kata Fahrougi.
Perjalanan dari Palandoang ke Seko harus membelah hutan belantara dengan jarak sekitar 20 kilometer. Jika hujan, perjalanan ditempuh dalam tempo tiga hari bahkan sepekan untuk truk.
“Sulitnya akses ke wilayah ini menyebabkan harga berbagai kebutuhan pokok melambung, begitu pun BBM. Di Seko, sebelum ada Program Satu Harga, warga biasa membeli BBM seharga Rp30.000 perliter,” ujarnya.
Untuk mendistribusikan BBM, tangki pertama kali diisi di terminal BBM Palopo di Kabupaten Luwu. Selanjutnya tangki dibawa hingga tiba di Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, yang berada sekitar 80 kilometer dari terminal BBM Palopo. Di sana, BBM dipindahkan ke drum. Lalu drum diangkut dengan truk hingga ke Seko.
Buruknya jalan membuat perjalanan Sabbang ke stasiun di Lambiri yang berjarak 100-an kilometer kadang harus ditempuh hingga sepekan.
“Jika truk BBM terjebak dalam kubangan lumpur, BBM dipindahkan lagi ke jeriken dan diangkut menggunakan ojek hingga stasiun pengisian,” ujarnya.
Dari jeriken, BBM dipindahkan lagi ke tempat penampungan di stasiun, lalu didistribusikan kepada warga. Untuk mempermudah distribusi kepada warga, PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi membangun stasiun pengisian bahan bakar dibangun di Dusun Lambiri, Desa Embonatana.
“Jalan berliku pengiriman BBM Satu Harga membuat pengelola SPBU harus pandai mendistribusikan kepada warga dengan menjatah sedikitnya 5 liter per keluarga,” kata Fahrougi menutup kisahnya.