Beredar Nilai Seleksi Paskibraka Nasional Tertinggi asal Kendari, Bukan dari Baubau dan Konawe
Kendari – Beredar daftar nilai hasil seleksi Paskibraka Nasional di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dikeluarkan Kesbangpol Sultra. Dokumen itu menyatakan, nilai tertinggi diraih oleh siswa asal Kota Kendari bernama Yislam Rasya dan bukan Wiradinata Setya Persada asal Kota Baubau.
Nilai tertinggi diperoleh Muhammad Yislam Rasya, siswa SMAN 4 Kendari yakni 1.582. Perolehan itu lebih tinggi dari nilai Paskibraka Nasional utusan Sultra, Wiradinata Setya Persada, siswa asal Kota Baubau.
Wiradinata sendiri memperoleh nilai 1.536. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan Doni Amansa asal Kabupaten Konawe, calon Paskibraka Nasional yang tiba-tiba diganti usai diumumkan lolos pada 17 Mei 2023.
Dalam dokumen yang beredar, Doni Amansa diketahui mencatatkan nilai dalam seleksi Paskibraka Nasional itu adalah 1.520 atau berada di posisi ketiga, di bawah Muhammad Yislam Rasya dan Wiradinata.
Mengetahui nilai anaknya lebih tinggi, ibunda Muhammad Yislam Rasya, Yanti pun angkat bicara.
Yanti mempertanyakan proses seleksi yang dilakukan Kesbangpol Sultra sebagai panitia daerah. Pasalnya, bukan Yislam Rasya yang terpilih mewakili Sultra, melainkan Wiradinata.
“Kami meminta penjelasan Kesbangpol Sultra, kenapa anak saya memiliki nilai tertinggi seleksi Paskibraka, tapi tidak lolos,” tanya Yanti saat ditemui wartawan, Kamis (27/7/2023).
Yanti menyebut, dirinya sempat mendengarkan informasi bahwa anaknya dicoret karena terkena sanksi indisipliner, lantaran terlambat mengikuti proses seleksi. Yanti pun membantah hal itu.
Menurutnya, jika Yislam Rasya memang sering terlambat dan tidak disiplin, seharusnya panitia seleksi mengurangi nilai anaknya jauh di bawah standar.
“Kenapa tidak didiskualifikasi atau dipulangkan sejak awal. Tapi ini kan tetap mengikuti seleksi sampai penentuan akhir, bahkan nilainya paling tinggi, beda 50 dari Wira,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Yanti juga menerima informasi yang beredar bahwa anaknya tidak diloloskan sebagai Paskibraka Nasional meski mendapat nilai tertinggi, tak memiliki tinggi yang cukup.
Yanti pun cepat-cepat membantah dengan memperlihatkan foto peserta seleksi Paskibraka Nasional bernomor dada 49 itu dari handphone pribadinya.
“Tinggi anak saya 175, di atas tinggi standar peserta 170. Kalau anak saya tingginya kurang, dari sekolah tidak akan mungkin dikirim mengikuti seleksi. Atau mungkin dari seleksi awal didiskualifikasi, tapi faktanya tidak begitu,” tegasnya.
Yanti pun meminta Kesbangpol Sultra untuk menjelaskan sejumlah keanehan nilai itu. Pihaknya juga akan menempuh jalur hukum jika Kesbangpol Sultra tak bisa membeberkan alasan dan bukti yang kuat anaknya lolos ke Paskibraka Nasional.