Distanak Catat 3.733 Hektare Sawah di Sultra Gagal Panen Akibat Perubahan Iklim
Sulawesi Tenggara – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat 3.733,68 hektare lahan pertanian mengalami puso atau gagal panen hingga Juli 2024. Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya, menyebut gagal panen merupakan dampak dari perubahan iklim.
Rusdin mengatakan dampak perubahan iklim yang terjadi adalah banjir. Musim hujan yang sedang melanda Sultra saat ini menyebabkan lahan pertanian terendam banjir. Hal itulah yang menyebabkan gagal panen.
“Sultra hari ini sedang memasuki musim hujan. Kemungkinan terjadinya dampak perubahan iklim akibat banjir. Nah, banjir ini yang bisa menyebabkan gagal panen atau puso. Tetapi ada juga yang masih bisa kita selamatkan,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (29/7/2024).
Berdasarkan data yang dihimpun Distanak Sultra dari seluruh kabupaten dan kota di Sultra, ada sekitar 14.934 ton gabah kering panen mengalami puso. Jika dihitung, maka jumlahnya mencapai 3.733,68 hektare.
“Penyebaran ini terbesar terjadi di Kabupaten Konawe dengan 1.954,02 ton. Pusonya itu 1.532,52 ton gabah,” lanjutnya.
Distanak Sultra sudah menerima data-data terkait lokasi-lokasi di kabupaten dan kota yang terdampak perubahan iklim. Dari data tersebut, Distanak Sultra sudah melanjutkan ke kementerian untuk melakukan penanganannya. Untuk beberapa titik, Distanak Sultra melakukan gerakan pengolahan lahan untuk membantu petani dalam membenahi lahannya, seperti pembersihan.
“Oleh kementerian, mereka menyampaikan ke kami untuk di data. Setelah itu akan diberikan bantuan benih kepada daerah-daerah yang terkena puso ini,” tambahnya.
