Fakta Baru Santri Hilang di Konsel, Bawa Kabur Handphone Pemulung dan Kirim Pesan ke Orang Tua
Kendari – Fakta baru kembali terungkap dalam kasus santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darul Raihanun di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), yang dikabarkan hilang 6 bulan lalu.
Santri tersebut bernama Agung Kurniawan (14). Dia diduga membawa kabur handphone milik pemulung bernama Jusman (47) dan mengirim pesan mengejutkan kepada orang tuanya.
Agung awalnya dikabarkan hilang sejak 25 Februari 2024 lalu. Proses pencarian dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui media sosial. Namun pada Minggu (4/8), Agung ditemukan selamat di sebuah masjid di Desa Pohara, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe.
Kepada polisi, Agung mengaku diculik dan disekap di sebuah kamar yang tak diketahui lokasinya. Bahkan, ia berdalih bahwa dibawa pulang orang tak dikenal (OTK) dan dititip di masjid tersebut.
“Saya tidak kenal yang bawa saya, langsung disimpan di masjid. Selama ini saya dikunci dalam kamar, jendelanya tertutup kain warna hitam, hanya dikasih makan, dan tidak pernah bicara sama yang culik saya,” katanya.
Belakangan terungkap, santri tersebut tinggal di sebuah gubuk bersama pemulung bernama Jusman di kawasan Jalan Boulevard, Kelurahan Mokoau, Kecamatan Kambu.
“Saya dapat di jalan dulu itu. Dia mengaku tidak punya orang tua. Saya kasihan makanya saya ajak tinggal di rumah. Saya mau antar pulang, tetapi dia tidak mau,” ujar Jusman.
Setiap kali ingin mencari barang bekas, Jusman mengarahkan Agung agar ke luar rumah dan berbaur dengan warga. Tetapi ia memilih di dalam rumah dan bermain game menggunakan handphone Jusman.
“Di dalam rumah. Saya kasih pegang teleponku” ungkap Jusman.
Pada Minggu (4/8), Jusman yang hari-harinya memulung kembali ke rumah. Tetapi ia kaget, karena Agung pergi tanpa berpamitan. Bahkan, telepon genggam miliknya dibawa kabur santri tersebut.
“Dia bawa handphone-ku. Itu handphone dia terus yang pakai di rumah. Pas saya pulang, sudah tidak ada, termasuk handphone. Saya cari-cari dia, tidak ketemu juga,” jelasnya.
Dari penyelidikan polisi, handphone milik Jusman yang digunakan Agung ternyata aktif di media sosial. Bahkan, santri itu diduga telah membuat rekayasa penculikan dan mengirim pesan kepada orang tuanya. Dalam pesan WhatsApp itu, orang tua diminta menjemput Agung di sebuah masjid di Desa Pohara.
“Anak ibu kami tinggalkan di masjid. Nanti kami bagikan lokasinya. Sebenarnya kami culik anak itu karena mirip anak bos kami. Ternyata bukan, kami minta maaf,” isi pesan WhatsApp yang diduga dikirim Agung kepada orang tuanya.
Sejumlah Saksi Bantah Tudingan Penculikan dan Penyekapan Santri Ponpes di Kendari