Hasil Pendataan Keluarga 2021 Bantu Kepala Daerah Atasi Stunting
Kendari – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan hasil Pendataan Keluarga Tahun 2021 (PK21). Menurut Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo, hasil PK21 dapat membantu para kepala daerah untuk menyelesaikan masalah stunting.
“Peluncuran PK21 ini bisa membantu kepala daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan keluarga, khususnya masalah stunting. Karena itu, gunakan data ini dalam perencanaan pembangunan masing-masing dan segera petakan permasalahan yang terkait kesehatan keluarga,” katanya, Kamis (4/11/2021).
Sebelumnya, pendataan ini digelar sejak 1 April – 30 Juni lalu, dan mengalami perpanjangan satu bulan pendataan karena masalah Pandemi Covid-19. Lebih dari 635 ribu kader keluarga berencana terlibat melakukan survei terhadap 68.478.139 keluarga, dari jumlah target sebanyak 66.828.571 keluarga.
PK21 merupakan kegiatan pengumpulan data mikro tentang data kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga, termasuk data anggota keluarga yang dilakukan masyarakat secara bersama-sama.
“Tema PK21 adalah pendataan, awal perencanaan keluarga menuju satu data Indonesia. Sebelumnya, pendataan keluarga telah dilaksanakan sebanyak lima kali, yakni pada 1971, 1985, 1994, 2000, dan 2015,” lanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, BKKBN Sultra menyebut angka stunting pada 2021 sebesar 14,6 persen, hal itu mengalami penurunan dibanding tahun lalu yang mencapai angka 17,67 persen. Sementara untuk Kota Kendari, penanganan kasus tersebut dinilai cukup baik, dan hingga kini hanya tersisa 5,6 persen.
“Saat ini daerah yang tertinggi angka stunting-nya menurut data dari Dinas Kesehatan Sultra adalah Kabupaten Buton dan Buton Selatan dikisaran 35 persen, ini nantinya yang akan kita fokuskan untuk tangani ke depannya,” kata Kepala BKKBN Sultra, Asmar kepada Kendariinfo, (4/11).
Untuk diketahui, stunting adalah keadaan berhentinya pertumbuhan tubuh dan otak pada anak, karena kekurangan gizi pada waktu yang cukup lama. Stunting dapat menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya, serta keterlambatan perkembangan cara berpikir.