Keindahan Gua Lanto Baubau, Spot Diving yang Kece di Bawah Rumah Warga
Baubau – Mengunjungi Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) rasa-rasanya kurang lengkap jika tak menikmati keindahan objek wisata gua yang ada.
Selain memiliki benteng yang digadang-gadang terluas di dunia, kota ini ternyata menyimpan satu keindahan gua yang tak kalah menarik dari gua yang ada di Indonesia. Seperti Gua Lanto, sebuah objek wisata yang cukup memikat hati karena memiliki air yang sangat bersih.
Terutama bagi para diver yang sedang mengelilingi Indonesia untuk mencoba hal baru. Mungkin, Gua Lanto menjadi satu pilihan.
Menjamah Gua Lanto tidak begitu sulit. Terletak di pinggiran Kota Baubau, tepatnya di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna. Jika wisatawan melalui jalur pelabuhan, lokasi gua itu hanya berjarak tidak kurang 3 kilometer, namun yang mengakses bandara Betoambari jaraknya tidak kurang dari 8 kilometer.
Arah yang dilewati untuk tiba di spot wisata tersebut melalui Jalan Anoa Kadolomoko mengarah ke Air Terjun Tirta Rimba. Alamatnya cukup mudah, wisatawan hanya mengambil patokan tepat di depan Masjid Babussalam Kadolomoko.
“Setelah tikungan menurun, ada Masjid Babussalam Kadolomoko sebelah kiri, tepat di seberang jalan masjid ada gang masuk hanya 10 meter saja,” kata Darman warga setempat kepada Kendariinfo, Kamis (8/9/2022).
Darman mengungkapkan selama ini, gua tersebut banyak dinikmati oleh para wisatawan yang hendak mencoba adrenalin menyelami kedalaman gua menggunakan alat selam.
“Selama ini peminatnya banyak dari wisatawan luar yang diving di dalamnya,” ungkap dia.
Sementara, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kokalukuna, Ilman Jaya Mahuri mengatakan daya tarik utama objek wisata itu karena memiliki air yang cukup jernih, bersih dan menyegarkan. Air tersebut berasal dari mata air di dalam gua.
“Airnya jernih dan di dalam suasananya keren karena banyak stalaktit dan stalagmit,” ujar Ilman.
Gua tersebut berbentuk memanjang dengan jarak kurang lebih 100 meter mengarah ke barat. Ilman mengatakan para penyelam yang berhasil sampai, akan muncul di gua yang berbeda. Memang, di ujung gua itu tersambung dengan Gua Moko.
“Di ujung penyelaman akan tembus di Gua Moko, karena kedua gua itu bersambung dengan jarak kurang lebih 100 meter. Turis yang pernah tembus sampai ke Gua Moko itu asal dari Paris,” ujarnya.
Namun Ilman mengungkapkan objek wisata ini masuk kategori minat khusus. Karena hanya bisa dinikmati secara keseluruhan oleh para penyelam. Sedangkan wisatawan pada umumnya, hanya bisa menikmati keindahan mulut gua dengan panorama air jernih.
“Karena ini minat khusus, jadi yang menikmati itu para penyelam. Sekarang peminatnya orang luar daerah untuk cave dive,” beber dia.
Salah satu keunikan dari tempat itu, gua tersebut terletak tepat di bawah rumah warga Kodolomoko. Sehingga, ojek wisata minat khusus itu kerap disebut sebagai cave dive kolong rumah warga.
“Jadi posisi di atas gua itu uniknya ada 5 rumah warga dan masih ditinggali,” ujarnya.
Gua Lanto dan Mata Air Suci
Selain memiliki keindahan, Gua Lanto juga merupakan mata air suci bagi ritual adat masyarakat Buton. Mata air di dalamnya merupakan salah satu sumber dari 4 mata air yang kerap digunakan bagi para tokoh adat setempat untuk melakukan pembersihan.
Salah satu tradisi pembersihan yakni memandikan anak yatim piatu atau biasa disebut dengan Pakandeana Ana-ana Maelu. Tradisi ini sering dilakukan warga Kota Baubau dan secara umum Buton untuk memperingati 10 muharam.
“Sampai saat ini airnya digunakan untuk tradisi Pakandeana Ana-ana Maelu. Kan airnya yang dipakai dari 4 titik, nah salah satunya dari Gua Lanto ini,” ujar dia.
Ilman mengatakan biasanya pengambilan air suci ini dilakukan oleh tetua kampung sekitar pukul 24.00 WITA. Kemudian air tersebut dimandikan ke anak-anak yatim saat pagi hari.
Selain itu, masyarakat dulu sebelum air PDAM mengaliri kampung, air Gua Lanto kerap digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga, Ilman mengatakan air dan kawasan Gua Lanto selalu diperhatikan kebersihannya.
“Sebelum ada PDAM, dulu masyarakat menggunakan air di dalam gua untuk kebutuhan sehari-hari, tapi sekarang airnya sudah tidak digunakan lagi,” kata dia.
Pihak Pokdarwis Kadolomoko memiliki harapan agar objek wisata tersebut bisa terus dikembangkan dan dirawat dengan baik. Ia tak menampik selama ini kawasan wisata itu belum memiliki pemasukan penghasilan untuk menunjang pemeliharaannya.
“Sudah pernah kami dititipkan karcis tapi karena pengunjung masih sepi jadi tidak berjalan, 1 bulan kadang hanya 1 kali saja. Jadi biasa yang dapat pemasukan pemandu diving dan warga setempat yang membantu,” ungkapnya.
Selain itu, Ilman berharap adanya penunjang sarana-prasaran objek wisata berpua fasilitas umum yang lengkap agar kawasan itu bisa dilirik oleh orang banyak untuk berkunjung, terutama promosi pariwisata.
“Kalau dari kami untuk Gua Lanto ini agar bisa lebih diperhatikan lagi terutan kawasan dalam gua, ada beberapa bagian yang harus diganti seperti fasilitas pengaman dan pagar yang sudah tua, listrik untuk yang jaga. Selebihnya penanda arah di dalam ada, kalau menyelam juga sudah disimpan tali,” pungkasnya.