Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Melihat Lebih Dekat Pembuatan Tenun Masalili di Kendari

0
0
Melihat Lebih Dekat Pembuatan Tenun Masalili di Kendari
Wa Ode Nurhani sedang menenun (moru) pada kegiatan bertajuk Melestarikan Tenun sebagai Warisan Budaya yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto: Hasmin Ladiga/Kendariinfo.(5/11/2024).

KendariTenun Masalili khas Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), masih terus dilestarikan kelompok perempuan di wilayah tersebut. Kain tenun tersebut memiliki motif yang khas dengan warna cerah. Kecerahannya berasal dari pewarna alami.

Pada kegiatan bertajuk Melestarikan Tenun sebagai Warisan Budaya Sultra, atraksi menenun (moru) juga ditampilkan, Selasa (5/11/2024). Kegiatan tersebut diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra.

Wa Ode Nurhani, penenun asal Kabupaten Muna menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. Saat ditemui Kendariinfo, Nurhani sedang menenun kain sepanjang empat meter dengan menggabungkan beberapa pola.

Kain tenun Masalili khas Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), bermotif zig-zag yang dibanderol Rp1,5 juta. Foto: Hasmin Ladiga/Kendariinfo. (5/11/2024).

“Kain ini memadukan motif nanas dan kenta nedola. Kain tenun ini biasanya bisa selesai dalam beberapa hari, tergantung seberapa rajin kita kerjakan,” jelasnya.

Nurhani terlihat sangat piawai dalam merajut benang, menata, hingga menyatukannya menjadi juntaian kain dengan motif yang unik. Dirinya menyebut setiap kain memiliki tingkat kesulitannya masing-masing.

“Kalau yang saya sedang kerjakan ini tidak terlalu sulit, karena motifnya tidak banyak. Tetapi tetap harus teliti, karena kalau salah pasti hasilnya kurang bagus,” lanjutnya.

Harga tenun yang dibanderol Nurhani juga bervariasi, mulai dari Rp450 ribu hingga Rp1,5 juta. Perbedaan harga ditentukan seberapa banyak warna, tingkat kerumitan, hingga banyaknya pola dari kain tenun.

Nurhani menyebut kain-kain tenun hasil karyanya sudah banyak dibeli orang-orang penting hingga pejabat baik dari Sultra maupun luar daerah.

“Sudah pernah dibeli gubernur, wali kota, bahkan ada juga pejabat-pejabat dari Jakarta,” imbuhnya.

Wanita yang kini berusia 42 itu mengaku sudah menekuni dunia tenun sejak usianya baru menginjak 20 tahun. Kini dirinya sudah memiliki galeri tenun sendiri dan telah mempekerjakan sekitar 60 karyawan dari daerahnya.

“Setiap harinya kami bisa produksi 20 lembar kain tenun. Untuk pesanan terbanyak itu kalau sedang ada karnaval,” tutupnya.

Editor Kata: Ratnawati (Magang)

Bagikan berita ini:
Tetap terhubung dengan kami: