Olah Kulit Jeruk untuk Urai Styrofoam, Siswa SMAN 2 Kendari Juara LKTI Nasional
Kendari – Siswa SMAN 2 Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil menjuarai Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Rony Febrian, Naylan Sitti Nabila, dan Waode Eritrina dipastikan menang setelah mempersentasekan temuan mereka terkait olahan kulit jeruk yang dapat mengurai limbah gabus sintesis (styrofoam).
Meski digelar secara online, temuan mereka berhasil menarik perhatian para juri. Rony mengatakan, dia bersama dua rekannya berhasil menyisikan 110 peserta pada seleksi full paper. Setelah dinyatakan lulus, ketiganya berhak mempersentasekan temuan mereka. Temuan itu lalu disusun dalam sebuah karya tulis ilmiah. Menurut Rony, hanya butuh 10 hari untuk menyelesaikan karya tulis dengan judul “Spicy-foam: Organik Solvent (Pelarut Organik) Sebagai Upaya Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Mengendalikan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan (Sustainable Environment) di Era Society 5.0” itu.
“Pendaftarannya tanggal 13 Februari 2022. Saya lihat waktunya sudah mepet, jadi kita susun secepat-cepatnya. Kita mengerjakan karya tulis ini hanya dalam 10 hari. Jadi kami rasa singkat sekali, mulai dari mencari ide, eksperimen, penyusunan materi, sampai buat power point. Ini 140 peserta yang mendaftar harus diseleksi dulu full paper-nya. Dari 140 peserta itu, 30 tim yang berhak menjadi finalis dan mempersentasekan karya ilmiahnya,” katanya, Kamis (3/3/2022).
Dalam karya tulis tersebut, mereka menjelaskan cara mengolah kulit jeruk hingga menghasilkan zat limonen. Limbah styrofoam yang sulit terurai dipercaya dapat diluluhkan dengan cairan tersebut. Langkah pertama untuk menghasilkan zat limonen tersebut adalah memisahkan kulit jeruk lalu dibersihkan. Setelah itu, kulit jeruk diparut. Namun untuk memperhalus, kulit jeruk juga dapat diblender.
Tahapan selanjutnya yaitu menjemur kulit jeruk hingga kering. Kulit jeruk yang telah kering dimasukkan ke dalam wadah dan direndam alkohol yang sudah dihangatkan sebelumnya. Wadah berisi parutan kulit jeruk dan alkohol dikocok dan didiamkan selama dua sampai tiga hari. Hasil rendaman kemudian disaring dan ditutup dengan kain atau tisu. Proses itulah yang memungkinkan etanol menguap dan hanya tersisa minyak atsiri. Hasil ekstrak minyak asiri ini yang menghasilkan zat limonen.
“Sebelumnya sudah penelitian tentang inovasi ini. Kita lebih memodifikasi dengan menggunakan beberapa jenis jeruk yang sering dijumpai. Ada jeruk bali, jeruk sunkist, dan jeruk-jeruk keprok. Di sini kami menggunakan spray untuk pengaplikasiannya. Kalau pada penelitian sebelumnya, dia hanya menghasilkan cairan tapi tidak sampai pada pengaplikasian. Minyak asiri inilah yang kemudian diekstrak untuk menghasilkan zat limonen. Dan limonen ini yang bisa meluluhkan styrofoam,” jelasnya.
Sementara itu, Guru Pembina SMAN 2 Kendari, Jumriani mengungkapkan, temuan itu merupakan ide dari peserta didik sendiri. Pihaknya hanya membantu mengarahkan dan membina siswa. Dia berharap, pemerintah daerah dapat memberi perhatian khusus kepada siswa yang berprestasi, seperti Rony, Naylan, dan Eritrina.
“Kalau di sekolah memang ada materi seperti itu. Tapi untuk inovasinya dari ide mereka sendiri. Kita hanya mengarahkan dan membina mereka. Jadi karya tulis ilmiah kebanyakan ide dari siswa sendiri. Mudah-mudahan pemerintah memberikan perhatian dan apresiasi untuk anak-anak yang punya ide seperti itu supaya ada motivasi. Jadi meskipun skalanya sederhana, mereka lakukan riset juga,” ungkapnya.
Tak sampai di situ, temuan mereka yang dapat mengurai styrofoam juga dapat diproduksi dalam skala besar oleh pemerintah untuk penanganan limbah. Bak-bak limonen yang telah diproduksi dalam jumlah banyak dapat ditempatkan di lokasi rawan penumpukan styrofoam, seperti di dekat pembuangan sampah, sekitar sungai, dan pantai.
“Kita tahu limbah itu kian hari terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat. Setiap kegiatan masyarakat, sadar atau tidak, disertai dengan limbah, apalagi limbah anorganik seperti ini. Jadi pemerintah bisa pikirkan ini. Misal diproduksi dalam jumlah besar. Mungkin nanti ditempatkan dekat pembuangan sampah, atau tempat-tempat yang diduga banyak pencemaran styrofoam-nya. Mungkin bisa dibuatkan seperti bak limonen. Kemudian styrofoam dimasukkan di situ, dan dia akan luluh. Setelah luluh, sudah bisa dikembalikan ke alam karena dia sudah bisa terurai,” pungkasnya.