Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Pelajar di Kendari Diduga Dianiaya dan Dipaksa Layani Nafsu Pimpinan Sekolah Swasta

0
0
Pelajar di Kendari Diduga Dianiaya dan Dipaksa Layani Nafsu Pimpinan Sekolah Swasta
Pelajar berinisial WDT di Kota Kendari yang diduga dianiaya dan dipaksa melayani nafsu pimpinan sekolah swasta. Foto: Istimewa. (19/9/2024).

Kendari – Pelajar kelahiran Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar) dianiaya dan dipaksa melayani nafsu pimpinan salah satu sekolah swasta yang berlokasi di Jalan Chairil Anwar, Kelurahan Mataiwoi, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pimpinan sekolah itu adalah seorang wanita berinisial TNS alias M. Sedangkan korban adalah seorang pria berinisial WDT, saat ini usianya telah beranjak 18 tahun.

Kepada Kendariinfo, korban menceritakan detik-detik dirinya dipaksa melayani nafsu birahi TNS. Pada tahun 2018, ia bersama orang tuanya datang ke Kota Kendari dan melanjutkan pendidikan SMP di sekolah tersebut.

Selama di Kendari, ia tinggal di dalam lingkungan sekolah bersama TNS, dan beberapa orang-orang kepercayaan si pimpinan. Sedangkan orang tua kandungnya kembali ke Jakarta.

Saat tinggal bersama TNS, korban lebih dulu diajak untuk memijat badannya di salah satu kamar di sekolah itu dan korban menyetujuinya.

“Waktu saya pijat-pijat, dia cerita dengan kata-kata manis dan sesekali memeluk saya,” katanya, Kamis (19/9/2024).

Selanjutnya, TNS tiba-tiba meminta lebih. Di mana, ia ingin tidur dan berpelukan dengan korban layaknya pasangan suami istri. Karena menganggapnya sebagai orang tua angkat, korban tidak berfikir banyak dan dengan polos menyetujuinya.

“Saya masih iya kan. Kami tidur sama-sama sambil saya dipeluk. Ibarat anak dan ibu yang saya pikirkan. Jadi, saya tidak berfikir macam-macam,” bebernya.

Seiring berjalannya waktu, TNS meminta korban agar melayani nafsu birahinya. Tetapi, korban menolak dan tidak mau menyetujui kemauan si kepsek.

“Karena saya tolak, saya dicap sebagai anak durhaka, pembohong, tidak patuh, dan itu disebarkan dalam grup-grup WhatsApp sekolah. Makanya saya dijengkel di sana, dan selalu kena omelan dari sama orang-orang di sana,” tuturnya.

Tidak sanggup dikucilkan di lingkungan tempat tinggal, korban memberanikan diri menemui TNS dan ingin memberikan klarifikasi. TNS mau memaafkan korban tetapi korban harus mau melayani nafsu si TNS.

“Saya bingung, jadi di situlah pertama kali saya terpaksa melayani nafsu ibu, di salah satu hotel di Kendari,” tambah korban.

Tidak hanya sekali, TNS ternyata meminta berulang kali. Bahkan, aksi persetubuhan yang mereka lakukan juga terjadi di lingkungan sekolah, dan hotel-hotel berbeda di luar Kota Kendari.

“Kalau ke luar kota, saya diajak terus, bermalam di hotel dan kembali dipaksa melakukan hubungan badan,” tutur WDT.

Untuk di lingkungan sekolah, lanjut WDT, ia masuk di ruangan si pimpinan sekolah kisaran pukul 22.00 Wita – 06.00 Wita. Saat itulah, ia selalu melayani kebutuhan seksual si ibu dan rutin dilakukan.

“Jadi begini, saya itu dianggap budak di sekolah itu. Sebutan budak itu adalah hal wajar berdasarkan ajaran orang-orang di sana. Makanya setiap kali saya masuk di kamar ibu, orang-orang di sana anggap santai, karena memang budak itu kerjanya melayani dan harus patuh sama pimpinan,” tambahnya.

Pada suatu momen, kata WDT, ia menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita di Kendari. Tetapi, hubungannya diketahui si pimpinan sekolah. Akibatnya, WDT dicaci-maki, dianiaya, dipukul, dan menjalani hukuman di salah satu tempat kerohanian di Bekasi, Jabar.

Di Bekasi, ia tinggal di sebuah sekolah dan pemiliknya adalah rekan TNS. Kekerasan yang dialami pria kelahiran 24 Oktober 2005 ini ternyata berlangsung di sana.

“Saya dibawa ke sana untuk menjalani hukuman. Tinggal dengan teman ibu, kebetulan mereka satu perguruan. Di sana, saya disiksa. Saya disuruh mencuci piring sendirian, memasak 1.000 – 1.500 porsi makanan sendirian, membersihkan dapur menggunakan baju di badan,” kesalnya.

Bahkan, WDT dipukul dengan sutil kayu, diancam disuntik hormon, dan pernah diancam ditembak jika berani melawan. Rencananya, ia akan menjalani hukuman di sana selama 2 tahun. Tetapi, baru sebulan ia berhasil kabur dan melaporkan kasus tersebut ke Polsek Bekasi Timur.

“Saya sudah pernah laporkan kekerasan yang saya alami. Tapi berujung damai. Si ibu dan pihak sekolah tempat saya tinggal di sana berjanji tidak akan mengulanginya,” paparnya.

Pasca-masalah itu selesai, korban memilih berhenti sekolah dan tinggal bersama orang tua kandungnya di sana sembari bekerja di Tangerang, Cikupa.

Tiba-tiba, TNS lagi-lagi muncul dan mengajak korban kembali ke Kendari dengan alasan melanjutkan sekolah. Karena TNS berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, korban lagi-lagi setuju dan berencana kembali ke Kendari.

Ternyata, TNS masih berulah. Bahkan, korban sempat dibawa di hotel yang ada di Bekasi dan kembali diminta melayani nafsu di TNS. Kejadian itu terus terulang hingga di Kendari.

Belakangan, korban lagi-lagi ketahuan menjalin asmara dengan wanita lain. Saat itu, indekos kekasih korban di Kendari didatangi TNS. Bahkan, korban dilempar menggunakan gelas hingga mengalami luka serius.

“Saya dibawa ke RS Bhayangkara Kendari. Dirawat 5 jahitan. Pengakuan TNS ke pihak rumah sakit, saya jatuh di tangga dan kepala saya tertimpa gelas,” ucap WDT.

Pada 18 Agustus 2024, WDT pernah putus asa dan mengaku sudah tidak sanggup dengan insiden yang dialami. Ia ingin bercerita kepada orang lain, tetapi ia bingung. Walhasil, korban naik ke puncak gedung Kantor Wali Kota Kendari sembari menangis dan berteriak.

“Saya binggung, makanya saya naik di atas itu dulu. Tapi saya memang mau mencari angin saja,” katanya.

Saat ini, korban masih berada di Kendari. Ia memilih melawan dan sedang mengumpulkan bukti-bukti agar membongkar kasus tersebut.

“Saya ingin bongkar semua. Cukup saya yang menjadi korban, tidak boleh lagi ada orang lain,” pungkasnya.

Bagikan berita ini:
Tetap terhubung dengan kami: