Polemik di SMAN 1 Lasolo, Kepsek Dilapor Polisi hingga Gaji 26 Guru Ditahan
Konawe Utara – Polemik antara puluhan guru dan Kepala SMAN 1 Lasolo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), terus berlanjut. Buntut dari perkara itu, gaji 26 guru ditahan sementara oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra karena mogok mengajar.
Salah satu guru SMAN 1 Lasolo, Kamria, menjelaskan awal perkara tersebut. Dia mengatakan polemik itu bermula dari masalah pribadinya dengan Kepala SMAN 1 Lasolo, Anas Herson. Dia mengaku menerima kekerasan verbal, bullying, hingga direndahkan martabatnya oleh Anas Herson.
“Hal itu yang saya ajukan ke polisi. Beliau itu tanpa menghargai saya, datang di rumah teriak-teriak minta laptop dengan paksa,” katanya kepada Kendariinfo melalui sambungan telepon, Sabtu (3/8/2024).
Sebelum kejadian, Kamria sempat ditelepon Anas Herson untuk meminta laptop sekolah yang berisi data pokok pendidikan (dapodik) siswa. Waktu itu, Kamria tidak mengangkat tiga telepon masuk Anas Herson. Namun panggilan telepon keempat Anas Herson diangkat Kamria.
“Saat itu saya hendak ambil makan di dapur, jadi saya tidak dengar teleponnya. Ketika telepon keempatnya, saya angkat. Langsung dia hardik saya dengan kalimat ‘saya tidak suka orang slow response’. Langsung dia (kepsek) matikan telepon. Saat itu tambah sakit perasaanku. Di situ saya mulai tersinggung dan mengirim chat pengunduran diri sebagai operator dapodik,” lanjut Kamria.
Anas Herson kemudian memerintahkan wakil kepala sekolahnya untuk datang meminta laptop, karena Kamria telah mengundurkan diri. Tetapi karena ada pemindahan data, proses pengembalian laptop oleh Kamria memakan waktu. Anas Herson pun datang secara langsung. Menurutnya, kedatangan Anas Herson meminta laptop ke rumahnya terkesan tidak sopan sampai membuat anak Kamria ketakutan.
“Sebenarnya dia sudah suruh wakasek kesiswaan untuk ambil itu laptop. Kemudian saya bilang, kita pulang saja. Saya pegang dapodik sudah lama dan ada beberapa perangkat ajar yang harus saya pindahkan, tetapi dia mendesak. Posisinya dia datangi rumahku malam hari. Dia tidak sabar menunggu cuma beberapa menit. Dia datang teriak-teriak di rumah minta laptop,” jelas Kamria.
Bahkan menurut Kamria, Anas Herson melontarkan beberapa bahasa yang terkesan mengancam apabila lebih lama menahan laptop tersebut. Setelah itu, Kamria yang ketakutan langsung menyerahkan laptop kepada Anas Herson. Sejak itu hubungan keduanya mulai tidak baik.
“Saya tutuplah laptop itu, kemudian saya serahkan. Tetapi saat itu mulai saya konflik dengan dia. Sampai dia rendahkan martabat, dengan perkataan ‘kamu itu mentang-mentang pendidikanmu tinggi, kamu berani lawan saya’. Bahkan ada bahasa-bahasa ancaman kalau tidak diberikan laptop itu, dia mau hancurkan. Anak saya di rumah kaget. Dari situ saya putuskan untuk buat laporan polisi,” imbuhnya.
Dari masalah itu, satu per satu unek-unek guru lain keluar. Akumulasi dari kasus itu berbuntut pada persatuan 28 guru yang menginginkan Anas Herson ditindak tegas oleh Dikbud Sultra.
“Sudah banyak guru yang dikasih pindah sepihak tanpa pembinaan. Jadi kalau dia marah, tidak langsung dibina gurunya. Langsung to the point, dikeluarkan. Ada juga yang tidak diberi jam pelajaran,” tambahnya.
Akumulasi dari masalah tersebut tidak hanya membuat guru geram, tetapi juga orang tua siswa. Banyak orang tua yang menyayangkan sikap Anas Herson. Guru-guru yang sependapat dengan Kamria pun kini melakukan aksi mogok mengajar.
“Awalnya kami itu ada 28 orang mogok belajar dan buat petisi. Hanya karena keluar SP 1 dan SP 2 dari dinas, jadi dua orang sudah kembali mengajar. Kini kami ada 26 yang ditahan gajinya oleh dinas,” ungkap Kamria.
Aksi mogok itu karena mereka ingin mendapatkan perhatian dari Dikbud Sultra agar nyaman dalam proses transfer ilmu. Kamria melanjutkan, dirinya bersama guru-guru lain tetap melakukan proses belajar mengajar, tetapi secara online.
“Kalau yang saya lihat sudah tidak banyak siswa yang ke sekolah. Kami tetap berikan mereka pelajar online, karena sudah tidak nyaman mengajar di sekolah,” ujarnya.
Sementara untuk laporannya ke kepolisian, Kamria menyebut sudah memasuki tahapan penyelidikan.
Menanggapi pernyataan Kamria, Kepala SMAN 1 Lasolo, Anas Herson, menjelaskan saat itu dirinya mendapatkan surat dari Inspektorat tentang adanya pemeriksaan terkait dapodik. Setelah mendapatkan informasi, Anas langsung menghubungi Kamria yang saat itu masih menjadi operator dapodik.
Tujuan Anas Herson menelepon Kamria untuk meminta laptop berisi data pokok siswa SMAN 1 Lasolo. Dirinya mengaku menelepon guru Kamria sebanyak 4 sampai 5 kali, tetapi tidak kunjung diangkat.
Selang beberapa saat, Kamria pun menelepon balik Anas Herson. Saat itu, Anas Herson langsung mengatakan agar operator dapodik tidak slow response. Lalu Anas pun langsung mematikan telepon.
Setelah itu, Anas langsung melakukan perjalanan dari Kendari menuju Konawe Utara. Setibanya di rumah jabatan kepsek, Anas mendapatkan pesan WhatsApp tentang pengunduran diri Kamria sebagai operator dapodik.
“Saya terdesak dari penugasan Inspektorat, maka saya tugaskan wakasek kesiswaan untuk pergi mengambil laptop. Sebenarnya saya tidak ingin mengambil laptop, tetapi dia sudah mengundurkan diri. Saya juga sampaikan sama wakasek kesiswaan untuk memberi tahu Ibu Kamria, bahwa laptop itu sangat dibutuhkan untuk mencocokan dapodik tahun 2023 dengan jumlah penerima dana bos,” kata Anas Herson kepada Kendariinfo melalui sambungan telepon, Sabtu (3/8/2024).
Wakasek kesiswaan tidak kunjung datang. Anas Herson pun kembali menanyakan keberadaan laptop tersebut kepada wakasek kesiswaan. Wakasek kesiswaan berdalih bahwa laptop tersebut masih digunakan oleh Kamria untuk memindahkan data dari laptop sekolah ke laptop pribadinya.
“Saya putuskan untuk datang langsung ke rumah Ibu Kamria. Saya sampaikan permintaan tolong saya agar laptop segera diberikan, karena semua data di sana. Saya bertanya baik-baik, meski saya akui nada suara saya agak keras. Tetapi itu karena saya sudah lama menunggu, bukan marah seperti apa. Justru dia yang marah dari dalam rumah. Setelah saya ambil laptop, saya langsung pulang,” jelasnya.
Terkait tudingan dirinya otoriter dan arogan, Anas Herson menampik semuanya. Menurut Anas Herson, perlakuannya kepada para guru semata-mata untuk kembali menekankan nilai-nilai disiplin agar para siswa bisa mencontoh.
“Saya ingin menegaskan, bahwa memang ada beberapa guru yang saya tegur. Itu karena malas, sering terlambat masuk mengajar, mereka mengabaikan disiplin sebagai guru. Kita tuntut anak-anak disiplin, tetapi kita guru itu tidak disiplin. Hal itu tidak elok,” lanjutnya.
Menurut Anas Herson, tidak semua guru mendapatkan teguran darinya. Hanya ada satu sampai dua guru saja. Itu pun beralasan. Di mana alasan yang paling kuat adalah indisipliner dari guru-guru yang dimaksud.
“Hanya satu sampai dua orang saja yang saya tegur. Guru lainnya itu tidak ada, karena mereka disiplin. Kenapa bisa sampai 28 orang yang mogok mengajar, karena mereka hanya ikut solidaritas. Hal ini saya tahu setelah mereka ditanyai oleh dinas waktu pertemuan beberapa waktu lalu,” tambahnya.
Anas mengungkapkan tidak ingin menegur guru-guru apabila melakukan kewajiban sesuai aturan. Apalagi dirinya juga merupakan warga Lasolo bahkan alumni Lasolo.
“Bahkan ada itu guru yang pernah meninggalkan tugas selama tiga bulan, tetapi saya tetap bijaksana. Tetap dibayarkan gajinya. Sebenarnya kalau mereka masih terlambat satu atau dua kali, saya masih toleransi. Tetapi ini sudah berulang. Intinya kalau kita mau ajarkan anak kita disiplin, berarti gurunya juga harus disiplin,” bebernya.
Anas juga menjelaskan bahwa tudingan banyak orang tua dan siswa yang sudah geram kepadanya. Hal itu tidak benar, bahkan dirinya tidak pernah mendengar. Anas mengeklaim bahwa hal tersebut adalah imbas dari pengaruh guru-guru yang membuat para siswa tidak datang ke sekolah.
Terkait pembelajaran online yang dilakukan guru-guru, Anas menilai itu hanya sekadar alasan untuk tidak datang mengajar. Pihaknya sama sekali tidak pernah melakukan rapat terkait pembelajaran online.
“Artinya kalau mereka tidak senang, ya, tugas pokok sebagai pegawai negeri tetap dijalankan, harus datang mengajar. Kasihan siswanya. Kalau untuk orang tua siswa, wali kelas yang pengaruhi. Akhirnya mereka terprovokasi. Mereka yang kini gajinya ditahan itu masih guru di sini. Saya dengan lapang dada, welcome menerima para guru-guru kalau sekiranya ingin kembali mengajar,” pungkasnya.
Dikbud Sultra Hentikan Gaji 26 Guru SMAN 1 Lasolo Imbas Mogok Mengajar