Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Konawe

Polemik Petani Sawah dan Bendungan Ameroro Konawe Temui Titik Terang

0
0
Polemik Petani Sawah dan Bendungan Ameroro Konawe Temui Titik Terang
Persawahan di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto: Istimewa.

Konawe – Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe menggelar rapat dengar pendapat (RDP) menyelesaikan polemik antara pihak BWS Sulawesi IV Kendari dan kelompok tani di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dalam RDP itu, sejumlah perwakilan instansi turut hadir. Mulai dari pimpinan DPRD Konawe, Komisi II DPRD Konawe, Polres Konawe, SKPD TPOP Dinas SDA dan Bina Marga Sultra, Kantor BWS IV Kendari, dan Dinas PU Konawe.

Turut hadir pihak Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Konawe, Ketahanan Pangan Konawe, Camat Uepai, Kepala Desa Ameroro, Kepala Desa Humboto, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Ameroro, serta Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Konawe Bersatu.

Anggota DPRD Konawe melakukan tinjauan saluran irigasi di Bendungan Ameroro. Foto: Istimewa.

Ketua DPRD Konawe, I Made Asmaya, mengatakan pihaknya telah mendengarkan unek-unek para petani yang mempersoalkan kekurangan air pada sejumlah sawah di Kecamatan Uepai. Sebagai tindak lanjut, ada dua langkah yang telah dilakukan.

Pertama, melakukan peninjauan di lokasi irigasi Bendungan Ameroro, Kamis (10/4/2025). Dalam peninjauan lokasi, mereka menemukan adanya kerusakan saluran seluler sekunder dan tersier serta sedimen lumpur pada irigasi.

“Kita sudah tinjau lapangan dan menginstruksikan pihak BWS untuk segera melakukan perbaikan dan evaluasi,” katanya, Sabtu (12/4).

Kedua, melakukan RDP dan mempertemukan sejumlah pihak, termasuk yang bertanggung jawab dalam kegiatan irigasi perairan untuk persawahan petani pada Jumat (11/4). Saat RDP, sejumlah keputusan disepakati bersama.

Pertama, tidak ada persoalan antara bangunan ukur ambang lebar yang telah dibangun pihak BWS di Bendungan Ameroro. Kedua, bangunan itu didirikan bukan untuk menghambat aliran air, melainkan mengontrol laju air. Dengan begitu, kebutuhan air para petani untuk bisa bersawah tercukupi.

Ketiga, kebutuhan air sebenarnya sudah tercukupi, bahkan berlebih. Luas lahan petani 203 hektare dengan kebutuhan airnya 253 liter per detik dan realisasinya 391 liter per detik. Kekurangan pasokan air disebabkan kerusakan pada jaringan tersier. Keempat, Kepala BWS Sulawesi IV Kendari mengevaluasi kinerja anggotanya dan memerintahkan pihak terkait meningkatkan kinerja dan fungsi utama mereka.

“Tugas mereka adalah menjaga kondisi jaringan irigasi tetap baik, membantu kelancaran pelayanan terhadap pendistribusian air irigasi, terutama para pemakai air,” tegasnya.

Kepala Satuan Kerja (Satker) Operasi dan Pemeliharaan (OP) BWS Sulawesi IV Kendari, Agus Karim Karim, menyebut pihaknya terus berupaya melakukan perbaikan pada saluran yang rusak. Sebagai langkah nyata dalam memudahkan aktivitas petani, dilakukan penurunan ketinggian palang bangunan ukur ambang lebar dari 70 sentimeter menjadi 50 sentimeter.

“Sudah kami perbaiki dan airnya sudah mengalir ke sawah petani yang sebelumnya disebut gagal tanam. Kami turunkan dulu untuk sementara waktu, mengingat mendesaknya kebutuhan air bagi petani yang akan memulai masa tanam pertama,” ucap Agus.

Saat ini, musim tanam dan pengaliran masih berlangsung. Setelah masa panen selesai, pihaknya akan melakukan perbaikan saluran tersier dan saluran sekunder yang telah di inventarisasi titik kerusakannya dan pembuatan bangunan box tersier.

“Tujuannya agar dapat mengatur kebutuhan air para petani sehingga mengalir lancar di persawahan,” tutup Agus.

Keluhkan Sawah Kekurangan Air, Massa Demo di DPRD Konawe hingga Ricuh

Bagikan berita ini:
Tetap terhubung dengan kami: