Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Tangis Histeris Warga Warnai Penjemputan Peti Jenazah Nelayan yang Tewas Ditembak Polisi di Perairan Laonti Konsel

0
0
Tangis Histeris Warga Warnai Penjemputan Peti Jenazah Nelayan yang Tewas Ditembak Polisi di Perairan Laonti Konsel
Detik-detik penjemputan jenazah nelayan yang tewas ditembak polisi di Konsel. Foto: Istimewa. (26/11/2023).

Konawe Selatan – Tangis histeris warga warnai penjemputan peti jenazah nelayan yang tewas ditembak polisi di Perairan Cempedak, Desa Cempedak, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Minggu (26/11/2023), malam.

Nelayan bernama Putra (16) ditembak oleh oknum polisi yang bertugas sebagai Dit Polairud Polda Sultra, Jumat (24/11), dini hari. Dari tanda-tanda di fisik korban, Putra mengalami luka tembak di bagian bokong kiri.

Anak pertama dari pasangan suami-istri, Rustam dan Nayang itu sempat dilarikan dan menjalani perawatan medis di RS Bhayangkara Kendari. Akan tetapi, sehari menjalani perawatan, nyawanya tidak bisa diselamatkan dan Putra menghembuskan napas terakhir pada Minggu (26/11) sore, sekira pukul 16.40 Wita.

Puluhan warga yang menangis histeris usai nelayan tewas ditembak polisi di Konsel. Foto: Istimewa. (26/11/2023).

Korban dimandikan, dikafani, dan dimasukan ke dalam peti jenazah. Selanjutnya, peti jenazah itu dibawa menggunakan mobil ambulance RS Bhayangkara Kendari menuju salah satu dermaga di Kota Kendari.

Didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, peti mayat tersebut langsung diseberangkan ke Desa Cempedak menggunakan perahu rakit milik warga.

Saat jenazah Putra sampai di Desa Cempedak, keluarga korban dan masyarakat di sana telah menunggu di tepi dermaga. Tak ada banyak kata, warga yang telah lama menanti pun tak bisa menahan tangis.

Walhasil, pecah tangis menggema di kampung tersebut bahkan seorang ibu tampak histeris menangisi jasad Putra yang telah terbungkus kain kafan.

Keluarga korban, Herman Pambahako mengatakan, ada empat nelayan yang tertembak peluru polisi yakni Maco (39), Putra (16), Ucok (24), dan Alung (16).

“Maco telah meninggal dunia saat hari kejadian dan Putra meninggal dunia usai sehari menjalani perawatan,” katanya.

Terkait dengan insiden penembakan ini, Herman mengaku kesal dengan langkah aparat kepolisian yang berdalih melakukan penembakan dengan alasan membela diri.

“Kalau kalimatnya terjadi perlawanan, tolak ukurnya apa sehingga dituntaskan dengan tembakan peluru. Ini harus dijelaskan,” kesalnya.

Tidak hanya itu, Herman mengaku janggal dengan sikap arogansi polisi sebab di balik kasus tersebut, ada sejumlah luka mencurigakan yang ada di tubuh korban.

“Ada luka-luka lain selain penembakan. Ini yang kita mau tahu, sebenarnya ada apa. Kami yakin ada kejadian lain di luar aksi penembakan, ini yang harus diusut,” pungkasnya.

Bagikan berita ini:
Tetap terhubung dengan kami: