Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Wanita Gangguan Mental di Konsel Akhiri Hidupnya, Kakak: Adik Saya Depresi karena Diperkosa

1
0
Wanita Gangguan Mental di Konsel Akhiri Hidupnya, Kakak: Adik Saya Depresi karena Diperkosa
Jenazah F saat dibawa di RS Bhayangkara Kendari. Foto: Herlis Ode Mainuru/Kendariinfo. (4/3/2024).

Konawe Selatan – Seorang wanita dalam gangguan mental berinisial F (20) ditemukan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Minggu (3/3/2024) sekira pukul 09.00 Wita. Diduga, korban depresi karena menjadi korban pemerkosaan.

Kepada Kendariinfo, kakak F bernama Ardi (25) menceritakan kronologi dugaan pemerkosaan yang dialami oleh adiknya hingga nekat mengakhiri hidup.

Menurut Ardi, ibunya berinisial M dan adiknya inisial F tinggal di sebuah rumah kecil di Kecamatan Laonti, Konsel. Untuk menafkahi keduanya, Ardi bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

“Jadi mamaku sama adeku ini tinggal berdua di rumah. Sudah cerai sama bapakku,” katanya, Senin (4/3).

Pada Senin (14/8/2023) sekira pukul 09.00 Wita, adiknya tengah mencuci pakaian di kamar mandi. Tiba-tiba, ada seorang pria berinisial A masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi. Di tempat itulah, A diduga melakukan pemerkosaan kepada F.

Sebulan kemudian atau Senin (4/9/2023), sekira pukul 09.00 Wita, F sedang mencuci piring di dapur. Tiba-tiba, A masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Saat itu, A menarik paksa F dan membawanya masuk ke dalam kamar lalu menggauli korban layaknya pasangan suami istri.

Ardi menerangkan, dugaan pemerkosaan itu terungkap setelah ibunya mencurigai gerak-gerik F yang selalu ketakutan saat melihat A. Bahkan F mengurung diri ke dalam kamar dan tidak ingin bertemu orang lain.

Tidak hanya itu, ibu F merasa aneh dengan uang Rp50 ribu yang dikantongi oleh F. Sebab ia tidak pernah memberikan uang sebesar itu kepada anaknya. F pun diinterogasi oleh ibunya.

“Ternyata adik saya ini tidak mau ke luar rumah karena mengaku diperkosa sebanyak dua kali oleh A. Dia takut nanti ketemu lagi A. Itu uang Rp50 ribu juga ternyata diberikan A setelah diperkosa kedua kalinya,” paparnya.

Ardi menerangkan, adiknya mengalami gangguan mental sejak kecil. Tetapi, ia selalu mengonsumsi obat dan saat ini tengah menjalani masa pemulihan.

“Dari kecil memang gangguan mental, tapi datang-datangan. Kadang dia aneh-aneh kalau terlambat minum obat, tapi sisanya itu dia sadar dan normal,” paparnya.

Saat dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh A, adiknya tidak berani berteriak karena ketakutan. Bahkan, F sebenarnya tidak berani membuka suara. Namun, karena diyakinkan oleh ibunya dan kakaknya, F pun menceritakan semuanya dengan persyaratan, ia harus meninggalkan kampung tersebut.

Untuk menepati janjinya, Ardi memilih membawa ibu dan adiknya tinggal di sebuah indekos yang di Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Saat berada di indekos itulah, Ardi membawa adiknya di kantor polisi dan melaporkan kejadian tersebut di Mako Polda Sultra, Kamis (21/9/2023).

“Tapi sampai saat ini, saya belum mendapatkan keadilan untuk adik saya,” kesalnya.

Beberapa bulan tinggal di indekos, Ardi memilih membawa pulang ibu dan adiknya di kampung halaman di Kecamatan Laonti, Konsel.

Namun, pada Minggu (3/3/2024), adiknya masih mengurung diri dan saat ditemukan ternyata telah tergantung tali dalam kamar.

“Adikku ini sempat bilang, kalau dia pulang kampung dan ketemu lagi A, sama saja tidak ada harga dirinya, dia takut terus. Makanya dia depresi,” ucap Ardi.

Sementara itu, ibu korban berinisial M mengaku, saat anaknya diduga diperkosa oleh A, ia selalu berada di luar rumah. Ia juga tidak menyadari jika A datang ke rumahnya.

“A ini masih ada hubungan keluarga juga, sering memang ke rumah tapi saya tidak tahu kalau begini,” katanya.

Tidak hanya itu, M mengaku pernah bertanya kepada A, kenapa memberikan uang Rp50 ribu kepada anaknya. Padahal, selama ini A tidak pernah memberikan uang kepada F.

“Tiba-tiba dia (A) kasihkan uang sama anakku. Katanya untuk beli-beli kebutuhannya,” paparnya.

Saat ini, laporan korban masih berada di Polda Sultra. Hingga F meninggal, pihak keluarga belum mengetahui pasti perkembangannya laporan yang telah dilayangkan.

Bagikan berita ini:
Tetap terhubung dengan kami: