Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Program BBM Satu Harga Berdampak pada Perekonomian Masyarakat di Wilayah 3T

Program BBM Satu Harga Berdampak pada Perekonomian Masyarakat di Wilayah 3T
Ilustrasi SPBU. Foto: Istimewa.

Nasional – Program BBM Satu Harga berdampak langsung pada perekonomian masyarakat di Wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Sebab, dengan program BBM Satu Harga ini harga BBM di pedesaan tidak berbeda dengan di kota. Program ini meliputi BBM jenis premium dan solar.

Menurut Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, PT Pertamina (Persero) telah memulai program BBM Satu Harga sejak Juli 2022. Program BBM Satu Harga ini memang diperuntukkan bagi masyarakat di wilayah 3T.

“Pertamina punya program BBM Satu Harga. Di mana Pertamina menanggu seluruh biaya distribusi BBM sampai dengan ke lokasi Terpencil, Tertinggal dan Terdepan dengan menghadirkan harga yang setara dengan SPBU yang ada di kota,” kata Fahrougi.

Salah satu wilayah yang sudah menerima program BBM Satu Harga adalah Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Dengan jarak sekitar 548 kilometer dari Makassar, kadang dibutuhkan waktu sepekan untuk bisa mendistribusikan BBM ke sana. Selain jauh, medan yang dilalui juga menjadi kendala.

Meski banyak kendala, Fahrougi menegaskan, program BBM Satu Harga tetap harus dijalankan. Selain untuk memberikan keadilan sosial, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah 3T.

Baca Juga:  Soft Opening Princess Beautiful Studio Kendari, Ada Ragam Tawaran Menarik untuk Perawatan

“Program ini memang menyasar daerah-daerah yang tertinggal untuk bisa meningkatkan akses terhadap perekonomian. Harga bahan pokok menjadi turun karena harga BBM yang sama seperti di kota,” ujarnya.

Program BBM Satu Harga sangat dirasakan masyarakat Seko. Salah satunya Imran. Sebelum adanya Program BBM Satu Harga, petani kopi ini harus membeli BBM dengan harga tinggi untuk menggiling kopi hasil pertanian.

“Dulu kita beli di Sabbang, tapi ambilnya di sini dengan harga yang begitu mahal. Kami beli perjerikennya seharga Rp450 ribu. Sekarang harga sudah terjangkau,” ujarnya.

Di sisi lain, Imran pun berharap agar Pemerintah Daerah memperbaiki jalan ke wilayahnya. Sebab, jalan yang rusak tak hanya mempersulit Pertamina dalam mendistribusikan BBM, namun juga berdampak pada masyarakat. Jalan yang rusak mempersulit mereka menjual kopi dengan harga kompetitif.

“Saya masih menaruh harapan besar terhadap pembangunan infrastruktur jalan, yang menjadi kendala pendistribusian BBM untuk sampai Lambiri,” kata Imran.

Penulis
Editor Kata
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten