Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Konten Pilihan

Benci Jadi Cinta, Cerita Pengabdian ASN di Pesisir Muna

Benci Jadi Cinta, Cerita Pengabdian ASN di Pesisir Muna
Ramadhan saat bersama nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.

Muna – “Orang orang perikanan pembohong semua,” kesan negatif tersebut didapatkan Ramadhan saat pertama kali menginjakkan kakinya dan bertemu masyarakat di kawasan Pasi Kolaga, Kabupaten Muna untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna.

La Ode Ramadhan ditugaskan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tenggara atas usulan sang atasan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna, La Kusa menjadi Pendamping Teknis Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) di pesisir Kabupaten Muna, tepatnya di Kecamatan Pasi Kolaga dan sekitarnya.

PAAP sendiri adalah sebuah program konservasi yang dibesut oleh Rare Indonesia sejak tahun 2017 dan masuk ke Sulawesi Tenggara sejak 2018. Program ini berupa pemberian akses serta tanggung jawab pengelolaan wilayah perairan di daerah tertentu kepada kelompok masyarakat yang bermukim di daerah perairan tersebut.

Ramadhan saat melakukan diskusi bersama kelompok nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.
Ramadhan saat melakukan diskusi bersama kelompok nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.

Program ini memiliki sebuah kawasan pengelolaan yang terbagi dua komponen yaitu kawasan PAAP itu sendiri yaitu lokasi di mana masyarakat dapat memancing ikan sesuai peraturan yang disepakati bersama oleh masyarakat setempat. Kemudian ada kawasan larang ambil yaitu lokasi yang disepakati ditutup secara permanen, sebagai ‘tabungan ikan’ yang bisa diambil ‘bunganya’ di kemudian hari.

Dengan penugasan tersebut, Ramadhan harus terjun langsung ke masyarakat di kawasan Pasi Kolaga dan mengenalkan berbagai hal mengenai PAAP. Merasa program ini memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, Ramadhan tak ragu untuk memulai pengabdiannya.

Melakukan pengabdian di salah satu ujung Kabupaten Muna yang sudah berbeda pulau karena berada di daratan Pulau Buton menciptakan cerita tersendiri yang menarik bagi Ramadhan.

Lokasi yang cukup terpencil dan akses yang juga cukup sulit menjadi tantangan tersendiri yang dialami oleh Ramadhan, ditambah dengan kondisi apatis masyarakat yang dia hadapi karena merasa dianaktirikan oleh pemerintah.

“Setiap ada program pemberdayaan maupun pemberian bantuan kepada nelayan selalu didahulukan di tempat lain, bahkan jika pun kebagian maka hanya ampas-ampasnya saja,” begitulah ungkapan kekecewaan masyarakat kepada pemerintah di daerah yang jauh dari pusat kota ini.

Nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.
Nelayan di Pasi Kolaga yang bersiap untuk melaut. Foto: Rare Indonesia.

Penolakan Masyarakat

Di daerah yang kaya akan hasil laut ini, program PAAP mulai diperkenalkan sejak tahun 2019 oleh Ramadhan sebagai Pendamping Teknis dan kawannya, La Ode Oumar Djemil yang bertugas sebagai Pendamping Masyarakat program ini.

Membawa program yang bertujuan baik untuk masyarakat, bukan berarti kesan pertama yang mereka dapatkan baik juga ketika pertama kali mengenalkan program ini kepada masyarakat.

Stigma masyarakat kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan masih sangat kuat di daerah ini. Kurangnya perhatian pemerintah daerah kepada para nelayan dinilai menjadi salah satu sebab api stigma itu muncul.

“Orang orang perikanan pembohong semua,” kata ini secara terang-terangan diungkapkan oleh Didin yang merupakan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Labulawa yang mewakili kekecewaan masyarakat kepada pemerintah daerah saat Ramadhan melakukan kunjungan untuk mengenalkan program di desa tersebut.

Ramadhan juga mengaku pernah diusir oleh oknum masyarakat saat mencoba menjalankan program PAAP ini di daerah mereka. Bahkan cap pembohong dan tidak peduli sudah tersemat di pikiran masyarakat desa di kawasan Pasi Kolaga kepada pemerintah.

Saat itu di bulan Maret tahun 2019, di awal masuknya Program PAAP, Ramadhan berangkat dari desa pesisir ke desa pesisir lainnya yang menjadi daerah binaan PAAP Pasi Kolaga untuk melakukan sosialisasi sekaligus menjelaskan program tersebut kepada pemangku kepentingan yang ada.

Ketika masuk di Desa Labulawa, Kecamatan Pasir Putih, Ramadhan diusir oleh salah satu oknum warga yang sudah kepalang tidak percaya dengan pemerintah.

Bukan hanya sekali, kejadian pengusiran serupa juga dirasakan Ramadhan saat berkunjung ke Desa Lambelu, Kecamatan Pasi Kolaga.

“Saya hanya tersenyum, saya tidak membalas, saya pun tidak bereaksi untuk melakukan perlawanan,” ujar Ramadhan saat menceritakan kondisinya saat itu.

Dia pun tak beranjak dari tempatnya untuk meninggalkan desa tersebut. Dia terus berusaha mencoba menjelaskan dengan baik dan santun tujuan kedatangan dia di desa tersebut kepada oknum masyarakat yang mengusirnya.

Meluluhkan Hati Masyarakat

Ramadhan saat berbincang bersama Nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.
Ramadhan saat berbincang bersama Nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.

Berbagai stigma dan penolakan yang diterima Ramadhan dan kawannya, tak menyurutkan semangatnya. Karena menurutnya, yang mereka bawa untuk masyarakat ini adalah ‘hal baik’.

Baca Juga:  Mengintip 5 Keindahan Alam Sekaligus di Napabale Muna

Dia semakin sering melakukan kunjungan ke masyarakat dan berkomunikasi secara intensif dan santun untuk pelan-pelan memperkenalkan Program PAAP yang dibawanya kepada masyarakat di kawasan Pasi Kolaga.

Didin yang sebelumnya mengecap mereka sebagai pembohong, mulai tersadar saat melihat komitmen mereka untuk membawa program ini demi kebaikan masyarakat.

Bahkan tak jarang Ramadhan bersama kawannya menginap di desa yang mereka kunjungi untuk semakin mengintensifkan komunikasi dengan masyarakat yang tak terbatas waktu.

Karena untuk mencapai daerah Pasi Kolaga, Ramadhan dan kawannya yang tinggal di Raha di daratan Pulau Muna harus menyeberang dahulu menggunakan kapal ke Pulau Buton. Sedangkan kapal memiliki jam berangkat yang membuat waktu kunjungan mereka sangat terbatas.

Ketua Kelompok PAAP Pasi Kolaga, La Ode Sidik Idzan (46) saat berbicara mengenai PAAP di Pasi Kolaga. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).
Ketua Kelompok PAAP Pasi Kolaga, La Ode Sidik Idzan (46) saat berbicara mengenai PAAP di Pasi Kolaga. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).

Keluhan juga diungkapkan oleh La Ode Sidik Idzan yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Kolese. Dirinya yang pernah menjadi bagian pemerintah desa pun merasa kecewa dengan pemerintah daerah yang menurutnya tidak memberikan perhatian kepada nelayan di desanya.

Sama seperti masyarakat lainnya, Sidik pun menunjukkan sikap cueknya saat Ramadhan berusaha membawa program PAAP di desanya.

Namun, lagi-lagi keseriusan Ramadhan akhirnya meluluhkan hati masyarakat termasuk Sidik. Keseriusan itu dilihat Sidik dari intensifnya kunjungan Ramadhan setiap minggu ke desanya untuk bertemu masyarakat.

Bahkan sekarang Sidik menjadi salah satu orang yang paling aktif dan merupakan penggerak utama program PAAP di Pasi Kolaga serta didaulat menjadi Ketua Kelompok PAAP Pasi Kolaga.

Sidik tak segan-segan berkorban waktu hingga materi saat kehadiran Ramadhan bersama kawannya dalam menjalankan program PAAP di desanya.

Cerita Sidik dan Didin menjadi beberapa kisah manis perjuangan Ramadhan di Pasi Kolaga. Selain itu, oknum yang dahulu menolaknya, kini juga bergabung bersama menghidupkan Program PAAP.

“Alhamdulillah, dengan penjelasan dan komunikasi yang baik, oknum-oknum tersebut bisa sadar dan akhirnya bergabung membantu saya menjalankan program PAAP di site Pasi Kolaga,” cerita Ramadhan.

Ramadhan juga tak tinggal diam melihat kekecewaan dan keluhan masyarakat terkait merasa tidak dipedulikannya mereka oleh pemerintah. Keluhan inilah yang menjadi dasar penolakan masyarakat terhadap kedatangan orang pemerintahan di desa mereka, termasuk Ramadhan sebagai ASN di Dinas Kelautan dan Perikanan.

Dia sering melakukan lobi-lobi dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Pemerintah Daerah agar program yang dicanangkan bisa juga dirasakan oleh masyarakat di Pasi Kolaga.

Akhirnya usaha tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 2019 dan 2020, sejumlah nelayan di kawasan PAAP Pasi Kolaga mendapat bantuan alat tangkap dan perahu. Selain itu, beberapa ruas jalan mereka yang rusak parah sudah dilakukan pengaspalan.

Menurut Ramadhan, kendala terbesar saat ini adalah stigma yang tercipta di masyarakat ketika pemerintah memberi bantuan, di benak mereka adalah bantuan fisik ataupun uang tunai.

“Padahal bantuan itu bukan saja berbentuk uang tunai, termasuk program PAAP ini, yang sesungguhnya lebih kepada upaya menjaga kelestarian sumber daya perikanan untuk mereka kelola dan manfaatkan dengan baik. Termasuk pula upaya untuk memberdayakan masyarakat agar tidak selalu ketergantungan dengan pihak lain,” jelas Ramadhan.

Pengorbanan Ramadhan dan Cinta Masyarakat

Petani rumput laut di Desa Kolese, Pasi Kolaga. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).
Petani rumput laut di Desa Kolese, Pasi Kolaga. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).

Pengabdian Ramadhan di daerah pelosok Kabupaten Muna yang sudah berjalan dua tahun tersebut, bukan berarti tanpa pengorbanan yang cukup besar.

Selain cerita penolakan dan pengusiran dari masyarakat saat membawa program tersebut, ada juga cerita lain yang dialami Ramadhan selama program berlangsung.

Selepas melakukan penyeberangan ke Pulau Buton dari Pulau Muna, ternyata tantangan yang dihadapi Ramadhan tidak sampai situ saja.

Akses jalan yang sangat buruk ditambah jarak yang cukup jauh untuk menjangkau kawasan binaannya di Pasi Kolaga, menjadi tantangan berikutnya bagi Ramadhan saat ingin melakukan kunjungan.

“Berkali-kali saya jatuh dari motor, jatuh di kubangan berlumpur jika musim hujan, dan makan debu ketika musim kemarau,” itulah gambaran perjuangan Ramadhan yang ia ceritakan ketika hendak menuju ke lokasi pengabdiannya.

Selain mengorbankan fisik dan tenaganya. Untuk menjalankan tugas ini, sang ASN tak jarang juga mengorbankan sedikit materinya untuk menjalin keakraban dengan para nelayan binaannya.

Membelikan rokok, gula, kopi, dan susu untuk beberapa nelayan dilakukan Ramadhan saat melakukan kunjungan. Kadang juga dia membelikan bensin untuk bahan bakar mesin perahu beberapa nelayan.

Baca Juga:  Pj. Gubernur Sultra Ingatkan ASN Waspadai Tindakan Pelanggaran Netralitas Jelang Pemilu 2024

“Langkah ini saya lakukan dengan maksud untuk lebih menjalin keakraban, persahabatan, dan persaudaraan saya dengan nelayan yang bermukim di kawasan PAAP Pasi Kolaga,” ungkap Ramadhan.

Ramadhan merasa senang bisa memiliki teman yang cukup jauh dari hiruk pikuk kehidupan ibu kota kabupaten. Namanya pun cukup dikenal di sana, mulai dari kalangan anak-anak, orang tua, termasuk ibu rumah tangga.

“Bagi kami, Pak Ramadhan adalah satu-satunya orang Dinas Perikanan yang betul-betul peduli sama kami, awal-awal masuk sini dia kami cueki tapi dia tetap dekati kami, jadi kami tahu betul bagaimana ikhlasnya dia membimbing kami di PAAP ini, ibarat anak ayam dia sudah jadi induk kami, jadi kalau suatu saat dia diganti pasti kami kehilangan induk dan bisa saja PAAP tidak jalan lagi seperti sekarang” kata Hamsudin, salah satu nelayan di Desa Mata Indaha menggambarkan cinta masyarakat kepada sosok Ramadhan di Pasi Kolaga.

Program yang dibawa menyatukan masyarakat

Kelompok PAAP di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.
Kelompok PAAP di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.

Cerita lain dari program yang dibawanya, Ramadhan mengungkapkan bahwa kelompok program PAAP yang ada menjadi salah satu media yang dapat menyatukan dan merekatkan masyarakat.

Ramadhan menceritakan, dahulu sebelum masuknya program yang dibawanya ini, beberapa oknum masyarakat antar-desa masih kerap terjadi keributan akibat salah paham jika ada hajatan.

Kelompok PAAP Pasi Kolaga yang dibinanya menjadi media mempersatukan karena anggotanya berasal dari berbagai desa hingga kecamatan.

Saat kegiatan PAAP, masyarakat lintas-desa tersebut menjadi sering bertemu, berdiskusi satu sama lain sehingga terjalin keakraban, persahabatan, hingga persaudaraan di antara mereka.

Hal ini mencegah terjadinya konflik-konflik akibat salah paham yang sebelumnya sering terjadi.

Bahkan panasnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang acap kali menjadi salah satu cambuk terciptanya konflik bagi masyarakat berbeda pilihan, tak berpengaruh besar di daerah ini.

Mereka merasa kebersamaan di kelompok PAAP, mampu meredam rasa persaingan dan permusuhan satu sama lain meski beberapa dari mereka terlibat menjadi tim sukses untuk beberapa calon kepala daerah yang sedang beradu.

Manfaat program yang dirasakan masyarakat

Nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.
Nelayan di Pasi Kolaga. Foto: Rare Indonesia.

Setelah luluhnya hati masyarakat, dan mulai dijalankan serta digerakkannya program ini secara efektif oleh masyarakat di Pasi Kolaga, hingga hari ini mulai ada beberapa manfaat yang dirasakan.

Salah satu nelayan di Desa Kolese, Kecamatan Pasi Kolaga, Lanti mengungkapkan hasil tangkapannya meningkat dibanding dahulu, kala program PAAP belum masuk di daerah mereka.

Dia menceritakan saat sebelum masuknya program yang dibawa oleh Ramadhan ke desa mereka, hasil tangkapan mereka bahkan tidak bisa menutupi biaya bahan bakar yang mereka beli untuk melaut.

Namun kini, ekonomi mereka juga cukup membaik seiring hasil tangkapan yang didapat meningkat akibat diaturnya penangkapan di kawasan PAAP Pasi Kolaga ini.

Salah satu nelayan di Desa Kolese, Kecamatan Pasi Kolaga, Lanti (41) saat menceritakan soal hasil tangkapannya. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).
Salah satu nelayan di Desa Kolese, Kecamatan Pasi Kolaga, Lanti (41) saat menceritakan soal hasil tangkapannya. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/9/2021).

“Bisa dapat satu hari itu kalau kita pergi tangkap ikan, ada juga Rp200 ribu. Kalau sudah dapat Rp200 ribu itu biasa kita pulang mi,” jelas Lanti.

Selain itu, La Ode Sidik Izan yang juga merupakan nelayan dan pembudidaya rumput laut mengungkapkan keberhasilan program ini adalah imbas dari terlindunginya wilayah tangkapan masyarakat Pasi Kolaga di Selat Buton.

Sidik pun yang melakukan budidaya rumput laut di Selat Buton bisa merasakan manfaatnya karena berkurangnya kenakalan nelayan dari luar yang biasa menggunakan racun hingga bom untuk menangkap ikan di daerah tersebut.

Yang di mana akibat dari racun dan bom ikan tersebut merusak budidaya rumput laut yang mereka lakukan. Manfaat tersebut semakin menyenangkan masyarakat dan dukungan terhadap Ramadhan menjalankan program ini semakin kuat, bahkan kehadirannya sangat dinantikan masyarakat.

“Dukungan masyarakat kepada Program PAAP itu sangat tinggi, bahkan mereka menginginkan agar program ini berlanjut terus,” jelas Sidik.

Segala upaya ini dilakukan Ramadhan bersama kawannya sebagai salah satu tugasnya sebagai ASN di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna hingga hari ini membuat rasa benci karena cap buruk yang dahulu timbul di hati masyarakat kawasan Pasi Kolaga kini jadi cinta yang betul-betul mendekatkan mereka selayaknya seorang teman hingga keluarga.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten