Endang Bicara Pentingnya Eksistensi Seni dan Budaya di Kendari
Kendari – Eksistensi seni dan budaya di suatu daerah perlu diperjuangkan dan dipertahakan. Seni dan budaya tradisional suatu daerah merupakan suatu tradisi yang patut untuk dibanggakan dan memiliki nilai tersendiri atas keunikannya.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Endang saat menjadi tamu di KI-sahan Podcast beberapa waktu lalu. Menurut Endang, Seni dan Budaya khususnya di Kota Kendari kian lama kian memudar.
Salah satu contohnya keberadaan kawasan pecinaan di Kota Lama yang kian tergerus zaman. Ia sangat menyangkan tidak adanya tindak lanjut yang konkret pada kawasan tersebut yang berujung penggusuran.
“Kota Kendari ini kan pelan-pelan hampir kehilangan (eksistensi seni dan budaya) setelah kawasan pecinaannya di Kota Lama itu dihabisi dan digusur,” ungkap Endang, Rabu (22/3/2023).
Tak hanya itu, kawasan rumah jabatan yang berada di lingkungan Kantor Wali Kota Kendari yang direhab dengan menghilangkan kultur dan sejarahnya. Endang menilai peremajaan bangunan dengan cara membongkar seluruh kawasan dengan menggantikan dengan bangunan yang baru tidak cocok.
Endang lebih men-support jika peremajaan dengan cara merenovasi agar tidak kehilangan eksistensi pembangunan para pendahulu, terlebih di kawasan pecinaan Kota Lama banyak menyimpan sejarah para visioner pembangunan Sultra.
“Ada rumah jabatan yang saya pernah tempati masih jadi pimpinan DPRD di Kota Lama yang juga pernah ditempati oleh Abdullah Silaondae. Seharusnya itu jangan dipugar karena ada warisan sejarahnya,” ungkapnya.
Endang juga merespons kurangnya perhatian pemerintah saat ini terkait pemanfaatan ruang bagi para pelaku seni dan budaya. Sampai saat ini, Endang belum merasakah kehadiran pemerintah di bidang tersebut.
Ia kembali mencontohkan perhatian pemerintah daerah lain yang cukup peka dan concern terhadap pembangunan seni dan budaya baik dari sisi SDM hingga pembangunan kawasan penopang para pelaku seni. Ia hanya melihat adanya pembangunan-pembangunan kawasan perkantoran saja, tapi tidak dengan kawasan seni budaya.
“Kenapa kita tidak kepikiran kita bikin seperti di Jakarta ada Taman Ismail Marzuki. Mungkin di sini kita bisa bikin taman apalah, bisa kita namakan tokoh seni budaya kita. Kita bebaskan tanah beberapa hektar lalu kita bangun gedung yang orang bisa berkesenian di situ berekspresi di situ,” ungkapnya.
Menurut Endang kurangnya perhatian pemerintah terhadap seni budaya bisa berdampak luas. Salah satu yang bisa menjadi tameng kehadiran seni budaya yakni mampu mengedukasi kalangan remaja untuk tidak berbuat aksi kriminalitas. Kurangnya perhatian itu, dimungkinkan berdampak pada kenakalan remaja.
“Ini yang bisa menjelaskan kenapa di Kendari ini banyak (remaja) membusur-busur,” ungkapnya.