Hadapi Dugaan Korupsi, Atlet Menembak Berprestasi Sultra Ini Sebut Ada Pihak Coba Menjatuhkannya
Kendari – Seorang atlet cabang olahraga menembak asal Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) bernama Moch. Asfrianda yang meraih segudang prestasi di tingkat lokal maupun nasional harus tersandung kasus dugaan korupsi dana Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dengan anggaran Rp250 juta pada kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sultra di Kota Baubau.
Menghadapi hal tersebut, Asfrianda mengaku kariernya yang telah ia rawat selama belasan tahun terasa sirna karena kasus ini. Dia menyebut ada segelintir pihak yang ingin mencoba menjatuhkannya.
Buntutnya Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) Sulawesi Tenggara (Sultra) sampai didemo oleh lembaga aktivis bernama Jarak Sultra akibat dugaan korupsi tersebut.
Saat ini Asfrianda terpaksa harus undur diri dari jabatannya sebagai Ketua Bidang Pembinaan, Pelatihan, dan Perencanaan Program Hubungan Keluarga (Kabid P4) di Pengprov Perbakin Sultra.
“Saya diperiksa, saya ditanya mengenai anggaran. Saya tidak tahu karena saya seorang atlet, ada data semua saya sodorkan,” kata Asfrianda kepada Kendariinfo, Jumat (21/1/2023).
Pria kelahiran Surabaya ini menjelaskan bahwa selama ini sudah ada banyak uang pribadi yang ia keluarkan untuk membantu Perbakin Sultra dalam melengkapi fasilitas, mulai dari lapangan hingga sekretariat sehingga ia merasa tak mungkin dirinya melakukan korupsi.
“Jujur saja kalau kita mau korupsi anggaran Rp250 juta tidak sebanding dengan uang pribadi kami keluarkan untuk Perbakin, sedikit itu anggaran. Bayangkan belasan tahun saya keluar masuk kota untuk bertanding saya pakai uang transportasi sendiri, tidak ada yang biayai,” ujarnya.
Hobi menjadi alasan utama ia mengorbankan anggaran pribadinya untuk beberapa fasilitas Perbakin yang ia sebut belum mendapat perhatian dari pemerintah. Saat ini sekretariat yang ditempati oleh Perbakin Sultra, diakui Asfrianda adalah ruko milik iparnya yang digunakan secara gratis.
Selain itu, Asfrianda juga mengeluhkan adanya anggapan bahwa ayahnya yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Umum Perbakin Sultra, Ashar telah membuat dinasti dalam kepengurusan Perbakin.
Tuntutan lain Jarak Sultra juga meminta kepada Kapolda Sultra selaku Ketua Umum Pengprov Perbaikin Sultra untuk mencopot Ashar sebagai Sekretaris Umum Pengprov Perbakin Sultra periode 2022 – 2026.
Beberapa pertimbangan atas tuntutan aksi tersebut adalah Jarak Sultra menilai jika sekretaris umum merupakan jabatan yang sangat strategis dalam memengaruhi dan menentukan tercapainya tujuan organisasi.
“Sudah berapa kali berganti Kapolda, keinginan mereka orang tua saya saja yang jadi sekum padahal bapak sudah niat mengundurkan diri,” ungkapnya.
Asfrianda juga menjelaskan ada poin tuntutan dalam demo tersebut yang mempermasalahkan dirinya bertanding di Porprov Sultra sebagai atlet Konawe Utara (Konut), padahal saat itu dirinya sedang menjabat sebagai pelatih dan menurutnya hal tersebut sah-sah saja karena di Porprov bukan mewakili Sultra tapi kabupaten.
Bahkan mirisnya, Asfrianda juga dituding tidak menciptakan bibit atlet yang baru dan tidak memberikan kesempatan kepada atlet lain untuk berkompetisi dan berprestasi. Dirinya merasa lucu, padahal sudah berusah payah untuk menciptakan atlet berprestasi.
“Saya ciptakan bibit baru 10 orang dan 1 sudah bergabung di Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) atas nama Aulia Az Zahra Putri Liang Romy Saranani, yang lainnya pun begitu,” jelasnya.
Asfrianda menegaskan jika ada masalah internal, sudah sepatutnya dibicarakan baik-baik agar permasalahan secepatnya bisa clear.
“Mari pakai cara gentlemen, janganlah pakai cara-cara yang kotor,” tutupnya.