Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Kasus Pencabulan Anak Marak di Kendari, Penggunaan Medsos Jadi Faktor Utama

Kasus Pencabulan Anak Marak di Kendari, Penggunaan Medsos Jadi Faktor Utama
Kadis DP3A Kendari, Siti Ganef. Foto: Istimewa.

Kendari – Kasus pencabulan anak di bawah umur marak terjadi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Penggunaan media sosial (medsos) dinilai menjadi faktor utama sehingga anak menjadi korban kekerasan seksual.

Data yang diperoleh Kendariinfo dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kendari, di pertengahan Januari 2023, ada enam kasus yang telah diterima oleh mereka.

“Tiga kasus telah teregistrasi, terdiri atas dua kasus pelecehan terhadap anak di bawah umur, sedangkan kasus lainnya berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan. Ada juga tiga kasus lainnya yang saat ini masih didalami,” ujar Kadis DP3A Kendari, Siti Ganef dalam sambungan telepon, Rabu (18/1/2023).

Ia menambahkan, rata-rata kasus yang terjadi disebabkan karena kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua, terutama saat anak menggunakan medsos. Artinya, kebanyakan anak yang menjadi korban diberi keleluasaan oleh orang tua untuk menggunakan HP.

“Faktor utamanya itu adalah penggunaan HP sehingga anak begitu muda menggunakan medsos,” tambahnya.

Siti Ganef menerangkan bahwa kurangnya pengawasan inilah yang kerap kali dimanfaatkan oleh para pelaku untuk melancarkan aksi bejatnya. Anak-anak di bawah umur menjadi target utama pelaku karena anak dinilai sebagai orang yang gampang dihasut dan mudah diperdaya.

Ironisnya, rata-rata pelaku kekerasan anak di Kota Kendari ini adalah orang-orang yang dekat dengan korban itu sendiri.

Baca Juga:  UM Kendari Raih 3 Penghargaan LLDIKTI Award 2021

“Rata-rata pelaku adalah orang-orang terdekat, misalnya keluarga korban, kenalan orang tua, dan rekan-rekan korban sendiri,” bebernya.

Oleh karena itu, menurutnya orang tua sebagai orang yang berdekatan langsung dengan anak diimbau agar benar-benar memberikan perhatian dan pengawasan serius kepada anak-anak mereka.

“Hindari dan awasi penggunaan HP yang berlebihan pada anak, termasuk jangan terlalu memercayakan anak di bawah kendali orang lain,” kata Siti.

Selain orang tua, pemahaman anak terkait dampak yang terjadi dengan kekerasan seksual juga menjadi bagian penting guru di pendidikan formal. Artinya, kehadiran guru di sekolah-sekolah sangat dibutuhkan untuk meminimalisasi kasus tersebut.

Kadis P3A Kendari menambahkan, sejauh ini pihaknya rutin melakukan sosialisasi ke warga dan sekolah-sekolah untuk mengantisipasi adanya pelecahan seksual terhadap anak dan perempuan.

Bahkan, sejumlah anak dan perempuan yang telah menjadi korban kekerasan, DP3A Kendari telah melakukan pendampingan agar psikologi korban tidak terganggu. Pasalnya, tekanan batin dan pikiran kerap kali menjadi kesulitan korban untuk memulai aktivitas seperti sediakala.

“Makanya kita berikan pendampingan dan edukasi,” pungkasnya.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten