Kepala SMAN 1 Wawotobi Didemo Ratusan Murid karena Dituding Gay
Konawe – Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Wawotobi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) berinisial SHN didemo oleh ratusan murid dan guru karena dituding melakukan tindak asusila sesama jenis (homoseksual) atau gay.
Gay sendiri merupakan bagian dari istilah LGBT yang akronimnya memiliki kepanjangan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender.
Aksi unjuk rasa ratusan siswa ini dilakukan di dalam SMAN 1 Wawotobi, Senin (10/10/2022). Para siswa terlihat membentangkan beberapa kain bertuliskan penolakan terhadap pemimpin sekolah tersebut.
“Kami Menolak Kepala Sekolah Gay. Stop LGBT, Selamatkan Generasi Muda. Kami Menolak LGBT,” tulis para siswa dalam kain tersebut.
Dari rekaman video yang diterima Kendariinfo, seorang siswa menyampaikan bahwa para siswa secara tegas menolak pemimpin yang melakukan penyimpangan.
“Kami di sini, sebagai siswa dan siswi SMAN 1 Wawotobi, sebagai penerus bangsa kami tidak ingin ada pemimpin yang LGBT,” ucap perwakilan siswa.
Salah seorang siswa berinisial SH yang nyaris menjadi korban, menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya kepada awak media. Katanya, ia pernah diajak pijat-pijat oleh SHN.
“Tapi saya tidak mau, jadi saya tawarkan kalau banyak tempat pijat-pijat di Unaaha. Karena tidak mau, saya menawarkan teman saya. Bapak kepala sekolah menyuruh saya membawa teman, dan akan diberikan uang sebesar Rp200 ribu,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah, Ramadan menuturkan, bahwa dirinya telah menerima laporan dari beberapa guru pria dan murid yang pernah menjadi korban.
Laporan itu sendiri telah ia teruskan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra untuk ditindaklanjuti.
“Hasil rapat, kami bersepakat untuk melaporkan kepada Bapak Kepala Dinas (Pendidikan), agar segera diganti kepala sekolah kami yang telah melakukan pelecehan seksual, terhadap siswa, dan terhadap guru laki-laki bukan putri,” tutur Ramadan.
Ramadan menjelaskan, dari keterangan para korban, modus yang dilakukan oleh SHN yakni meminta agar memijatnya.
“Saya yakini dilakukan setelah siswa kami ini sudah dua tahun katanya diincar, dan selalu diajak untuk main, dan selalu menolak, maka suatu hari dia panggilkan alumni, maka datanglah ke ruangannya dengan alasan pijat-pijat, ternyata di dalam ruangan itu, pijat-pijat yang lain,” jelasnya.
Tidak sampai di situ, Ramadan juga menunjukkan bukti pesan WhatsApp antara SHN dengan para korbannya.
“Bukti juga yang saya dapatkan ini banyak WhatsApp kepada siswa dan kepada guru untuk pijat-pijat itu,” pungkasnya.