Saling Lirik di Istana, Cinta Paspampres Muna dan Pedayung Konut Berlabuh ke Tenda Biru Usai 4 Tahun LDR
Kendari – Kisah cinta Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) asal Kabupaten Muna dan atlet dayung asal Kabupaten Konawe Utara (Konut) akhirnya berlabuh ke tenda biru. Keduanya bertemu dan saling lirik di Istana Kepresidenan RI pada 2018 lalu, bahkan sempat menjalani cinta jarak jauh atau long distance relationship (LDR) selama 4 tahun.
Paspampres berpangkat Prajurit Kepala (Praka) Ramil Efendi dan pedayung Julianti ini melangsungkan pernikahan di Desa Landawe, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konut pada Minggu (19/2/2023). Kemeriahan pesta keduanya ini juga diwarnai dengan pukulan gong, tradisi Ewa Wuna (silat Muna) dan upacara sangkur pora.
Saat dihubungi Kendariinfo pada Minggu (26/2), Julianti menceritakan momentum saat pertama kali ia bertemu sang suami tercinta.
Awalnya, ia mengikuti Asian Games 2018 yang berlangsung di gedung Jakabaring Sport City (JSC), Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Kamis (23/8/2018) lalu. Saat itu, Julianti yang berpasangan dengan Yayah Rokayah pada nomor ganda putri berhasil menyumbang medali perunggu untuk Indonesia.
Usai laga berakhir, Julianti bersama atlet lainnya yang telah menorehkan prestasi gemilang dan mengharumkan nama Indonesia menghadiri panggilan Presiden RI, Ir Joko Widodo ke Istana Negara.
Selanjutnya, Julianti dikenalkan oleh salah satu rekannya kepada seorang Paspampres bernama Praka Ramil Efendi. Kebetulan, Paspampres tersebut berasal dari daerah yang sama yakni Sulawesi Tenggara (Sultra).
“Kenalnya di Istana Presiden setelah selesai Asian Games 2018. Kebetulan sepupu Fendi (sapaan akrab Praka Ramil Efendi) senior saya di atlet,” ujarnya.
Julianti pun berkenalan dengan sang Paspampres. Keduanya saling curi pandang bahkan sempat ngobrol sejenak. Tapi karena kesibukan dan tugas yang berbeda, pertemuan dan bincang-bincang yang mereka lakukan berlangsung begitu singkat.
“Awal ketemu tidak langsung tidak tukaran nomor,” kata Julianti.
Seiring berjalannya waktu, Julianti yang tengah fokus menjalankan karier sebagai seorang pedayung tiba-tiba mendapatkan pesan dari Fendi melalui Facebook Messenger. Komunikasi kembali berlangsung bahkan keduanya mulai tukaran nomor.
“Dia add saya di messenger FB,” tambahnya.
Selanjutnya, di tahun 2019 lalu Julianti menghadiri kegiatan tertentu di Kantor KAS BRI Kemenpora Jakarta. Usai kegiatan, ia dan Fendi yang saat itu tengah lepas dinas janjian ketemu. Perbincangan keduanya berlangsung lama, saling tanya prestasi bahkan kondisi keluarga tak sungkan-sungkan mereka bahas.
Di balik percakapan itu, ternyata benih-benih cinta sang Paspamres dan si Pedayung mulai tumbuh. Bahkan, Fendi tanpa ragu menyampaikan kekaguman dan isi hati kepada Julianti dengan alasan ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Meski sempat kebingungan hingga tersipu malu, tetapi Julianti enggan menolak. Kisah asmara mereka pun dimulai saat itu.
Julianti dan Fendi memiliki kesibukan masing-masing. Keduanya jarang bertemu dan hanya membangun komunikasi bahkan saling support via telepon saja. Sesekali, ketika Julianti ingin berlaga di luar Indonesia, Fendi yang tengah libur menyempatkan waktu untuk menemani dirinya di bandara.
“Mulai LDR tahun 2019. Jarang juga kita ketemu karena masing-masing sibuk. Kadang ketemu kalau saya ada event ke luar negeri. Kalau dia libur, dia samperin ke bandara itupun tidak lama,” ucap pedayung asal Konut itu.
Waktu terus bergulir, keduanya sering kali membulatkan tekad untuk melangsung pernikahan tetapi padatnya agenda kerja membuat rencana ke jenjang yang lebih serius itu selalu gagal. Namun, komitmen dan saling jaga kepercayaan di balik kisah asmara LDR akhirnya membuahkan hasil.
Julianti istirahat berlaga dan Fendi mengambil masa cuti untuk menghalalkan sekaligus membuktikan janjinya kepada sang kekasih. Tenda biru pun terpasang di Kabupaten Konut dan tradisi Ewa Wuna (silat Muna) bahkan upacara sangkur pora mewarnai hari bahagia mereka.
“Saya tidak sangka-sangka saja bisa sama-sama. Intinya, Kak Fendi betul-betul menepati janji apalagi dia dikenal baik dan akrab dengan keluarga ku,” paparnya.
Julianti menambahkan, usai menjalankan pernikahan, keduanya hanya bisa menghabiskan momentun pasca pernikahan beberapa hari saja. Sebab, ia dan suami tercintanya akan kembali menjalani hubungan jarak jauh alias LDR.
“Kebetulan saat ini saya masih bergabung di Pelatnas, pemusatan latihan di Bandung dan suami masih menetap di Jakarta, jadi kita berjauhan lagi,” pungkasnya.
Sosok Paspampres Praka Ramil Efendi
Ramil Efendi atau akrab disapa Fendi adalah pria asal Desa Korihi, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna. Ia merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara. Ayahnya seorang imam masjid bernama La Diki (almarhum) sedangkan ibunya seorang penjual sayur bernama Wa Naima (almarhuma).
Fendi menempuh pendidikan dan tamat di SMAN 1 Lohia, Kabupaten Muna pada tahun 2012. Usai tamat SMAN, ia merantau ke Kendari untuk mencari kerja. Tidak lama di Kendari, Fendi berangkat menuju Kota Ambon untuk mengadu nasib.
Di sela-sela mencari kerja dan masih menganggur, Fendi mendapat informasi adanya rekrutmen TNI Angkatan Darat (AD). Dengan modal doa orang tua dan postur tubuh, ia nekat mengikuti seleksi dan dinyatakan lulus. Saat itulah, Fendi menjalani pendidikan di Kota Ambon dan ditempatkan pada Polisi Militer kemudian masuk ke Pusdik POM Cimahi Bandung, Jawa Barat (Jabar) selama tiga bulan.
Selanjutnya, Fendi mengikuti seleksi Paspampres dan terpilih bersama 9 orang rekannya pada tahun 2013. Ia ditugaskan sebagai Batalyon Pengawal Presiden atau ring satu.
Sejumlah prestasi dalam menjalankan tugas untuk mengawal presiden terus dilakukan. Salah satunya saat Presiden RI Joko Widodo bertandang di Kota Kendari pada Sabtu (2/3/2019) lalu untuk membagikan 2010 sertifikat tanah gratis pada masyarakat Sultra.
Saat itu, Fendi hadir dan menjadi ring satu dalam pengamanan orang nomor satu di Indonesia ketika berada di Kota Kendari.
Sosok Julianti, Atlet Dayung Peraih Medali Emas
Juli sapaan akrab Julianti adalah warga asal Desa Landawe, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konut. Ia merupakan anak petani dari pasangan suami istri (pasutri) bernama Mahaseng dan Duhuria.
Juli mulai bergabung sebagai atlet cabang olahraga (cabor) sejak menempuh pendidikan SMP. Saat itu, usianya masih 13 tahun dan dididik oleh pelatih bernama M Hadris. Ia memulai pelatihan di Pusat Pendidikan dan latihan Latihan Pelajar (PPLP) Sultra.
Kariernya makin memuncak hingga akhirnya dia mengikuti latihan di Pelatnas Dayung, Jatiluhur, Jawa Barat (Jabar) pada tahun 2011. Juli pernah merebut 1 medali emas dan 1 perak di PON XIX Jawa Barat. Pada PON XVIII Riau, dia juga merebut 3 medali emas.
Untuk event asia, pada Asian Games 2018, Juli menyabet 2 perunggu. Lalu, merebut medali emas pada SEA Games Filipina 2019. Dia juga bersama rekannya pernah merebut 1 medali emas dan 1 perak pada Asian Championship Thailand 2019.
Selanjutnya, Juli pernah merebut 3 medali emas pada cabor dayung nomor rowing PON Papua 2021. Medali emas pertama, ia berhasil meraih posisi teratas pada nomor single scull. Julianti yang turun solo menyingkirkan single scull, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sumatra Selatan (Sumsel) pada posisi kedua dan ketiga.
Medali emas kedua, Juli yang berpasangan dengan Aulia Galib, mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta di posisi kedua dan ketiga.
Medali emas ketiga, Juli mengalahkan DKI Jakarta dan Jabar di posisi kedua dan ketiga. Dia berpasangan dengan Aulia Galib, Nevy Lasmin dan Ambarani. Keempatnya, merupakan pedayung lokal Sultra asal Konawe dan Konut yang pernah ikut mewakili Sultra di beberapa event nasional.