Stand Up Paddle Primadona Baru Wisata Napabale, Muna
Muna – Wahana stand up paddle (dayung berdiri) menjadi primadona baru di kawasan wisata Napabale, Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Kemunculan wahana stand up paddle pada 7 Januari 2024 lalu disebut turut mendongkrak jumlah wisatawan ke Napabale.
Inisiatornya ialah anak-anak muda desa setempat. Mereka tergabung dalam komunitas Jangan Salah Omong (JSO) Group. Lewat komunitas itu, mereka mengelola wahana stand up paddle di sekitar Danau Napabale. JSO Group menginisiasi stand up paddle karena resah dengan sepinya wisatawan yang berkunjung ke Napabale dalam beberapa tahun terakhir.
“Awalnya karena kami melihat Napabale ini semakin jarang yang berkunjung. Ada pengunjung, tetapi paling akhir pekan. Padahal kalau melihat beberapa tahun sebelumnya, Napabale menjadi pilihan utama berlibur atau primadona kalau bisa dibilang,” kata salah satu anggota JSO Gorup, Edy Alamsyah, kepada Kendariinfo, Kamis (11/7/2024) lalu.
Selain menyewakan papan dayung, mereka juga membuka jasa foto dan video udara melalui drone untuk pengunjung. Drone awalnya hanya digunakan untuk promosi stand up paddle. Namun banyaknya pengunjung yang ingin mendokumentasikan momen bermain stand up paddle, pengelola turut menyediakan jasa foto dan video menggunakan drone.
“Kebetulan dulu ada salah satu teman punya drone, tetapi milik kantor. Tujuan awal drone sebenarnya untuk promosi, bukan disewakan. Tetapi sekarang stand up paddle ini bukan sekadar untuk wahana bermain saja, tetapi bisa juga mengabadikan momen dari anak-anak sampai dewasa,” ujar Alam.
Lewat wahana stand up paddle, Napabale kembali ramai dikunjungi. Alam menyebut wisatawan yang menggunakan wahana stand up paddle di hari biasa berjumlah 10 sampai 30 orang. Namun di hari libur keagamaan, pengguna stand up paddle plus jasa foto dan video drone bisa mencapai 500 orang dalam sehari. Jumlah itu di luar wisatawan yang mengunjungi destinasi lain di kawasan Napabale.
“Paling sedikit sekitar 10 sampai 30-an kalau hari biasa plus hujan. Kalau hari libur, utamanya cuti lebaran bisa sampai 500-an orang lebih,” ungkapnya.
Alam menjelaskan harga yang dibandrol untuk stand up paddle bervariasi. Begitu pula dengan jasa dokumentasi foto dan video menggunakan drone. Stand up paddle diberi tarif Rp30 ribu per 30 menit dan Rp50 ribu per jam. Sementara jasa dokumentasi foto dan video drone dikenakan biaya Rp70 ribu per 5 menit.
“Kalau mau dokumentasi pakai drone per 5 menit Rp70 ribu. Tetapi kalau mau juga dokumentasi pakai handphone bisa. Per 15 menit harganya Rp30 ribu. Itu bisa pakai handphone kami atau wisatawan sendiri,” jelasnya.
Untuk sampai ke kawasan wisata Napabale, akses transportasi terbilang mudah. Wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum menuju Desa Lohia, Kecamatan Lohia. Dari Raha, Ibu Kota Kabupaten Muna, menuju Desa Lohia, jaraknya 15,6 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Namun waktu perjalanan akan sedikit bertambah karena beberapa titik jalan rusak.
Sementara akomodasi dalam kawasan wisata Napabale sudah cukup memadai, seperti parkir yang luas, gazebo, dan lapak pedagang. Wisatawan pun tidak dilarang membawa perbekalan sendiri. Sayangnya, akomodasi seperti penginapan, hotel, homestay, atau tempat tinggal bagi wisatawan di sekitar Napabale belum tersedia. Wisatawan yang ingin menginap di sekitar wisata tersebut disarankan membawa perlengkapan sendiri, seperti tenda, alas tidur, dan persediaan makanan sendiri.
Nah sekarang Makin Tahu Indonesia kan!!