Tak Mau Bayar 2 Kali, Pengunjung MTQ Kendari Cekcok sama Juru Parkir
Kendari – Awan, pengunjung MTQ Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) terlibat cekcok dengan seorang pria karena enggan membayar parkir dua kali, Jumat (19/11/2021) malam. Kejadian itu diabadikan Awan melalui sebuah video.
Pada video yang diterima Kendariinfo, seorang pria menghampiri Awan dan rekannya. Pria yang mengenakan baju dan topi hitam itu lalu meminta uang parkir. Dia bahkan ingin memeriksa dompet Awan.
“Ko sudah bayar tidak, mana buktinya? Sekarang ko tanya saya karcis toh, semua yang ada di sini ada pegang karcis sampe parkir dalam sana,” tanya tukang parkir kepada Awan dalam video itu.
Padahal, Awan mengaku telah membayar parkir sebelum memasuki kawasan MTQ. Namun karena tidak diberi karcis sebelumnya, Awan tidak dapat menunjukkan bukti bahwa dia telah membayar parkir.
“Apa masalahmu sekarang. Karcismu mana, supaya ada buktinya. Kita sudah bayar tadi ya. Makanya itu fungsinya ko kasi kita karcis,” ujar Awan.
Awalnya, Awan dan rekannya datang sebagai pendamping peserta lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-V Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Saat tiba di pelataran MTQ Kendari, dia sudah membayar parkir senilai Rp15 ribu dan tidak diberi karcis. Namun saat hendak mengambil kendaraannya, mereka kembali bertemu dan cekcok dengan juru parkir tersebut.
“Kita lagi mendampingi peserta MTQ. Awalnya dimaklumi karena kami berpikir mungkin orang ini lagi susah mencari penghidupan di era pandemi. Kami membayar parkir tanpa karcis dengan berbagai konsekuensi yang harus kami terima. Setelah kami kembali untuk mengambil kendaraan di tempat parkir, ternyata orang ini kembali meminta uang parkir padahal telah kami bayar sebelumnya,” jelasnya.
Menurut Awan, hal itu merupakan pemalakan untuk kepentingan pribadi yang memanfaatkan aset pemerintah. Dia berharap, kejadian seperti ini menjadi evaluasi Dinas Perhubungan Kota Kendari yang menangani juru parkir liar.
“Mungkin ini hal sederhana dengan uang parkir hanya Rp15 ribu. Tapi saya rasa penting, bisa saja di luar sana banyak orang mengalami hal serupa dan benar-benar sangat meresahkan. Sebenarnya ini jelas pemalakan dan mengambil keuntungan pribadi dengan menggunakan aset pemerintah,” pungkasnya.