Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Travel

Berkurang, Populasi Rusa di Taman Rawa Aopa Sisa 200 Ekor

Berkurang, Populasi Rusa di Taman Rawa Aopa Sisa 200 Ekor
Ilustrasi hewan rusa. Foto: Pixabay.

Konawe Selatan – Populasi rusa (cervidae) di Sulawesi Tenggara (Sultra) diperkirakan mengalami pengurangan. Hingga kini, populasi hewan mamalia tersebut di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) tersisa dua ratus ekor.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri kepada Kendariinfo, Senin (1/11/2021). Maraknya kasus perburuan liar menjadi penyebab menurunnya populasi rusa di Taman Rawa Aopa.

“Memang pada awal tahun 2000 populasi rusa turun. Awalnya pada tahun 2001 terjadi perburuan besar-besaran di beberapa kecamatan. Saya tidak tahu persis populasinya berapa, tapi data terakhir kita itu sekitar 200 ekor,” katanya.

Gerbang masuk Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Konsel.
Gerbang masuk Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Konsel. Foto: Istimewa.

Dia menambahkan, hewan rusa sebelum migrasi ke tempat lain pada awal tahun 2000, populasinya pernah mencapai 40 ribu ekor. Meski kasus perburuan rusa sudah berkurang di tahun ini, namun pihaknya tetap melakukan upaya pelestarian herbivora itu.

Selain melakukan pengawasan melalui patroli mandiri dan patroli rutin, serta sosialisasi perlindungan satwa liar, pihaknya juga membangun pusat konservasi rusa dengan luas sekitar 160 hektare.

“Upaya yang kami lakukan itu membangun pusat konservasi rusa di taman nasional. Seperti penangkaran di dalam kawasan, jadi kita buat kandang besar kurang lebih 160 hektare, kemudian dari situ setelah populasi meningkat nanti baru kita lepas liarkan lagi,” lanjutnya.

Baca Juga:  Buaya dan Ular Ikut Terbakar di RM Nasi Padang, BKSDA Sultra: Peliharaan Tak Berizin

Meski begitu, Ali Bahri mengakui terdapat beberapa kendala selama melakukan patroli pengawasan, di antaranya keterbatasan anggaran pemerintah, hingga banyaknya akses masuk yang menyulitkan petugas untuk menutup pintu taman tersebut.

“Salah satu kendalanya, saya kira sekarang ini trennya penurunan anggaran di pemerintah. Yang kedua, kawasan kita sangat luas, savana kita itu hampir 30 ribu hektare menjadi habitat rusa, dengan keterbatasan personel kami tidak bisa menjangkau semuanya setiap hari. Kemudian akses untuk orang masuk itu sangat banyak dari arah mana, sehingga akses itulah yang kadang menyulitkan petugas untuk menutup pintu karena tidak ada pagarnya, dan itu berbatasan langsung dengan permukiman,” ungkapnya.

Selain itu, hewan endemik Sulawesi seperti anoa, berdasarkan data pada 2019 jumlah kerbau kecil itu berjumlah sampai 20 ekor. Serta burung maleo diperkirakan masih 30 – 36 ekor, kakatua kecil jambul kuning 10 – 15 ekor, burung air, aopa 24 jenis, dan mangrove 23 jenis.

“Anoa pun kita temukan ada yang berupaya untuk menjerat. Itu juga kita selalu pantau. Saya kira ini harusnya menjadi aset kita bersama di Sultra,” sambungnya.

Penulis
Editor Video
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten