Cerita Nelayan Pasi Kolaga Muna, Tangkapan Ikan Melimpah Berkat Program PAAP
Muna – Nelayan Pasi Kolaga kini bisa menikmati hasil manis dari penerapan Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) yang dikenalkan oleh organisasi konservasi dunia Rare Indonesia sejak tahun 2019.
Hasil tangkapan ikan masyarakat nelayan di kawasan pesisir itu cenderung meningkat. Sejak kampanye PAAP digalakkan secara masif serta kepatuhan masyarakat akan kesepakatan bersama tidak melakukan eksplorasi ikan di zona larang tangkap alias Kawasan Larang Ambil (KLA) benar-benar diaplikasikan, masyarakat nelayan di sana kini memanen hasil yang melimpah dari laut.
Salah satu nelayan di Desa Kolese, Kecamatan Pasi Kolaga, Lanti (41) mengungkapkan hasil tangkapannya meningkat dibanding dahulu kala program PAAP belum masuk di daerah mereka.
“Selama dia masuk PAAP ini, kita tangkap ikan ini, yah cukup lumayan. Tidak ada yang ganggu kita. Dulu kan ini masa kawasan bebas, jadi kita tangkap ikan susah. Sekarang ini biar sedikit, ada (yang didapat),” kata Lanti kepada Kendariinfo, Sabtu (11/9/2021).
Lanti bisa mendapatkan tangkapan sebanyak 5 sampai 10 kilogram setiap kali melaut. Ini artinya, ia sudah mengantongi upah Rp200 ribu untuk nafkah keluarga di rumah.
“Bisa dapat satu hari itu kalau kita pergi tangkap ikan, ada juga Rp200 ribu. Kalau sudah dapat Rp200 ribu itu biasa kita pulang mi,” jelasnya.
“Kalau dulu, biar harga bensin tidak kembali saat turun melaut menangkap ikan,” lanjutnya.
Selain secara jumlah, Lanti juga mengungkapkan bahwa ukuran dari ikan tangkapannya lebih besar.
“Ukuran dulu masih ada 30 cm ada juga 25 cm, kalau sekarang ini ada lebih 50 cm bahkan ada juga yang lebih 1 meter,” ujarnya.
Dikutip dari data Rare Indonesia, hasil tangkapan nelayan di Pasi Kolaga mengalami tren positif sejak masuknya PAAP.
Pada 2020 total hasil tangkapan nelayan di Pasi Kolaga yang berhasil dicatat Rare Indonesia yaitu sebanyak 7,4 ton.
Sejalan dengan itu, Ketua Kelompok PAAP Pasi Kolaga, La Ode Sidik Idzan (46) mengungkapkan keberhasilan ini adalah imbas dari program PAAP yang mampu melindungi wilayah tangkapan masyarakat Pasi Kolaga di Selat Buton.
“Dulu itu di sini sebelum ada PAAP masih bebas orang menangkap di sini, nah sekarang setelah ada program PAAP, kami sedikit diberikan kewenangan untuk memantau yang masuk dari luar,” ungkap Sidik.
Pria yang juga berprofesi sebagai nelayan ini menjelaskan dulu saat nelayan di Pasi Kolaga menangkap ikan sering tidak dapat, karena nelayan dari luar sering masuk dan menangkap dengan bebas bahkan sampai menggunakan bom dan racun sehingga merusak habitat ikan.
“Setelah kita dikasih pemahaman tentang PAAP maka jumlah tangkapan ikan itu sedikit meningkat,” ujarnya.
Lanjut Sidik bahwa masyarakat di Pasi Kolaga sangat senang dengan adanya program PAAP ini karena bisa membatasi nelayan dari luar yang menggunakan alat modern.
“Dukungan masyarakat kepada program PAAP itu sangat tinggi, bahkan mereka menginginkan agar program ini berlanjut terus,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Kecamatan Pasi Kolaga di Kabupaten Muna adalah satu dari puluhan kecamatan sasaran penerapan program PAAP dikenalkan oleh Rare Indonesia di Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2019.
Program kampanye PAAP oleh lembaga konservasi yang berbasis di Amerika Serikat tersebut menekankan pentingnya mengelola ekosistem secara holistik agar jasa lingkungan dapat terjaga dengan baik.
Ada beberapa komponen yang menjadikan program PAAP ini unik. Dua di antaranya adalah kawasan PAAP yang di dalamnya terdapat Kawasan Larang Ambil atau Zona Larang Tangkap dengan memaksimalkan pelibatan serta kepatuhan nelayan setempat.
Kepatuhan masyarakat nelayan untuk tidak melakukan eksploitasi sumber daya ikan di Zona Larang Tangkap sebagai tempat perlindungan benih, hasilnya kini bisa dinikmati oleh masyarakat nelayan.