Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Pemerintah

Disinggung Ali Mazi soal Sampah di Teluk Kendari, Ini Sikap DLHK

Disinggung Ali Mazi soal Sampah di Teluk Kendari, Ini Sikap DLHK
Kepala DLHK Kota Kendari, Nismawati. Foto: Istimewa.

Kendari – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ali Mazi meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari untuk memperhatikan kawasan Teluk Kendari. Hal tersebut ia sampaikan, lantaran banyaknya sampah di perairan Teluk Kendari yang mengganggu pemandangan dan terkesan jorok serta tidak terawat.

Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Ali Mazi, saat menghadiri acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (DIPA K/L) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran (TA) 2023, kepada para bupati/wali kota dan kuasa pengguna anggaran satuan kerja lingkup Provinsi Sultra di salah satu hotel di Kendari, Senin (5/12/2022).

“Tolong diperhatikan sampah yang ada di Teluk Kendari ini sudah jadi tempat pembuangan sampah, kasihan laut kita yang seharusnya bersih,” katanya.

Kondisi sampah di sekitar Teluk Kendari tepatnya di area Kendari Water Sport.
Kondisi sampah di sekitar Teluk Kendari tepatnya di area Kendari Water Sport. Foto: Hasmin Ladiga/Kendariinfo. (17/9/2022).

Menyikapi hal itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Kendari tengah menggencarkan pembentukan bank sampah di wilayah-wilayah strategis di Kota Kendari.

“Nantinya akan didekatkan kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah pesisir, agar sampah-sampah yang bernilai ekonomis tidak kemudian dibuang ke tempat sembarangan terutama di laut,” kata Kepala DLHK Kota Kendari, Nismawati, Senin (5/12) malam.

Pihaknya berencana untuk mendekatkan bank sampah kepada masyarakat, agar nantinya tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk ke bank sampah. Di bank sampah itu nantinya akan ada pengepul yang menjemput sampah-sampah tersebut.

Baca Juga:  Publikasi Penelitian UI: 83% UMKM Butuh Pendanaan untuk Kebutuhan Mendadak

“itu cash and carry, begitu ambil sampahnya langsung bayar. Untuk harganya itu bervariasi, misalnya harga kardus, botol Aqua, terus rak telur itu macam-macam. Yang saya hafal persis itu botol plastik itu 1 kilogram Rp3.500, itu masing-masing ada harganya,” ungkapnya.

Pengelolaan sampah itu harus ada pemilihan dimulai dari rumah tangga. Karena jika misalnya sampah yang dijual kotor akibat sudah bercampur dengan sampah organik di tempat pembuangan sampah (TPS), tetap ada nilainya tapi lebih rendah.

“Katakanlah misalnya kita minum di botol plastik, terus kemudian kita kumpul langsung kita jual di bank sampahnya, nah itu lebih mahal nilainya,” bebernya.

Lanjut ia menyampaikan, untuk lokasi bank sampah induk sendiri saat ini berada di Puuwatu.

“Terus kita berencana bentuk lima tahun ini, kita dekatkan di nelayan, terutama untuk menyahuti permintaan Gubernur Provinsi Sultra Ali Mazi,” ujarnya.

Rencana pembentukan bank sampah tersebut bertempat di Tondonggeu, Kecamatan Abeli yang berada di pinggir laut yang mayoritas bekerja sebagai nelayan, di mana di wilayah tersebut ada sekitar 90 kepala keluarga.

“Kita bentuk dan akan kita lakukan pertemuan rencananya Rabu besok. Kemudian di Bungkutoko juga ada, kalau yang di Kecamatan Kendari Barat kami sudah lakukan pertemuan dan itu sudah berdiri. Jadi memang kita prioritaskan, itu nanti kita fokus di daerah pesisir,” pungkasnya.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten