Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Education

Ini Peta 14 Bahasa Daerah di Sultra: 9 Bahasa Asli, 5 Bahasa Pendatang

Ini Peta 14 Bahasa Daerah di Sultra: 9 Bahasa Asli, 5 Bahasa Pendatang
Peta bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Foto: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbudristek.

Kendari – Terdapat 14 bahasa daerah di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang masih aktif digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dalam keadaan kritis.

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), 14 bahasa daerah tersebut terdiri atas 9 bahasa asli dan 5 bahasa pendatang.

“Untuk bahasa daerah yang ada di Sulawesi Tenggara itu ada sembilan, ada bahasa Ciacia, bahasa Culambacu, bahasa Pulo, bahasa Wolio, bahasa Muna, bahasa Kulisusu, bahasa Lasalimu-Kamaru, bahasa Moronene, dan bahasa Tolaki,” jelas Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sultra, Herawati kepada Kendariinfo, Rabu (13/10/2021).

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sultra, Herawati. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/10/2021).
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sultra, Herawati. Foto: Wira Muhammad Rafli/Kendariinfo. (11/10/2021).

Kemudian untuk lima bahasa daerah pendatang yaitu bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Sasak, dan bahasa Bajo.

“Sembilan bahasa itu banyak dialeknya. Seperti bahasa Tolaki, ternyata yang dianggap sebagai bahasa Mekongga oleh penuturnya, ternyata hanya dialek dari bahasa Tolaki,” imbuhnya.

Adapun detail mengenai daerah pemetaan dan dialek sembilan bahasa daerah asli di Sultra, antara lain:

1. Bahasa Tolaki

Bahasa Tolaki menjadi bahasa mayoritas di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa ini dituturkan di Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kolaka Timur, dan beberapa tempat di Kota Kendari.

Untuk bahasa Tolaki sendiri terdiri atas enam dialek yaitu dialek Mekongga, dialek Rahambuu, dialek Kodeoha, dialek Konawe, dialek Laromerui, dan dialek Waru. Persentase perbedaan antardialek dari bahasa Tolaki tersebut berkisar antara 56,78% sampai 75,54%.

2. Bahasa Muna

Bahasa Muna merupakan bahasa mayoritas di Pulau Muna dan pantai barat Pulau Buton, penuturnya terdapat di Kabupaten Muna, Muna Barat, Buton, Buton Utara, Buton Tengah, dan Kota Baubau.

Bahasa Muna terdiri atas dua puluh dialek yaitu dialek Lohia, dialek Sidamagura, dialek Lasiwa, dialek Labora, dialek Lapadaku, dialek Bente, dialek Bone Tondo, dialek Gala, dialek Lambiku, dialek Wasilomata, dialek Lombe, dialek Siompu, dialek Todanga, dialek Gumawasangka, dialek Pancana, dialek Lipu, dialek Boneoge, dialek Kioko, dialek Waara, dan dialek Oempu. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51% sampai 78 %.

3. Bahasa Wolio

Bahasa Wolio dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kota Baubau, Kabupaten Buton Selatan, dan Kabupaten Buton.

Baca Juga:  Sastra Lisan Tolaki Terancam Punah, Generasi Muda Akan Kehilangan Identitas Lokal

Bahasa ini terdiri atas tujuh dialek yaitu dialek Waruruma, dialek Liabuku, dialek Sorawolio, dialek Walio Keraton, dialek Busoa, dialek Pasarwajo, dan dialek Kaimbulawa. Persentase perbedaan antartujuh dialek tersebut berkisar antara 51% sampai 78%.

4. Bahasa Pulo

Bahasa Pulo (Wakatobi) dituturkan oleh masyarakat di Desa Kapota, Kecamatan Wangi Wangi Selatan; Desa Sandi (Jamarakka), Kecamatan Kaledupa Selatan; Kelurahan Tongano Timur, Kecamatan Tomia Timur; dan Kelurahan Taipabu, Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi. Persentase perbedaan antarkeempat daerah pengamatan tersebut berada dalam kategori beda subdialek, yaitu berkisar antara 33% sampai 45%.

5. Bahasa Moronene

Bahasa Moronene atau yang disebut juga Morunene dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Bombana, Pulau Kabaena. Bahasa ini terdiri atas tiga dialek yaitu dialek Wumbubangka, dialek Lora, dan dialek Rahantari dengan persentase perbedaan berkisar antara 51% sampai 63%.

Penuturnya tersebar di Desa Lapandewa, Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara; Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton; Kelurahan Masiri, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan; Kelurahan Gonda Baru, Kecamatan Sarowolio, Kabupaten Kota Baubau; Desa Kumbewaha, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton

6. Bahasa Ciacia

Bahasa Ciacia terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Lapandewa, dialek Kancinaa, dialek Masiri, dialek Gonda Baru, dan dialek Kumbewaha. Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 60% sampai 78%.

7. Bahasa Kulisusu

Bahasa Kulisusu dituturkan oleh masyarakat di Desa Korolabu, Kecamatan Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara; Desa Bubu, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara; Desa Kioko, Kabupaten Buton Utara; Desa Maligano, Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna; Desa Lawey, Kecamatan Wawonii Selatan, Kabupaten Konawe Kepulauan; dan Desa Noko, Kecamatan Wawonii Timur Laut,Kabupaten Konawe Kepulauan.

Bahasa ini memiliki empat dialek, yaitu dialek Kambowa, dialek Taloki, dialek Wawonii, dan dialek Ereke.

8. Bahasa Lasalimu-Kamaru

Bahasa Lasalimu-Kamaru dituturkan oleh masyarakat di Desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu Selatan dan Kelurahan Kamaru, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain bahasa Lasalimu-Kamaru, di daerah-daerah sebaran tersebut, terdapat juga bahasa Muna, Ciacia, dan Sasak.

Bahasa Lasalimu-Kamaru terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Lasalimu dan dialek Kamaru. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antardialek tersebut adalah 68,76%.

9. Bahasa Culambacu

Bahasa Culambacu sering pula disebut sebagai bahasa Tulambatu. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Lamonae, Kecamatan Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara; Desa Landawe, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara; dan Desa Waworaha, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Juga:  KBST Isi Perayaan Bulan Bahasa dan Sastra 2023 dengan Berbagai Lomba

Bahasa Culambacu terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Lamonae, dialek Torete, dan dialek Landawe.

Sementara itu, untuk detail mengenai daerah pemetaan enam bahasa daerah pendatang di Sultra, antara lain:

1. Bahasa Bajo

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat Desa Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah dan masyarakat Desa Santiri, Kecamatan Tiworo Utara, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Bahasa Bali

Bahasa Bali merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Bali. Bahasa Bali juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Telutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain di Kabupaten Konawe Selatan, penutur bahasa Bali juga terdapat di Kabupaten Kolaka, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Muna. Di Kabupaten Konawe Selatan bahasa Bali berdampingan dengan bahasa lokal, yaitu bahasa Tolaki dan bahasa pendatang lain, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

3. Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Jawa. Penutur bahasa Jawa di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dijumpai di daerah transmigran, yaitu di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Bombana. Penutur bahasa Jawa tersebut berasal dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY.

4. Bahasa Sasak

Bahasa Sasak merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Lombok. Di Provinsi Sulawesi Tenggara bahasa Sasak dituturkan di daerah-daerah transmigran, yaitu di Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Muna.

5. Bahasa Sunda

Bahasa Sunda merupakan bahasa yang bertanah asal di Provinsi Jawa Barat. Di Provinsi Sulawesi Tenggara bahasa Sunda dituturkan di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka.

Peta bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Foto: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbudristek.
Peta bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Foto: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbudristek.

Hingga berita ini diterbitkan, hanya 14 bahasa daerah yang terdiri atas 9 bahasa asli dan 6 bahasa pendatang yang berhasil dipetakan daerahnya oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbudiristek untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sastra Lisan Tolaki Terancam Punah, Generasi Muda Akan Kehilangan Identitas Lokal

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13 Komentar

  1. Azis

    Kenapa bahasa Bugis tidak masuk ?

    Balas
    • Azis

      Halo kak Azis, kenapa bahasa Bugis tidak ada? karena sesuai yang kami tulis di paragraf terakhir berita ini “Hingga berita ini diterbitkan, hanya 14 bahasa daerah yang terdiri atas 9 bahasa asli dan 6 bahasa pendatang yang berhasil dipetakan daerahnya oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbudiristek untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.”, karena bahasa pendatang itu sangat banyak, ada bugis, makassar, mandar, manado, dll. jadi yang baru bisa dipetakan bahasa beserta daerah penuturnya baru bahasa itu kak. Terima kasih.

      Balas
      • Faisal
        Wira Muhammad Rafli

        Masa si bahasa bugis tidak dapat dipetakan, daerah yg memakai bahasa bugis, kab.bombana kab.kolaka, kab. kolaka timur dan kolaka utara dan sebagian di kab.konsel dan kota kendari

        Balas
        • Faisal

          Halo Kak Faisal, untuk memetakan bahasa itu ada lembaga khususnya, di Badan Bahasa Kemdikbud. Karena bahasa di Sultra sangat banyak, jadi belum terpetakan semua sampai tahun 2021. Kami hanya mengambil sumber dari Badan Bahasa yang berwenang melakukan pemetaan tersebut. Terima kasih kak.

          Balas
      • Taufiq
        Wira Muhammad Rafli

        Masa Bahasa Bugis saudara,TDK bisa petakan,srkrg ini org Bugis terbayak di provinsi Sulawesi tenggara saudara Jagan sntimen Sma org Bugis

        Balas
      • Wah, bahaya ini, ada pendeskreditan terhadap bahasa bugis di sulawesi tenggara.. Jangan asal repost info yang tidak validm anda bisa dituntutblho. Asal kamu tahu, bahasa terbesar di sulawesi tenggara adalah bahasa bugis, walau bukan bahasa asli.
        Wira Muhammad Rafli

        Wah, bahaya ini, ada pendeskreditan terhadap bahasa bugis di sulawesi tenggara.. Jangan asal repost info yang tidak valid, anda bisa dituntut lho. Asal kamu tahu, bahasa terbesar di sulawesi tenggara adalah bahasa bugis, walau bukan bahasa asli.,Trus menurut kamu iti, bahasa bugis di sulawesi tenggara itu bahasa apa?

        Balas
        • Wah, bahaya ini, ada pendeskreditan terhadap bahasa bugis di sulawesi tenggara.. Jangan asal repost info yang tidak validm anda bisa dituntutblho. Asal kamu tahu, bahasa terbesar di sulawesi tenggara adalah bahasa bugis, walau bukan bahasa asli.

          Halo kak, padahal ini bukan repost loh kak hehe. Ini kami ulas dalam berita dan bersumber dari Badan Bahasa Kemdikbud. Bagaimana bisa sumber dari lembaga resmi bahasa itu tidak valid? Diluruskan kembali, ini bukan didiskreditkan bahasa Bugis, cuma belum sempat terpetakan sampai tahun 2021 di mana saja penggunaan bahasanya di Sultra.

          Balas
  2. La dayoni

    Permisi. Setauku Desa Kancinaa, Kelurahan Masiri dan Gonda Baru menuturkan Bahasa Cia2.

    Balas
  3. Yunus

    Bahasa bajo juga digunakan di desa banu banua jaya,kec kulisusu,kab buton utara

    Balas
  4. hardono jambia

    artikel sudah mantap namun menurut saya dialek ciacia laporo perlu di perhitungkan karena ciacia laporo lebih banyak yaitu tersebar di 3 wilayah yaitu kabupaten buton, kabupaten buton selatan, dan kota baubau… selanjutnya terbanyak penduduk ciacia laporo dibandingkan ciacia yg disebutkan diatas

    Balas
  5. Suradi

    Data yang disajikan kurang akurat berkaitan dengan persebaran bahasa yaitu
    1. Untuk dialek bahasa muna, sangatlah keliru mendasarkan bahwa sebarannya sampai didaratan yang Buton, misalnya di, Buton, Buton Tengah, Busel, Butur, dan kota baubau karena misalnya siompu mereka mengatakan mereka orang Buton bukan muna atau juga lipu mereka adalah Buton, jadi yang sebenarnya adalah dialeg bahasa muna termasuk yang ada daratan buton secara adalah RUMPUN BAHASA PANCANA
    2. Untuk BAHASA cia cia dari DATA WAJIB PILIH masyarakat teebanyak wajib pilihnya di daerah Buton Raya adalah cia cia laporo, dan menggunakan dialeg bahasa cia cia laporo, sehingga harusnya menjadi penyebutan pertama dari rumpun bahasa cia cia
    3. Bugis merata hampir merata, di Sultra jadi seharusnya masuk juga bagian dari data sultra
    Demikian untuk menjadi perhatian.
    Minta penjelasan lanjut dari dinas terkait
    Wasssalam

    Balas
    • Suradi

      Halo Kak Suradi, data di atas kami ambil berdasarkan data dari lembaga yang memang mengurusi pemetaan bahasa yaitu Badan Bahasa Kemdikbud kak.

      Balas
  6. Kamarudin

    Menghargai bahasa daerah merupakan budaya dan karifan moral tertinggi kita baik sebagai pribadi, kelompok, mau pun sebagai bangsa.

    Bahasa sangat penting kita lestarikan terutama bahasa daerah karena merupakan salah satu ciri khas suatu daerah yang secara berkesinambungan harus tetap diamalkan oleh semua generasi daerah bersangkutan ditengah gelombang ekspansi bahasa dunia saat ini.

    Untuk melestarikan bahasa daerah kita di Sultra bagi generasi kita berikutnya perlu dilakukan upaya pembelajaran berkelanjutan baik dilingkungan pendidikan formal, PKBM, mau pun lembaga pendidikan lainnya.
    Sebagai putra daerah Sultra yang beasal dari kabupaten Muna, saya mengusulkan kepada Pusat Pengembangan Bahasa prov. Sultra agar bisa menerbitkan Buku Kamus Bahasa Daerah se Sultra untuk dipelajari pada jenjang pendidikan formal mulai dari SD, SMP, dan SMA /SMK.

    Karena betapa pentingnya bahasa sebagai alat utama dan pertama dalam berinteraksi dengan orang lain, maka sebagai pewaris dan pelanjut pembangunan daerah dan bangsa setiap generasi yang berada dan berdiam di wilayah Sultra wajib memahami dan mengetahui semua bahasa yang berkembang diwilayah ini.

    Kepada admin, saya berharap agar usul ini bisa dikomunikasikan dengan lembaga yang berkompeten demi kemajuan daerah dan bangsa kita.

    Salam dari Muna

    Balas
Bagikan Konten