Kasus Stunting di Sultra Menurun, Tersisa 14,6%
Kendari – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut angka stunting tahun 2021 sebesar 14,6 persen, hal itu mengalami penurunan dibanding tahun lalu yang mencapai angka 17,67 persen.
Kepala BKKBN Sultra, Asmar menegaskan, penurunan angka tersebut tidak boleh membuat pihaknya terlena, hingga mengabaikan penanganan stunting sampai tiba-tiba kembali meledak jumlahnya.
“Saat ini daerah yang tertinggi angka stunting-nya menurut data dari Dinas Kesehatan Sultra adalah Kabupaten Buton dan Buton Selatan dikisaran 35 persen, ini nantinya yang akan kita fokuskan untuk tangani ke depannya,” katanya kepada Kendariinfo, Kamis (4/11/2021).
Sementara untuk Kota Kendari, dia menyebut penanganan angka kasus tersebut dinilai cukup baik, dan hingga kini hanya tersisa 5,6 persen.
“Saat ini, untuk mencegah melonjaknya angka stunting di Sultra, kami telah membentuk tim pendamping keluarga sejumlah 2.557 kelompok yang saat ini sementara dilakukan pelatihan,” sebutnya.
Dia menerangkan bahwa terdapat empat hal yang perlu dilakukan dalam menangani stunting sejak dini.
“Pertama, adalah calon pengantin (Catin) untuk didampingi agar ketika menikah dalam kondisi sehat. Kedua, adalah ibu hamil untuk memastikan agar mengonsumsi gizi yang seimbang sehingga diharapkan bayinya sehat, ibunya juga sehat,” terangnya.
Selanjutnya adalah melahirkan yang diharapkan kondisi bayi juga dalam keadaan sehat. Serta pasca melahirkan di masa menyusui, diharapkan ibu harus memberikan ASI eksklusif selama enam bulan bahkan sampai dua tahun, karena nutrisi yang paling lengkap itu berada pada ASI.
“Karena stunting itu kalau sudah dua tahun sulit untuk diperbaiki. Yang diperhatikan itu pada saat hamil karena pertumbuhan otak 70 persen itu di saat mengandung,” tutupnya.