Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Merawat Tradisi Kambua-kambua Warga Baubau Menyambut Malam Pertengahan Ramadan

Merawat Tradisi Kambua-kambua Warga Baubau Menyambut Malam Pertengahan Ramadan
Sambil membawa kotak sumbangan, anak-anak di Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Baubau melaksanakan tradisi Kambua-kambua. Foto: La Varo.

Baubau – Masyarakat Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki satu tradisi unik di malam pertengahan bulan Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan melantunkan syair-syair kuno masyarakat Buton terdahulu.

Tradisi ini bernama Kambua-kambua. Tradisi ini selalu dilakukan saat malam 17 Ramadhan yakni bertepatan dengan perayaan malam Nuzulul Quran. Selain itu tradisi ini kembali dilakukan saat malam turunnya Lailatul Qadar yakni saat malam ke-27 Ramadan.

Masyarakat adat Kaobula, LM Taslim Suri mengungkapkan tradisi ini sudah hadir sejak nenek moyang warga Kaobula yang selalu dilantunkan rutin saat dua waktu malam Ramadan tersebut. Tradisi Kambua-kambua ini diawali dengan kegiatan masyarakat di masjid dengan mempersembahkan makanan untuk melaksanakan Haroa atau doa bersama untuk menyambut kedatangan pertengahan Ramadan.

Masyarakat adat Kaobula, LM Taslim Suri.
Masyarakat adat Kaobula, LM Taslim Suri. Foto: Dok. Pribadi.

Tradisi Kambua-kambua dilakukan setelah melaksanakan salat subuh. Semua warga baik orang tua hingga anak-anak akan berjalan kaki keliling kampung melantunkan syair bahasa Buton Kuno di setiap pintu-pintu rumah warga. Warga akan berpindah-pindah tempat untuk melantunkan syair-syair tersebut.

“Kambua-kambua di Kaobula ini diawali dengan kegiatan Haroa di masjid. Masyarakat mempersembahkan makanan untuk dilakukan Haroa. Haroa ini dilakukan selesai menjalankan salat tarawih sekira pukul 00.00 wita,” kata Taslim kepada Kendariinfo, Minggu (9/4/2023).

Saat pelaksanaan Haroa tersebut, imam masjid setempat akan memberikan tausiah kepada para jamaah yang hadir. Haroa ini memang kegiatan yang disambut oleh masyarakat luas sehingga euforia dalam tradisi ini sangat besar. Tidak ada batasan umur dalam tradisi ini, semua orang boleh datang dan duduk di masjid sambil mendengarkan tausiah agama.

Dalam melaksanakan Haroa, masyarakat juga akan mendengarkan lantunan syair Tambi yang dibawakan oleh perempuan yang sudah berumur. Alunan Tambi ini akan dilantunkan dengan suara merdu dari orang tua. Dalam lantunan syair Tambi bermakna syair-syair untuk memuji Nabi Muhammad saw. dan Allah swt. Syair Tambi ini merupakan syair merdu masyarakat Wolio terdahulu. Syair-syair akan terdengar merdu dan enak saat dilantunkan.

Baca Juga:  Foto: Sehari Bersama PT Pertamina Lubricants dan HBC Sultra
Antusias anak-anak di Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Baubau melaksanakan tradisi Kambua-kambua.
Antusias anak-anak di Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Baubau melaksanakan tradisi Kambua-kambua. Foto: Waode Ilhama.

Haroa akan berlangsung hingga imam masjid membaca doa usai memberikan tausiah. Usai mengikuti Haroa, makanan yang tadi dibawa oleh masyarakat yang datang ke masjid akan dimakan bersama-sama sekaligus melaksanakan sahur bersama di masjid.

“Setelah semua sahur dengan memakan sajian yang dibawa untuk Haroa tadi, masyarakat pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan salat subuh. Kemudian masyarakat ke masjid untuk salat subuh berjemaah,” ungkapnya.

Warga Kaobula kemudian melaksanakan salat subuh berjemaah terlebih dahulu. Lalu, secara beramai-ramai melakukan tradisi di pagi harinya. Taslim mengungkapkan tidak ada batasan usia yang melakukan tradisi ini. Tua, muda, hingga anak-anak menunggu momen tahunan tersebut.

Sambil membawa kotak sumbangan, anak-anak di Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Baubau melaksanakan tradisi Kambua-kambua.
Sambil membawa kotak sumbangan, anak-anak di Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Baubau melaksanakan tradisi Kambua-kambua. Foto: La Varo.

Dalam tradisi ini warga berkeliling kampung dari rumah ke rumah sambil melantunkan syair Kambua-kambua.
Berikut potongan syair Kambua-kambua.

Kambua Kambua
Kambua Ntalu Manai
Kambaure Ureamu
Mai Nta Kupa Kupayitu
Mai Nta Bia Biayitu
Kupa Kupamu Yindau te Temai
Bia Biamu Yindau te Temai
Yindau Manga Dawu Takole yi Kapeomu

Ta Popolango Batua
Ta Pokiwalu Galendo
Ta Pokumu Calampuri
Ta Posangamo yi Joure
Tamate Tanduamadi ta Mai
Penduaeeeā€¦

Taslim mengungkapkan masyarakat mulai melantunkan syair-syair Kambua-kambua di depan rumah-rumah warga. Euforia tradisi ini dirasakan semua unsur masyarakat terutama anak-anak kecil.

Baca Juga:  Dinilai Curang saat Penetapan Cakades, Sekelompok Warga di Muna Segel Sekretariat PPKD Pola

“Kami datang bernyanyi di depan rumah sekitar jam 5 dan warga memberi apa saja yang mereka punya. Jadi intinya bukan hanya uang semata tapi apapun yang mereka miliki dan ikhlas memberi maka itu yang diterima warga yang melaksanakan Kambua-kambua,” bebernya.

Inti dari Kambua-kambua ini adalah zakat awal dalam malam Nuzulul Quran. Konsepnya penyadaran secara kolektif bagi masyarakat khususnya Kaobula. Siapapun yang ada dalam wilayah itu memberikan zakat atau sedekahnya secara ikhlas yang nantinya akan disalurkan kepada fakir miskin dan orang yang berhak menerimanya.

Dari itu tidak harus dipatok warga untuk memberi uang. Karena dalam syair itu memiliki makna memberikan secara ikhlas harta yang dimiliki. Taslim menuturkan tradisi ini masih terus dipertahankan oleh masyarakat Kaobula hingga saat ini. Namun dalam perkembangan masa kini, kerap tradisi ini bergeser. Salah satunya tradisi ini digunakan oleh masyarakat untuk menghukum atau denda tidak melaksanakan ibadah tarawih.

“Itu dia menghukum yang tidak datang salat, itu yang keliru. Jadi yang saya sampaikan tadi kesadaran secara kolektif bagi masyarakat. Saya yang selalu pertahankan yang orisinalitas Kambua-kambua ini karena banyak yang dirubah-rubah, itu tidak boleh diubah karena warisan leluhur kita,” ujar dia.

Tradisi ini akan dilaksanakan lagi saat malam turunnya Lailatul Qadar yakni kepercayaan masyarakat Kaobula di malam 27 Ramadan. Kegiatannya tetap sama yakni mengelilingi rumah warga sambil melantunkan syair kuno Kambua-kambua. Tradisi di malam ini masyarakat biasanya tidak tidur semalam untuk melakukan zikir.

Editor Kata
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten