Polemik soal Penjaringan Atlet Esport Sultra Menuju PON 2024, Begini Jawaban ESI
Sulawesi Tenggara – Sejumlah atlet esport yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) menyayangkan keputusan Esport Indonesia (ESI) Sultra terkait mekanisme penjaringan atlet menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024, lantaran dianggap tidak transparan dan tidak seperti saat PON 2021 lalu.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu atlet esport asal Kabupaten Bombana bernama Sapta. Dirinya mengaku kecewa karena menilai ada permainan orang dalam terkait penunjukan para atlet.
“Jadi begini kak, saya mewakili teman-teman esport nomor Free Fire (FF) mau speak up, kalau kami tidak puas sama keputusan ESI Sultra yang sudah menunjuk atlet esport khususnya FF tanpa adanya seleksi,” katanya kepada Kendariinfo, Sabtu (9/9/2023).
Menurutnya, ada banyak atlet di Sultra yang menunggu seleksi resmi dari ESI Sultra termasuk para atlet yang mewakili Sultra di nomor FF pada PON Papua 2021 lalu.
“Teman-teman kemarin yang jadi wakil Sultra (di PON Papua 2021) seperti Reva, Sapri, Rafli, dan Tauhid juga menunggu seleksi, tapi kabar pahit yang didapat. ESI Sultra sudah punya nama-nama atlet. Terus terang kami sangat kecewa,” tambahnya.
Apalagi menurut Sapri, para atlet yang dipilih oleh ESI Sultra khususnya di nomor FF tidak memiliki track record yang baik. Bahkan mereka hanya menjadi “badut” yang selalu dijadikan ladang poin.
“Sepengetahuan saya atlet-atlet FF yang ditunjuk ESI Sultra tidak punya track record unggul di tim FF Sultra, bahkan mereka hanya jadi badut yang selalu dijadikan ladang poin tiap game-nya,” jelasnya.
Menjawab tudingan tersebut, Wakil Sekretaris Umum ESI Sultra, Muh. Ardiansyah A. saat dikonfirmasi Kendariinfo menjelaskan bahwa Pengurus Besar Esport Indonesia (PBESI) Pusat telah menyerahkan proses seleksi sepenuhnya kepada ESI masing-masing daerah.
Ardiansyah menyebut, PBESI Pusat tidak membuka seleksi umum atau terbuka seperti saat ekshibisi pada PON Papua 2021 lalu. Semuanya dikembalikan ke provinsi masing-masing merujuk pada seleksi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) ataupun penunjukan langsung.
“Jadi PBESI sudah keluarkan sikap, dan semuanya dikembalikan ke provinsi termasuk kami di Sultra. Saya pastikan pemilihan atlet yang sudah kami lakukan secara objektif,” katanya.
Dia juga berkomentar bahwa mekanisme pemilihan atlet esport menuju PON 2024 yang telah mereka lakukan merujuk pada hasil pemantauan terhadap aktivitas tim atlet esport kabupaten/kota selama 2022/2023, terhitung dari Porprov XIV Sultra 2022.
“PON sekarang itu beda dengan PON kemarin. PON 2021 esport itu masih ekshibisi, sedangkan PON 2024 sekarang itu sudah jadi cabor resmi yang dipertandingkan, perbedaannya kalau ekshibisi (PON Papua 2021) itu penyelenggara open kualifikasi terbuka/umum oleh PBESI Pusat, sedangkan kalau sudah resmi (PON 2024) untuk atletnya kembali ke daerah, provinsi yang menentukan,” jelasnya
“Kalau melihat dari provinsi lain, memang ada yang melakukan selekda di beberapa hari terakhir, itu kembali ke tujuan/program provinsinya masing-masing,” tambahnya.
Selain dari hasil pantauan terhadap atlet, Ardiansyah mengungkapkan bahwa pihaknya juga memantau dari segi perilaku para atlet sepanjang tahun 2022 – 2023 termasuk saat porprov kemarin.
“Selain skill, kami juga melihat attitude para atlet sehingga kami punya dasar yang kuat saat melakukan penjaringan,” imbuhnya.
“Dan perlu kita ketahui bersama, porprov diadakan tujuannya untuk menyaring atlet terbaik provinsi se-kabupaten/kota untuk materi pembinaan jangka panjang menuju Pra-PON/PON XIV Aceh-Sumatra Utara,” pungkasnya