Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Cerita Mahasiswi asal Kolaka, Gagal di Daerah hingga Akhirnya Lulus Fakultas Kedokteran di Eropa

Cerita Mahasiswi asal Kolaka, Gagal di Daerah hingga Akhirnya Lulus Fakultas Kedokteran di Eropa
Nurul Ismi Ramadani yang saat ini sedang menempuh pendidikan dokter di Turkiye. Foto: Istimewa.

Kolaka – Nurul Ismi Ramadani adalah seorang mahasiswi asal Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra). Wanita yang akrab disapa Ismi ini membagikan pengalamannya saat gagal memasuki perguruan tinggi di Sultra tetapi berhasil masuk di salah satu kampus di Eropa.

Alumni SMAN 1 Kolaka ini diterima di kampus bernama Bursa Uludağ Üniversitesi di Kota Bursa, Turkiye pada tahun 2021 lalu. Ismi dinyatakan lulus pada Fakultas Kedokteran di kampus tersebut.

Sebelum diterima di Turkiye, Ismi bercerita bahwa dirinya lebih dulu ingin melanjutkan pendidikannya di Sultra, saat itu Ismi berniat untuk masuk di Fakultas Kedokteran di salah satu kampus di Sultra.

Nurul Ismi Ramadani (baju hijau) yang saat ini sedang menempuh pendidikan dokter di Turkiye.
Nurul Ismi Ramadani (baju hijau) yang saat ini sedang menempuh pendidikan dokter di Turkiye. Foto: Istimewa.

“Sejak kecil saya memang ingin menjadi dokter, setelah lulus SMA saya juga sudah mendaftar di salah satu universitas di Kota Kendari, namun sayang saya tidak lolos pada seleksi nasional, maupun seleksi bersama,” katanya kepada Kendariinfo, Jumat (10/3/2023).

Sebenarnya Ismi masih berkesempatan untuk mengikuti seleksi jalur mandiri tetapi karena dia sadar bahwa jalur tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga dia memutuskan untuk tidak lanjut mendaftar.

“Semuanya tahu, seberapa mahalnya biaya masuk kedokteran jalur mandiri di Indonesia terlebih perekonomian keluarga sedang bermasalah karena ayah saya divonis gagal ginjal,” tambahnya.

Perempuan berusia 19 tahun itu tidak menyerah, bermodal tekad yang kuat dirinya mencoba peruntungan untuk mendaftar ke luar negeri, alhasil dirinya diterima di empat negara berbeda hingga akhirnya dia memilih negara Turkiye.

Baca Juga:  Mulai 6 September, Sekolah di Kendari Sudah Bisa Tatap Muka

“Semangat yang membara jadi kunci utama saya bisa diterima, kemarin saya bisa memilih dari empat negara tujuan antara lain, India, Brunei Darussalam, Inggris, dan Turkiye. Pilihan saya jatuh ke Turkiye,” lanjutnya.

Setelah lulus, Ismi sadar bahwa biaya kuliah di luar negeri cukup mahal, untuk itu dia mencoba mencari beasiswa dan akhirnya ia mendapat beasiswa dari pemerintah kabupaten atas prestasinya yang sering membawa nama daerah pada lomba-lomba tingkat nasional.

Beasiswa tersebut hanya membantu biaya UKT selebihnya harus ditanggung sendiri olehnya. Hal itu tidak membuat niatnya surut dan takut, saat ini Ismi sembari kuliah juga ikut pemagangan guna mendapat uang jajan tambahan.

“Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan juga untuk bisa menjadi dokter,” imbuhnya.

Sebenarnya, Ismi mendapat beasiswa lain dari Pemerintah Turkiye tetapi karena dia tidak mau ada ikatan di kemudian hari, maka dia tidak mengambil beasiswa itu. Saat ini dia sedang fokus mengejar mimpinya untuk bisa menjadi dokter guna mewujudkan cita-citanya.

“Sekarang ini saya memasuki semester 2, karena satu tahun kemarin, saya mengikuti kelas bahasa,” tutupnya.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten