Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Keindahan Gua Koo di Buton Tengah, Dihiasi Stalaktit Cantik hingga Air Sebening Kaca

Keindahan Gua Koo di Buton Tengah, Dihiasi Stalaktit Cantik hingga Air Sebening Kaca
Penampakan stalaktit yang ada di langit-langit Gua Koo menambah keindahan objek wisata alam ini. Foto: Xaverius Endro.

Buton Tengah – Julukan Buton Tengah sebagai ‘Negeri 1000 Gua’ membuat daerah ini menjadi alasan tujuan bagi para wisatawan lokal hingga mancanegara untuk berwisata alam dan minat khusus. Selain itu, popularitas gua sebagai wisata alam belakangan ini cukup meningkat. Banyak gua unik di Buton Tengah yang bisa digunakan untuk berwisata, salah satunya yang memiliki kolam air di dalamnya. 

Sebuah gua yang terletak di Desa Lantongau, Kecamatan Mawasangka Tengah, Buton Tengah, Sulawesi Tenggara (Sultra) yakni Gua Koo. Gua ini terletak di sekitar pemukiman warga setempat. Objek wisata alam ini memiliki keunikan tersendiri, di mana di dalamnya terdapat dua kolam yang memiliki air dengan tingkat kejernihan yang tinggi karena adanya gradasi air yang berwarna biru kehijauan. Menariknya, dua kolam di gua ini bentuknya mirip paru-paru manusia jika dilihat dari atas ketinggian.

Ribuan titik stalaktit yang menghiasi permukaan gua menambah kesan keunikan gua tersebut. Gua ini masuk dalam kategori gua vertikal karena dari atas ketinggian mulut gua berbentuk lubang besar. Gua jenis ini memiliki mulut yang hampir tegak, sehingga penjelajahan di dalamnya pun memerlukan alat bantu dan fasilitas pendukung. Nah di tempat ini, wisatawan yang mengunjunginya pula harus berusaha menuruni anak-anak tangga hingga bisa tiba di dasarnya.

Gua Koo Buton Tengah punya air sebening kaca yang berwarna kebiru-biruan.
Gua Koo Buton Tengah punya air sebening kaca yang berwarna kebiru-biruan. Foto: Xaverius Endro.

Ketinggian gua ini dari dasar tanah kurang lebih 50 meter. Sehingga butuh effort besar untuk menikmati objek wisata alam ini. Selain itu, jenis gua ini juga termasuk dalam kategori gua air. Kedalaman Gua Koo ini bisa mencapai ratusan meter. Awalnya, gua ini kerap digunakan para master cave diving untuk menjelajahinya. Namun, saat ini sudah ada larangan karena airnya sudah dipergunakan masyarakat setempat secara keseluruhan.

Tapi tenang saja, tempat ini tetap dibuka untuk umum bagi wisatawan yang hanya ingin sekadar menikmati keindahan salah satu gua ciptaan Tuhan yang tercantik di Buton Tengah (Buteng). Pengelola objek wisata ini telah menyiapkan anak tangga dari bibir mulut gua hingga menapaki dasar pijakan aman. Setelah itu, menuruni lagi dengan pijakan dasar gua hingga ke bibir kolam air.

Baca Juga:  Agra Wisata Terbesar di Konawe dengan Fasilitas Waterpark, Pemancingan, dan Resto

Namun wisatawan diminta tetap berhati-hati berjalan menuju titik air, karena jalannya yang cukup terjal dan penuh dengan bebatuan disertai lumut hijau yang cukup licin. Di dasar gua ini terdapat dua kolam air yang memiliki kejernihan sangat indah. Masing-masing kolam memiliki ukuran berbeda-beda. Gradasi warna air ditambah dengan suasana alam di gua ini sangat sejuk dan asri karena di permukaan gua dikelilingi tumbuhan merambat dan tumbuhan hijau lainnya.

Alhasil, siapa pun yang datang ke tempat ini akan merasakan kesegaran dan kesejukannya. Gua Koo ini memang menyimpan banyak keindahan yang bernilai harganya. Jika dulu bisa dinikmati sambil berenang di dalam kolam yang cantik ini, sekarang wisatawan hanya boleh menikmatinya dengan berswafoto berlatar keindahannya gua ini.

Seorang wisatawan mengambil foto berlatar stalaktit dan air di kolam Gua Koo.
Seorang wisatawan mengambil foto berlatar stalaktit dan air di kolam Gua Koo. Foto: Ittha.

“Kalau dulu satu kolam masih bisa digunakan untuk berenang, tapi sekarang sudah dilarang karena air dari dua kolam yang ada di dalam gua itu sudah kami gunakan untuk konsumsi masyarakat di empat desa,” kata Kepala Desa Lantongau, Alimuddin kepada Kendariinfo, Kamis (26/1/2023).

Gua Koo ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Sejak ditemukan pertama kali, masyarakat setempat sudah mulai mempergunakan air kolam tersebut untuk dikonsumsi. Sedangkan mulai terekspos luas kisaran di tahun 2015. Saat itu, banyak penyelam-penyelam dari luar daerah datang untuk menjajal keindahan kedalaman dan rahasia di dalam air gua ini. Saat itu, masyarakat masih mempersilakan satu kolam untuk digunakan menyelam. 

Seiring kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, larangan berenang lalu diberlakukan. Masyarakat sudah membangun pipa dan mesin penarik air dari dasar dan dialirkan ke desa sekitar. Sehingga tidak hanya desa induk saja yang menikmatinya.

Penampakan stalaktit yang ada di langit-langit Gua Koo menambah keindahan objek wisata alam ini.
Penampakan stalaktit yang ada di langit-langit Gua Koo menambah keindahan objek wisata alam ini. Foto: Xaverius Endro.

Sebenarnya air tersebut tidak pernah berkurang sejak dulu, namun ditakutkan air itu tercemar saat digunakan untuk berenang. Dari informasi yang didapat dari para penyelam gua, diketahui kedalaman air menuju dalam gua mencapai 100 meteran.

“Ini airnya tidak pernah berkurang, dari dulu sejak saya masih kecil dan sering ambil air disitu tetap sama ketinggian airnya. Kejernihannya juga tetap terjaga, mungkin karena di dalamnya sungai atau mata air. Tapi intinya tidak pernah berkurang,” bebernya.

Baca Juga:  Foto: Pembukaan Expo UMKM Wakatobi WAVE 2021

Alimuddin mengungkapkan air di kolam ini mirip dengan fenomena pasang surut air laut. Di tempat ini juga ada waktu-waktu tertentu terjadi pasang surut. Bahkan ternyata air di kolam ini memiliki arus. Saat terjadi pasang, air di dua kolam ini menyatu jadi satu. Sehingga kotoran apapun yang ada di pinggir kolam akan bersih sendiri dan terkumpul di satu tempat.

Padahal, tidak ada warga yang membersihkan tempat itu. Namun setiap pagi, pasti bibir kolam gua itu sudah bersih dari sampah-sampah.

“Kalau malam air ini ketemu jadi satu kolam. Kalau ada kotoran di sekitar kolam, pasti besok pagi itu sudah bersih kembali, sampah-sampah itu terkumpul di satu titik. Kalau malam sepertinya dia kawin ini air kolam, mereka menyatu, setiap malam begitu. Nanti kalau sudah siang dia berpisah lagi,” ungkap dia.

Dibalik keindahan gua ini, ada cerita rakyat yang berkembang terkait penamaan objek wisata alam ini. Kata Koo merupakan asal nama dari penemu awal gua air ini yang bernama La Koo. Tidak diketahui secara pasti kapan La Koo menemukan gua ini, namun kepercayaan ini sudah ada sejak nenek Alimuddin dulu.

La Koo saat itu sedang mencari akar yang akan dibuat untuk tali pengikat di dalam hutan. Setelah sekian lama mencari, ia menemukan akar yang bisa dipergunakan sebagai tali pengikat. La Koo kemudian menarik akar tersebut, namun tiba-tiba saja mengeluarkan air. Ia pun kaget dengan kondisi saat itu bebatuan yang mengeluarkan air.

La Koo lalu melaporkan kepada ketua kampung terdahulu terkait peristiwa yang dialaminya. Kemudian beramai-ramai mengecek kebenaran cerita La Koo. Benar saja, bekas akar yang akan digunakannya untuk tali pengikat mengeluarkan air. Air itu lalu menjadi kolam air yang sangat jernih sampai saat ini.

Editor Kata
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten