Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Pemerintah

Layangan Purba Dipamerkan pada Festival Nasional Kaghati Kolope 2022 di Muna

Layangan Purba Dipamerkan pada Festival Nasional Kaghati Kolope 2022 di Muna
Kaghati kolope yang dipamerkan pada Festival Nasional Kaghati Kolope 2022 di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto: Istimewa.

Muna – Layang-layang purba asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali dipamerkan pada Festival Nasional Kaghati Kolope 2022. Ialah Bupati Muna, La Ode Muhammad Rusman Emba, yang menerbangkan layangan purba itu sebagai tanda dibukanya festival, Sabtu (23/7/2022).

Festival itu digelar mulai 22 sampai 25 Juli 2022 berkat kerja sama antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muna dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Plt. Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Muna, Darwin, mengatakan kegiatan tersebut sebagai upaya melestarikan kaghati kolope.

“Jadi ini sudah yang ketiga kalinya. Sebelumnya itu namanya bukan kaghati kolope, tapi festival layang-layang,” kata Darwin, Minggu (24/7).

Dia menyebut, Festival Kaghati Kolope pertama kali digelar pada 2010 dan terakhir 2015. Melalui kegiatan serupa dan beberapa penelitian, kaghati kolope meraih rekor MURI sebagai layang-layang tertua di dunia. Klaim itu juga dibuktikan dengan adanya situs prasejarah layang-layang pada dinding Gua Sugi Patani di Desa Liangkobori, Kecamatan Lohia.

“Hasil penelitian dari Jerman, kaghati kolope sudah ada sejak 4000 tahun silam,” ujarnya.

Selain memamerkan layangan purba, Festival Kaghati Kolope 2022 juga dirangkaikan dengan kompetisi menerbangkan dan kreasi layang-layang, karnaval tenun, pagelaran budaya, pameran UMKM, serta kuliner. Kegiatan itu pun diikuti oleh seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) se-Kabupaten Muna, kecamatan,serta para pegiat layang-layang.

Baca Juga:  Wartawan di Kendari Melapor ke Polda Sultra atas Dugaan Tindak Kekerasan

“Selain Festival Kaghati Kolope juga ada lomba kreasi layang-layang yang pesertanya diikuti dari Jakarta, Semarang dan Bali,” bebernya.

Pembuatan Kaghati Kolope

Kata kaghati kolope berasal bahasa Muna. Kaghati artinya layang-layang, sedangkan kolope merupakan ubi hutan (Dioscorea hispida dents). Penyebutan kaghati kolope karena sebagian besar badan layangan terbuat dari daun ubi hutan.

“Badan layangan terbuat dari daun kolope atau ubi hutan, rangkanya dari bambu, dan tali layangan dari daun nanas hutan yang dipintal,” kata Darwin.

Darwin menjelaskan cara membuatnya dimulai dari potongan bambu yang dirakit membentuk layangan. Untuk panjangnya dan lebar akan disesuaikan dengan keinginan. Setelah itu, bambu tersebut diikat menggunakan tali yang sudah dipintal yang terbuat dari daun nanas hutan.

Jika kerangka layangan sudah terbentuk, setiap daun ubi hutan lalu direkatkan satu sama lain menggunakan lidi dari bambu hingga membentuk kertas besar. Setelah jadi, daun ubi hutan yang membentuk kertas besar lalu ditempelkan pada kerangka layangan. Setiap ujungnya lalu dijahit menggunakan daun nanas hutan.

Sebagai tambahan aksesori, layangan juga dilengkapi dengan bunyi-bunyian dari bambu dan janur yang disebut kamuu. Bunyi-bunyian yang dibuat membentuk panah itu kemudian diletakkan pada kerangka layangan.

“Daun nanas tersebut tidak bisa sembarang diletakkan, namun menggunakan teknik khusus,” pungkasnya.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten