Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Pemprov Sultra Bakal Bangun Patung Haluoleo di Bandara, Groundbreaking Mulai Awal Oktober

Pemprov Sultra Bakal Bangun Patung Haluoleo di Bandara, Groundbreaking Mulai Awal Oktober
Landscape rencana pembangunan patung Haluoleo di Bandara Haluoleo Kendari. Foto: Istimewa. (1/10/2024).

KendariPemprov Sulawesi Tenggara (Sultra) bakal membangun patung Haluoleo di kawasan Bandara Haluoleo Kendari. Rencananya, groundbreaking atau peletakan batu pertama direncanakan pada awal Oktober 2024 ini.

Sekda Sultra, Asrun Lio membenarkan pembangunan monumental tersebut. Ia mengatakan rencana pembangunan itu usai Pemprov menyahuti usulan DPRD Provinsi yang sebelumnya lahir dari hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) saat menerima aspirasi dari Lembaga Adat Tolaki (LAT).

Asrun mengatakan respons tersebut juga dilakukan karena menyadari akan pentingnya menjaga nilai-nilai sejarah sekaligus menjadi warisan budaya kepada generasi penerus untuk saling mengenal, sehingga dapat terus menjaga tatanan hidup harmonis, yang selama ini telah tercipta dengan baik.

Lembaga Adat Tolaki (LAT) saat audiensi dengan DPRD Sultra membahas pengusulan patung Haluoleo.
Lembaga Adat Tolaki (LAT) saat audiensi dengan DPRD Sultra membahas pengusulan patung Haluoleo. Foto: Istimewa.

“Pemprov Sultra sedapat mungkin merespons setiap masukan yang masuk, termasuk rencana pembangunan patung Haluoleo. Monumen ini rencananya akan dibangun di sekitar Kawasan Bandara Haluoleo Kendari, di mana peletakkan batu pertama diperkirakan terlaksana pada awal Oktober 2024,” kata Asrun Lio, Selasa (1/10/2024).

Ia menuturkan respons itu juga dilakukan mengingat Haluoleo bagi masyarakat Sultra merupakan tokoh pemersatu serta dikenal sebagai pemimpin dan kesatria yang gigih memperjuangkan kepentingan rakyat.

“Haluoleo, keberadaannya terkenal pada semua wilayah di Sultra, baik daratan maupun kepulauan dengan sebutan yang berbeda-beda namun merujuk pada seseorang,” tuturnya.

Baca Juga:  Tampil di Parade Jambore PKK, Kontingen Kendari Pamerkan Pakaian Etnis 4 Adat

Melalui keberadaan monumen patung Haluoleo nantinya, masyarakat termasuk para generasi muda kian terpacu mempelajari, menggali, mengenali, menguasai, dan memiliki sejarah tersebut agar tidak mudah hilang, apalagi menjadi milik orang luar.

Lembaga Adat Tolaki (LAT) saat audiensi dengan DPRD Sultra membahas pengusulan patung Haluoleo.
Lembaga Adat Tolaki (LAT) saat audiensi dengan DPRD Sultra membahas pengusulan patung Haluoleo. Foto: Istimewa.

“Pemprov Sultra berharap melalui rencana pembangunan monumen ini, generasi dari generasi dapat saling mengenal dan saling menjaga tatanan hidup harmonis yang telah tercipta selama ini, serta tidak mudah terhasut oleh isu-isu sesat terkait sejarah, sebab telah mengetahui dan memiliki sejarah tersebut,” ujar dia.

Sementara itu, Sekjen DPP Lembaga Adat Tolaki (LAT) Bisman Saranani memberikan dukungan penuh, terlebih pembangunan tersebut lahir dari usulan yang disuarakan oleh LAT melalui DPRD Provinsi Sultra.

Kemudian, Pakar Kebudayaan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Prof La Niampe memberikan respons positif terhadap rencana pembangunan patung Haluoleo oleh Pemprov Sultra.

Menurutnya, apa yang diungkapkan oleh almarhum Rustam Tamburaka yang merupakan seorang dosen juga politisi terkait penelitiannya tentang Haluoleo, merupakan orang yang sama dari penyebutan nama La Kilaponto, Murhum dan La Tolaki, yang telah dituangkan juga dalam terbitan buku yang berjudul Merawat Keberagaman Budaya di Sultra.

“Dalam buku tersebut, menghadirkan sejumlah penulis dari beberapa suku di Sultra, yakni saya sendiri sebagai ketua, Sekda Sultra, Pak Nanang Rudi Supriatna, Basrin Melamba, Syahrun, Muh Sabaruddin Sinapoy, Aslim, dan Rahmat Sewa Suraya, serta turut memberikan kata pengantar oleh Kapolri, Gubernur Sultra, dan Rektor UHO,” ungkapnya.

Baca Juga:  Polisi Siapkan Personel Kawal Keberangkatan Atlet Sultra di PON Papua

“Haluoleo ini merupakan lambang pemersatu, sehingga langkah Pemprov Sultra dinilai cukup tepat, apalagi nama Haluoleo sangat populer untuk kawasan daratan. Untuk nama Haluoleo atau Lakilaponto atau Murhum merupakan sama saja, hanya berbeda versi penyebutan, artinya nama Lakilaponto dikenal di tanah Muna, di Buton sebutan Murhum sebagai gelar kesultanannya, Tolaki dikenal sebagai Haluoleo atau Tamalaki,” tuturnya.

Menurutnya, terkait dengan pembangunan patung Haluoleo, di mana pun dibangun di Sultra ini, semua memiliki hak, terlebih di Konawe maupun di Kendari, tinggal menyesuaikan dengan nama kepopulerannya.

Ia berharap, melalui pembangunan patung tersebut nantinya masyarakat lebih mencintai untuk mempelajari kebudayaan dan mengenal sejarah kebudayaan, termasuk kepada anak cucu, apalagi Lakilaponto atau Murhum atau Haluoleo adalah pemimpin dan tokoh pemersatu kerajaan-kerajaan tradisional di Sultra.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten