Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Tampil di Parade Jambore PKK, Kontingen Kendari Pamerkan Pakaian Etnis 4 Adat

Tampil di Parade Jambore PKK, Kontingen Kendari Pamerkan Pakaian Etnis 4 Adat
Kontingen Kendari saat lomba Jambore PKK ke-52 tingkat Sultra di Kabupaten Konawe. Foto: Dok. Prokopim Kota Kendari.

Kendari – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Kendari memamerkan pakaian etnis empat adat yang ada di Kota Lulo, saat pembukaan perlombaan Jambore PKK ke-52 tingkat Sulawesi Tenggara (Sultra) di Kabupaten Konawe, Jumat (19/04/24).

Perwakilan Kota Kendari yakni Kader Tim Penggerak PKK yang diketuai oleh Ira Willis Kesumadoty menggunakan pakaian adat Tolaki pada kegiatan kali ini. Selain kain adat Tolaki, ada juga kain adat Muna, Buton, dan Moronene.

Kota Kendari sebagai Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Provinsi Sultra serta dikenal sebagai Kota Lulo dan Kota Kalosara. Tidak hanya didiami oleh etnis Tolaki, Kota Kendari juga didiami oleh etnis Muna, Buton, serta Moronene yang hidup rukun dan damai.

Kontingen Kendari saat lomba Jambore PKK ke-52 tingkat Sultra di Kabupaten Konawe.
Kontingen Kendari saat lomba Jambore PKK ke-52 tingkat Sultra di Kabupaten Konawe. Foto: Dok. Prokopim Kota Kendari.

Hal ini yang menjadikan Kota Kendari dijuluki sebagai miniatur budaya Sultra. Beranggotakan 24 orang, parade defile ini terdiri dari barisan Pelindung, barisan Penegak dan barisan Pelopor.

Di barisan pelindung terdapat Tamalaki yang membawa Kalosara. Di mana Tamalaki merupakan sebutan untuk para ksatria pria Tolaki, sedangkan Kalosara merupakan adat tertinggi dan merupakan simbol pemersatu.

Sedangkan wanita berbusana hitam yang memegang tiang PKK, menunjukkan otoritas yang kuat sehingga membuat seseorang aman dan terlindungi.

Baca Juga:  Mengenal Pengacara asal Muna yang Menangani Kasus Nia Ramadhani

Sementara itu, barisan penegak dan pelopor terbagi atas 4 bagian:

Penegak pokja 1 mengenakan pakaian kreasi bernuansa Tolaki dengan tenun motif pinetobo serta barisan pelopor mengenakan pakaian adat pengantin etnis Tolaki, baju Anawai Ngguluri dan pendampingnya baju Babu Nggawi yang membawa pesan pengamalan Pancasila dan gotong royong.

Penegak pokja 2 mengenakan pakaian kreasi bernuansa Buton tenun motif Bhetano Katamba Mpuu, serta barisan pelopor mengenakan pakaian adat pengantin etnis Buton baju Kombo dan pendampingnya baju Lonjo yang membawa pesan pendidikan keterampilan dan pengembangan kehidupan berkoperasi.

Penegak pokja 3 mengenakan pakaian kreasi bernuansa Moronene kain motif Burisininta, serta barisan pelopor mengenakan pakaian adat pengantin etnis Moronene baju Babu Kombo dan pendampingnya baju Kombo yang membawa pesan pangan sandang, serta perumahan dan tata laksana rumah tangga.

Penegak pokja 4 mengenakan pakaian kreasi bernuansa Muna tenun Botu serta barisan pelopor mengenakan pakaian adat pengantin etnis Muna baju Badhu, dan pendampingnya baju Khabantapi yang membawa pesan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan sehat.

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten