Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Perempuan Pesisir Keluhkan Iuran PKL Teluk Anjungan Kendari dan Penataan Lokasi Penjualan Ikan

Perempuan Pesisir Keluhkan Iuran PKL Teluk Anjungan Kendari dan Penataan Lokasi Penjualan Ikan
Rahmania dan Nasriati saat ditemui di kawasan Anjungan Teluk Kendari. Foto: Kendariinfo.

Kendari – Seorang perempuan pesisir bernama Rahmania (43), warga Kelurahan Tipulu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari mengeluhkan persoalan iuran yang selama ini dibebankan kepada para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Teluk Anjungan Kendari.

Adanya pergantian iuran sejumlah Rp250 ribu per bulan, dirubah menjadi Rp20 ribu per hari. Menurut Rahmania, pembebanan iuran tambahan itu cukup memberatkannya dan pedagang lain. Terlebih, akhir-akhir ini pengunjung di tempat itu sudah tak seramai dulu.

“Ya, kadang-kadang semalam kosong tidak ada yang kita dapat. Jadi walaupun tidak ada yang beli ya tetap kita bayar,” kata Rahmania, beberapa waktu lalu.

Ia merasa kebijakan tersebut sangat memberatkan para PKL. Iuran sebelumnya yang senilai Rp250 ribu saja pertanggung jawabannya berupa fasilitas yang disediakan tidak jelas. Tiba-tiba dihadapkan dengan aturan Rp20 Ribu per malam. Ia mengkalkulasi jika diakumulasikan selama 30 hari totalnya mencapai Rp600 Ribu.

“Sebenarnya memang berat kalau tidak dapat pembeli mau tidak mau kita bayar,” ujarnya.

Selain Rahmania, wanita pesisir lainnya bernama Nasriati (46) yang merupakan pedagang ikan sore hari di samping Pasar Pelelangan juga membeberkan keluhannya. Ia mengkhawatirkan akan adanya rencana penataan kota yang sewaktu-waktu akan menggusur lokasi tersebut.

Baca Juga:  Wahana Bebek Air di Anjungan Teluk Kendari, Bisa Jadi Sarana Olahraga dan Hiburan

“Jadi kami minta dengan pemerintah jangan sampai kami digusur dari tempat kami. Karena itu sudah turunan dari keluarga kami untuk berjualan, untuk cari makan,” ujarnya.

Aktivitas penjualan ikan di lokasi tersebut berlangsung setiap hari. Mulai pukul 14.00 Wita hingga 22.00 Wita. Ia menceritakan dirinya bersama dengan 23 pedagang ikan yang lain telah sering dipindahkan, bukannya malah tambah baik tapi sebaliknya ongkos bertambah mahal dan kerugian bertambah banyak.

Suaminya yang berprofesi sebagai nelayan kadang melaut hingga sepuluh hari. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka menjual ikan sebagai usaha sampingan.

Ia mengatakan penghasilannya sebagai penjual ikan, dinilainya cukup membantu dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Ia meminta kalaupun ada penataan kota agar jangan digusur cukup dirapikan saja.

“Jangan dipisahkan cukup dirapikan saja,” tuturnya.

Editor Kata
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten