Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Konten Pilihan

Apriyani Rahayu: Dari Raket Kayu hingga Juara Olimpiade

Apriyani Rahayu: Dari Raket Kayu hingga Juara Olimpiade
Atlet bulu tangkis Indonesia, Apriyani Rahayu. Foto: Instagram/@ r.apriyanig.

Konawe – Sosok Apriyani Rahayu, seorang pemain bulu tangkis Indonesia tampaknya tidak asing bagi kalangan pencinta olahraga badminton.

Apriyani yang akrab dipasangkan dengan pemain Greysia Polii di pertarungan ganda putri itu, juga sedang ramai dibicarakan belakangan ini, apalagi sepanjang perjalanan karier gemilangnya, dia berhasil mencatat sejarah untuk Indonesia karena menembus partai final di Olimpiade 2020.

Sebab dalam sejarah keikutsertaan Indonesia dalam kejuaraan olimpiade, cabang olahraga bulu tangkis sudah mempersembahkan 7 medali emas, 6 medali perak, dan 6 medali perunggu. Tentunya dalam peraihan 19 medali itu, belum diperoleh oleh tim ganda putri nusantara. Namun pada Olimpiade 2020 kali ini, Apriyani bersama Greysia mampu mencetak sejarah dan bakal meraih medali perak ataupun medali emas.

Pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade 2020.
Pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade 2020. Foto: BWF.

Kisah Apriyani pakai raket kayu, hingga jual sayur keliling

Atlet pada cabang olahraga bulu tangkis ini berasal dari Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kelahiran 29 April 1998.

Saat diwawancarai oleh Indosport, Minggu (26/4/2020), wanita dengan panggilan nama kecil ‘Ani’ itu mengakui bahwa dirinya mulai terobsesi olahraga badminton sejak usia sembilan tahun.

“Saya terobsesi bulu tangkis di umur 9 tahun. Waktu itu porseni antarsekolah di Kota Kendari, dan saat itu final melawan siswa dari Raha. Saya kalah, menangis dong saya, kan yang menang itu dibawa ke Jakarta,” ungkap Apriyani.

Berawal dari hobi memainkan bulu tangkis, sontak membuat Apriyani mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. Dia memanggil ibunya “Omande”, dan ayahnya “Opande”.

“Omande bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan Opande PNS sekaligus jadi petani juga,” imbuhnya.

Apriyani juga bercerita jika dia selalu membawa ibunya ketika ia dikirim ke luar kota untuk berlatih.

Baca Juga:  Memupuk Mimpi di Ibu Kota, Kisah Bennu Sorumba Jadi MUA Papan Atas

“Pada saat itu Omande tidak mau melepas saya ke mana pun saya pergi. Jadi setiap ke luar kota mama saya ikut. Waktu itu saya masih suka ngompol (kencing di celana), karena itu mama saya ikut,” jelasnya dengan geli.

Selain mendapat dorongan orang tua, tentunya perjalanan karier gemilang Apriyani tidaklah mudah. Dia sempat mengenang masa kecilnya saat ia tidak mempunyai raket untuk bermain badminton, dan hanya mengandalkan kayu dari ayahnya.

“Saya hanya pakai raket kayu yang dibuatkan oleh Opande, lalu bermain dengan anak cowok tetangga yang juga suka main bulu tangkis. Waktu itu saya tidak berpikir akan sampai ke sini (jadi atlet),” katanya.

Tidak hanya itu, bahkan untuk memenuhi uang jajannya sehari-hari, dia harus menjajakan sayur yang ditanam sendiri oleh almarhumah ibunya.

“Untuk uang jajan, saya menjual sayur keliling. Sayurnya itu, tanaman mama saya di depan rumah, kalau ada yang tawar 500 perak juga enggak apa-apa, dan alhamdulillah suka habis,” kenangnya.

Perjalanan Apriyani menjadi atlet bulu tangkis Indonesia

Apriyani Rahayu saat bertanding.
Apriyani Rahayu saat bertanding. Foto: Instagram/@r.apriyanig.

Perjuangan Apriyani untuk menggapai cita-citanya memang patut diacungi jempol. Himpitan ekonomi sejak kecil, bahkan dengan riuhnya orang-orang yang memandang remeh, tidak membuatnya patah semangat dalam mengasah keterampilan bulu tangkisnya.

“Ada beberapa orang yang meremehkan saya. Mereka bilang postur tubuh saya pendek,” kata Apriyani.

Spesialis ganda putri ini mulai berlatih badminton pada 2011 di Klub Pelita Bakrie, lalu di pertengahan 2015 dia berpindah klub ke Jaya Raya Jakarta.

“Pas saya ke Jakarta pengurus saya ini punya teman di Jakarta, dan diperkenalkanlah saya di Pelita Bakrie,” paparnya.

Baca Juga:  Jalan Tim Free Fire Sultra Menuju Emas Papua

Wanita ini sempat tidak diterima oleh klub Pelita Bakrie, namun pengurusnya memohon untuk melihat kembali kemampuan Apriyani selama tiga bulan, dengan perjanjian jika ada perkembangan maka dia dibolehkan untuk ikut berlatih.

“Ada perkembangan, alhamdulillah saya dikasih gratis latihan,” cerita Apriyani.

Apriyani memainkan skill bulu tangkisnya di Kejuaraan Dunia Junior pada 2014. Waktu itu dia dipasangkan dengan Rosyita Eka Putri di nomor ganda putri, dan berhasil meraih medali perak usai berlaga di final dengan Chen Qingchen/Jia Yifan dari Tiongkok.

Masih dalam kejuaraan yang sama di tahun 2015, Apriyani dipasangkan Fachriza Abimanyu di nomor ganda campuran. Pasangan ini meraih medali perunggu usai dikalahkan oleh Tiongkok, He Jiting/Du Yue di semifinal dengan peraihan skor 21-13, dan 21-10.

Lalu di Kejuaraan Asia Junior 2015 dia kembali dipasangkan oleh Fachriza Abimanyu, dan berhasil meraih medali perunggu. Mereka dijatuhkan lagi oleh pasangan Tiongkok di semifinal.

Kemudian pada 2016, pebulu tangkis 23 tahun itu kembali bertarung di ganda campuran, dan dipasangkan dengan Rinov Rivaldi melawan Korea Selatan, pasangan Kim Won Ho/Lee Yu Rim. Waktu itu mereka meraih medali perunggu, dikalahkan dengan skor 21-17, dan 22-20.

Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii saat meraih penghargaan.
Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii saat meraih penghargaan. Foto: Instagram/@r.apriyanig.

Selanjutnya Apriyani mulai berlatih di Pelatihan Nasional (Pelatnas) pada 2017, dan mulai bermain di level senior berpasangan dengan Greysia Polii. Dia berhasil meraih gelar pertamanya di kelas BWF Grand Prix Gold pada Thailand Terbuka 2017.

Penulis
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten