Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Terkini

Cerita Nakhoda Dibalik Tenggelamnya Pincara di Perairan Lagili Buteng

Cerita Nakhoda Dibalik Tenggelamnya Pincara di Perairan Lagili Buteng
Motoris perahu rakit (pincara) berinisial S ditetapkan tersangka atas tewasnya 15 penumpang di Perairan Lagili Buteng. Foto: Herlis Ode Mainuru/Kendariinfo. (28/7/2023).

Buton Tengah – Nakhoda perahu rakit (pincara) beriisial S (50) menceritakan sejumlah peristiwa yang ia alami dibalik tenggelamnya pincara di Perairan Desa Lagili, Kecamatan Mawasangka Timur, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) pada Senin (24/7/2023) lalu.

S mengaku, dirinya telah menjadi nakhoda pincara dan mengantar penumpang yang akan menyeberang lintas pulau sejak empat tahun lalu. Perahu rakitan yang digunakan adalah milik pribadinya.

Sehari-hari, ia terus beroperasi jika ada penumpang yang bakal menyeberang. Rata-rata, di siang hari saja. Jika darurat atau ada yang mem-booking di malam hari, ia pun menyanggupinya dan membantu warga sekitar sesuai dengan tarif yang ditentukan.

Setiap kali mengantar penumpang, tarif yang dikenakan Rp10 ribu sedangkan penumpang dengan sepeda motor sebesar Rp25 ribu. Dari penghasilan itu, ia berhasil membiayai tiga anaknya yang sekolah dan keluarga lainnya.

Namun, nasib berkata lain, S harus menelan perasaan pahit dan mendekam dalam jeruji besi usai pincara yang ia kendarai mengalami kecelakaan dan karam di Perairan Lagili Buteng, Senin (24/7) dini hari.

Ia pun menceritakan detik-detik pincara yang digunakannya tenggelam. Awalnya, ia tak ingin lagi beroperasi karena telah larut malam. Namun, S mendapat paksaan dari warga yang ingin menyaksikan kemeriahan Hari Ulang Tahun (HU) ke-9 Buteng di Desa Lanto, Kecamatan Mawasangka Tengah. Kebetulan, banyak anak-anak yang ingin ikut, apalagi rata-rata dari mereka adalah keluarga dan kerabatnya sendiri.

Baca Juga:  Cekcok saat Pesta Miras, Pria di Konawe Utara Tebas Temannya hingga Tewas

Tanpa berfikir panjang, sekira pukul 19.00 Wita, S menyanggupinya dan mengantar 68 penumpang itu bergerak dari Desa Lagili menuju Desa Lakorua, Kecamatan Mawasangka Tengah. Tarif normalnya yang semula Rp10 ribu per orang pun diturunkan menjadi Rp5 ribu karena banyak penumpang saat itu.

Selanjutnya, perahu lepas landas. Walhasil, pincara sandar dengan selamat di desa yang dituju.

“Waktu perginya kita selamat. Banyak memang penumpang, tapi saya sudah larang hanya saya dipaksa terus, tidak apa-apa katanya, jadi saya mengikut saja mi,” ujar Saharudin kepada Kendariinfo, Jumat (28/7).

Sekira pukul 23.30 Wita, rombongan warga yang telah menyaksikan HUT Buteng itu kembali ke tepi pantai atau lokasi di mana perahu S bersandar. Selanjutnya, meraka ingin diantarkan kembali ke Desa Lagili.

“Jadi, saya posisi ku di perahu. Saya menunggu mereka di sana,” bebernya.

S sadar, perahunya over kapasitas. Namun, ia tak bisa meninggalkan mereka karena rombongan itu datang bersamaan apalagi saat melakukan pengantaran, semua berhasil selamat di tempat yang dituju. Perahu pun kembali lepas landas dari Desa Lakorua menuju Desa Lagili.

Jarak antara dua desa tersebut ditempuh sekira 30 menit. Saat perahu berlayar, S sempat menghindari tali bagang yang melintang di jalur perahu. Pincara pun mengambil haluan lain agar bisa tetap beroperasi.

Baca Juga:  Kerangka Manusia yang Ditemukan di Boulevard Kendari Diautopsi, Ini Penjelasan RS Bhayangkara

Akan tetapi, 20 menit usai berlayar pincara tiba-tiba kemasukan air karena ada bagian body yang bocor. Saat itu, jarak pincara dan daratan tersisa puluhan meter lagi. Saat pincara perlahan-lahan akan tenggelam, S melihat seluruh penumpang yang panik dan saling tarik-menarik di perairan.

“Sebenarnya jaraknya itu sudah dekat, sekitar 20 meteran, hanya mereka yang panik. Orang baku tarik-tarik mi di situ, saya saja ditarik padahal saya sudah ingatkan supaya tenang dan berpegang di body,” tambahnya.

Disela-sela kepanikan warga, S menyadari bahwa di perahu itu ada anaknya. Ia pun berteriak dan memanggil nama sang anak. Ternyata anaknya menyahut. Dengan cepat, ia pun langsung berenang mendekati suara anaknya lalu menyelamatkan sang anak lebih dulu ke daratan.

“Saya bawa dulu anak ku ke darat. Kemudian saya berenang pulang balik selamatkan yang lain yang bisa saya selamatkan,” tambahnya.

Dalam kejadian ini, 15 orang meninggal dunia dan seluruh korban telah dimakamkan secara massal pada Selasa (25/7) sore.

Atas insiden yang menimpanya, S mengaku pasrah. Ia pun hanya bisa mengingat peristiwa tragis itu sembari menjalani hukuman yang ia hadapi. Atas kelalaiannya pula, S memohon maaf kepada keluarga besarnya dan seluruh keluarga korban yang telah meninggal dunia.

Pengemudi Pincara yang Tenggelam di Perairan Lagili Buteng Ditetapkan Jadi Tersangka

Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten