Hujan Es Batu Gegerkan Warga Abuki Konawe

Konawe – Sejumlah wilayah di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami cuaca buruk berupa hujan disertai angin kencang atau badai beberapa hari terakhir, tetapi berbeda yang dialami oleh warga di Desa Epeea, Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe yang digegerkan dengan adanya hujan es batu yang terjadi pada Minggu (5/3/2023) sore.
Salah warga bernama Hasnawati (47) menjelaskan bahwa sebelum peristiwa aneh itu terjadi, rumahnya terlebih dahulu diterpa angin kencang. Kemudian tiba-tiba dari atas seng, ia mendengar ada suara seperti dihujani batu kerikil.
“Bunyinya mirip suara batu-batu kerikil berjatuhan. Kami satu rumah heran, saat kami periksa ternyata hujan es batu,” jelasnya, Senin (6/3) malam.

Saat itu, hujan es batu ini terjadi disertai dengan angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar sehingga tak ada dokumentasi yang sempat diambil oleh Hasnawati.
“Besar seperti batu kerikil. Kami takut video karena ada petir,” imbuhnya.
Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi pada 2019 silam. Peristiwa aneh itu diabadikan oleh Alvin Viro hingga viral di Facebook (FB) dan mendapat berbagai tanggapan positif maupun negatif.
Hal itu juga diungkapkan oleh pengguna FB bernama Alfha Reza yang menyebut bahwa ini bukan pertama kali kejadian hujan es batu di Abuki.
“Kali kedua hujan es di Abuki,” kata Alfha dalam unggahannya.
Melansir dari situs resmi BMKG, fenomena hujan es adalah salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan. Hujan es dapat terjadi dalam periode beberapa menit.
Ketika terjadi hujan es, biasanya disertai dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat. Hujan es juga terjadi bersamaan dengan kilat atau petir dan angin kencang.
Fenomena hujan es terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-aregional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).
Umumnya awan jenis Cumulonimbus memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi liabilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut. Sehingga hal ini dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

