Kasus Kekerasan Fisik saat Diklat K2S di SMA Kendari, Inal Tora: Organisasi Ini Buat Apa?

Kendari – Konten kreator asal Kabupaten Muna, Inal Tora menanggapi terkait kasus kekerasan fisik yang dialami pelajar berinisial ARP (15) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) karena ditampar oleh seniornya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Kendari saat pendidikan dan pelatihan (diklat) Komite Keamanan Sekolah (K2S), Rabu (23/11/2022).
Dalam video yang diunggah Inal Tora di Instagramnya, ia sangat menyayangkan oknum senior di SMAN 4 Kendari yang melakukan tindak penganiayaan tersebut terhadap juniornya. Selain itu, Inal juga mempertanyakan fungsi dari organisasi tersebut karena telah mengakibatkan siswa-siswi lainnya mendapat kekerasan fisik saat mengikuti diklat K2S.
“Ini sangat viral atau diperbincangkan dua hari terakhir, karena kakak korban speak up, ada terjadi kekerasan fisik berupa penamparan, maupun semacam perundungan juga,” kata Inal.
Menurut Inal, organisasi K2S tidak ada urgensinya. Sebab, peran dari organisasi tersebut telah ada di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Apalagi ada guru BK yang bertugas untuk memberi bimbingan serta konseling dalam penuntasan masalah dan menyelesaikan masalah yang terjadi di sekolah.
“Untuk adik-adik yang mengikuti salah satu kegiatan oleh organisasi yang namanya juga sudah aneh. Apalagi kegiatannya dibalut dengan nama diklat (pendidikan dan pelatihan). Organisasinya KKS (Komite Keamanan Sekolah). Organisasi ini buat apa dibentuk? Didirikan di sekolah? Mau saingan sama Osis? Osis kurang yah? Atau kalian mau berperan menggantikan tugasnya sekuriti menjaga keamanan sekolah? Atau jangan-jangan kalian mau konspirasi menggantikan kedudukan guru BK ataupun guru yang jaga piket setiap hari di sekolah? Buat apa?,” tanya Inal dalam video yang diunggah di Instagram resminya.
Inal mengungkapkan, akibat kasus ARP yang ditampar oleh seniornya terungkap, korban lainnya pun ikut angkat bicara. Dari pengakuan sejumlah korban bahwa saat mengikuti diklat K2S di SMAN 4 Kendari sering terjadi kasus perpeloncoan yang dilakukan oleh para oknum senior.
“Apalagi setelah kasus ini muncullah testimoni atau orang-orang yang pernah jadi korban dari organisasi ini ketika mengikuti diklat, speak up bagaimana kasus per-bully-an, perpeloncoan, dan sangat disayangkan adalah kekerasan fisik. Sebagian adik-adik juga menjawab, ini organisasinya sangat terbuka kok, tidak ada unsur paksaan, ya buat apa ada organisasi ini di sekolah? komite keamanan apa urgensinya, ada potensi kerusuhan kah di sekolah ini sampai harus ada komite ini?,” bebernya.
Kendati demikian, Inal meminta agar para siswa-siswi lebih fokus dengan pendidikan dan organisasi yang lebih berguna untuk pengembangan prestasi akademik ataupun non-akademik.
“Kenapa adik-adik tidak fokus pada pendidikan saja? Atau mau berorganisasi tidak ada yang salah, move lah ke organisasi yang berguna untuk pengembangan prestasi akademik maupun non-akademik, kan itu yang diharapkan sekolah,” pintanya.
Pria yang merupakan Master of Ceremony (MC) ini juga menyebutkan bahwa pihak SMAN 4 Kendari telah lalai dalam mengawasi siswa-siswinya sehingga terjadi perpeloncoan saat diklat K2S.
“Di sekolah ini pun juga guru-gurunya lalai, sekolah lalai mengawasi pergerakan kreativitas yang terjadi di lingkungan sekolah, ini keterlaluan kreativitasnya, orang-orang pada speak up, kita tidak pernah mau ini terjadi di lingkungan sekolah, lingkungannya pendidikan tapi kelakuannya tidak terdidik loh,” ungkapnya.
Dirinya pun merasa kesal dengan perilaku oknum senior di SMAN 4 Kendari yang memvideokan juniornya saat di-bullying. Terlebih, video bullying tersebut telah viral di media sosial (medsos).
“Adik-adikku yang tercinta kenapa bisa hal ini terjadi, kita sudah kampanye untuk hindari bullying, kekerasan fisik, justru kalian yang ciptakan ini, anehnya divideokan, dibikinkan konten, buat apa? Hindari lagi hal seperti ini, jangan terjadi lagi di lingkungan sekolah, oke,” lanjut Inal.
Inal juga meminta kepada pihak SMAN 4 Kendari untuk membubarkan organisasi tersebut. Sebab menurutnya organisasi K2S tidak bermanfaat untuk para siswa-siswi di sekolah.
“Sekolah tolong panggil organisasi ini, panitia-panitia yang bekerja di diklat kemarin, siapa pun ketua organisasi ini tolong, tolong organisasi ini dibubarkan saja lah, tidak ada juga manfaatnya, orang semua sudah speak up, organisasi ini unfaedah,” pungkasnya.
Sementara itu pantauan Kendariinfo di akun resmi K2S SMAN 4 Kendari (@k2s.sman4kendarii) di Instagram telah hilang setelah diterpa isu kekerasan fisik. Padahal akun tersebut sempat aktif. Sedangkan akun lainnya yakni @k2s.sman4kendari dan @k2s.sman4kdi sudah lama tidak aktif lagi.

2 Komentar
Seharusnya mmg pihak sekolah harus lebih memperhatikan lagi kasus2 seperti ini dan harus di tindak lanjuti, agar tidak ada lagi kasus yang sama kedepannya dan bisa menjadi pelajaran bagi pelaku.
Seharusnya memang pihak sekolah harus memperhatikan lagi terkait kasus-kasus seperti ini, dan menindak lanjuti agar dapat menjadi pelajaran juga untuk pelaku, dan tidak terjadi lagi hal2 seperti ini kedepannya.