Kendariinfo

Media Milenial Sultra

URL Berhasil Disalin
Travel

Melihat Batu Popaua, Tempat Raja dan Sultan Buton Ucapkan Sumpah untuk Pimpin Negeri

Melihat Batu Popaua, Tempat Raja dan Sultan Buton Ucapkan Sumpah untuk Pimpin Negeri
Potret Batu Popaua tempat di mana para Raja dan Sultan memasukkan kaki saat hendak mengambil sumpah. Foto: Kendariinfo. (28/10/2022).

Baubau – Keraton Kesultanan Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyimpan banyak peninggalan-peninggalan bersejarah sebagai jejak sejarah hadirnya masyarakat kesultanan di Kepulauan Buton. Benteng seluas 22,8 hektare ini berdiri peninggalan-peninggalan bersejarah, salah satunya Batu Popaua. 

Batu Popaua ini terletak persis di sebelah Baruga Keraton Kesultanan Buton dan tepat di depan Masjid Agung. Tempat ini dikelilingi sebuah pagar batu dan besi dengan dilindungi oleh bangunan semi permanen yang dibuat sedemikian rupa mengikuti ciri khas bangunan-bangunan kesultanan. Tepat di sisinya, dibuatkan sebuah papan informasi yang menerangkan soal batu ini.

Ternyata, Batu Popaua ini tidak dibuka secara bebas oleh umum seperti peninggalan sejarah lainnya yang ada di wilayah keraton, namun harus melalui pemandu wisata yang sudah disiapkan. Karena pagar tempat ini dikunci rapat oleh perangkat Kesultanan Buton. Jadi, jika Anda sedang berkunjung ke keraton dan ingin menyaksikan secara dekat batu tersebut, sebaiknya mencari pemandu wisata untuk meminta izin melihat tempat itu. Kantornya berada di sisi sebelah Baruga.

Bangunan semi permanen bergaya Kesultanan Buton didirikan untuk melindungi Batu Popaua.
Bangunan semi permanen bergaya Kesultanan Buton didirikan untuk melindungi Batu Popaua. Foto: Kendariinfo. (28/10/2022).

Batu Popaua sendiri merupakan batu alam dengan memiliki lubang memanjang di bagian tengahnya sekitar 80 cm. Batu ini sangat disakralkan karena dijadikan tempat pengambilan sumpah dan janji para Raja dan Sultan dalam memimpin masyarakatnya di masa akan datang.

Dalam masyarakat Buton, Batu Popaua memiliki makna batu tempat berpayung. Maksudnya, batu tersebut merupakan batu di mana tempat Raja dan Sultan diambil sumpahnya untuk memimpin negeri. Saat pengambilan sumpah, ada sebuah payung kebesaran yang akan memayungi Raja atau Sultan sebagai bagian proses yang harus dilakukan.

Menurut Budayawan Masyarakat Wolio, Imran Kudus, Batu Popaua masuk dalam rangkaian pelantikan Raja dan Sultan di Kesultanan Buton. Mulai dari Raja pertama sampai Sultan terakhir, batu tersebut tak luput dari rangkaian. Bahkan, rangkaian batu itu merupakan rangkaian yang sangat sakral karena mengucap sumpah dan janji untuk memimpin negeri di arah yang lebih baik dan menjadikan masyarakat makmur.

“Batu Popaua itu tempat di mana Raja dan Sultan dilantik mengucapkan sumpah, mulai dari Raja-raja pertama Ratu Wakaka sampai Sultan-sultan Buton ke-38 yang memiliki kekuasaan sampai pada ketua lembaga-lembaga adat. Semua diambil sumpahnya di batu itu dengan cara yang sangat sakral,” kata Imran ditemui Kendariinfo, Jumat (28/10/2022).

Baca Juga:  Yuk Intip Pesona Wisata Alam Mata Air Fotuno Rete di Muna

Saat pengambilan sumpah di batu itu, Raja dan Sultan akan dimasukkan kakinya satu persatu ke dalam lubang batu dengan ditemani payung kebesaran. Saat kaki sudah berada di dalam batu itu, maka trardisi akan di mulai. Pertama, kaki kanan dimasukkan dengan menghadap tegak lurus ke arah barat. Lalu, payung akan diputarkan di atas kepala sebanyak 8 kali. Kedua, giliran kaki sebelah kiri yang dimasukkan ke dalam lubang dengan menghadap ke sebelah timur lalu payung diputarkan sebanyak 9 kali.

Representatif dari jumlah putaran payung mengikuti total dari kampung-kampung terdahulu. Awal mula terbentuknya kesultanan, ada sebanyak 8 kampung yang menopang keberlangsungannya. Namun dalam sekian tahun, terjadi penambahan 1 kampung lagi sehingga total 9 kampung. Dalam proses pemutaran payung, tidak perlu disebutkan nama-namanya, hanya sebutan angka saja.

“Jadi angka-angka itu memang jumlah kampung-kampung saat itu. Awalnya ada delapan, tapi ada penambahan satu lalu jadi sembilan. Maka penyebutan angka sampai delapan ketika kaki kanan masuk ke lubang dan penyebutan angka sampai sembilan saat kaki kiri masuk ke dalam lubang,” beber dia.

Sampai saat ini, setidaknya 38 kali pengucapan sumpah seorang Raja dan Sultan melalui batu tersebut. Kemudian ditambah dua kali lagi sumpah diambil untuk para Ketua Lembaga Adat Kesultanan Buton.

Pemandu wisata membuka kunci bangunan semi permanen bergaya Kesultanan Buton yang didirikan untuk melindungi Batu Popaua.
Pemandu wisata membuka kunci bangunan semi permanen bergaya Kesultanan Buton yang didirikan untuk melindungi Batu Popaua. Foto: Kendariinfo. (28/10/2022).

“Raja dan Sultan di Buton total sebanyak 37 orang. Kenapa 38 kali pengambilan sumpah? Karena pengambilan sumpah untuk Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Sultan Murhum sebanyak dua kali,” ungkap Imran.

Imran mengungkapkan pelantikan dan pengambilan sumpah terhadap para Raja dan Sultan dilakukan oleh kepala Limbo atau biasa disebut dengan Bonto. Maka seluruh prosesi sakral ini akan dijalankan oleh para Bonto yang berjumlah 4 orang yakni Bonto Baluwu, Peropa, Gundu-gundu, dan Barangkatopa.

Pengangkatan Raja dan Sultan Buton

Tampuk kepemimpinan Raja dan Sultan di Kesultanan Buton terus berganti dan beregenerasi. Terbukti, sejak mulai berdirinya Kerajaan Buton yang berganti menjadi Kesultanan Buton dalam rentan waktu yang cukup lama, setidaknya ada 37 Raja dan Sultan yang sudah memimpin Buton. Pergantian atau pengangkatan hanya akan dilakukan jika terjadi pemakzulan dan wafat.

Menjadi Raja dan Sultan beberapa alat kebesaran Kesultanan Buton akan melekat pada dirinya mulai dari payung kebesaran, tongkat berhulu emas, tombak berlumuran emas dan masih banyak lainnya. Maka saat proses pergantian takhta, semua alat kebesaran tadi akan diambil oleh para lembaga adat.

Baca Juga:  Kemenag Kendari: Salat Id Tahun Ini Diperbolehkan di Masjid Kompleks Ataupun di Lapangan

“Ketika Sultan ini mangkat, maka semua alat kebesaran akan diambil dan dibawa ke rumah legislatifnya. Nanti saat pelantikan alat kebesaran itu akan dibawa ke Baruga,” ujar dia.

Pergantian akan diawali dengan memandikan Sultan dan Permaisuri oleh Patalimbina. Patalimbina merupakan menteri para kampung terdahulu. Air berasal dari beberapa sumber mata air yang disakralkan dan disucikan oleh Kesultanan Buton. Sebelum digunakan untuk mandi, air tersebut akan disimpan di Batu Wolio atau Batu Yi Gandangi yang terletak persis di sebelah makam Sultan Murhum.

“Jadi air yang akan digunakan untuk memandikan Sultan dan Permaisuri sebelum dilantik. Air itu disimpan semalam suntuk di Batu Wolio dengan diberi alunan musik gendang-gendang, Kanci-kanci hingga Bololo,” ujarnya.

Lalu, keesokan harinya, air tersebut diambil dan dibawa ke istana Sultan untuk dimandikan. Setelah menjalani proses mandi, Sultan akan diantar menuju Masjid Keraton untuk salat Jumat. Dalam khotbah Jumat ini, akan dibacakan nama resmi dan gelar kesultanan sebagai khalifah Kesultanan Buton.

Kemudian setelah melaksanakan salat Jumat, maka akan dilakukan pelantikan langsung oleh tokoh yang disebut Dzurriat atau keturunan Rasulullah saw. dari Syarif Muhammad atau nama yang dikenal sebagai Saidi Raba. Usai pelantikan itu, maka Batu Popaua akan digunakan Sultan untuk mengambil sumpah untuk memimpin Kesultanan Buton agar lebih baik lagi.

“Tradisi di batu ini sebagaimana sudah dilakoni oleh Raja dan Sultan terdahulu,” bebernya.

Imran menjelaskan proses itu juga akan ditandai dengan 24 kali tembakan meriam yang terletak di bastion-bastion di dalam benteng sebagai pertanda bahwa ada Sultan yang baru saja diangkat. Setelah semua itu dilakukan, maka semua perangkat kesultanan akan melakukan Somba atau mengangkat tangan di atas kepala sebagai bentuk pengabdian sebagaimana lazimnya Raja-raja dan Sultan.

Imran menuturkan prosesi akhir setelah melakukan Somba oleh para perangkat Kesultanan Buton, maka akan dilakukan tradisi mengambil keberkahan yang diyakini terhadap Sultan atau disebut dengan Alaka Barakati.

“Setelah semua proses itu berlangsung, maka Sultan akan kembali ke istana dan semua perangkat Kesultanan Buton akan mengikutinya sampai di istana,” pungkasnya.

Editor Kata
Tetap terhubung dengan kami:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan Konten